Peter Hughes mengusap-usap telinganya sendiri. Ia ingin memastikan kalau ia tidak salah mendengar. Sekaligus memastikan telinganya masih berfungsi dengan baik.
“Anda serius dengan ucapan Anda Tuan?” tanyanya dengan wajah yang berangsur-angsur tampak cerah.
“Hei Peter, kau harusnya berterima kasih pada ayahku yang telah berbaik hati dengan memberikan pengampunan untukmu. Bukan malah meragukan kebaikan ayahku,” kata Janet dengan nada bicara yang sinis.
“Maafkan saya Nona, saya tidak bermaksud demikian, saya hanya terlalu antusias mendengar keputusan Tuan Hall. Tentu saja ini hal yang sangat baik untuk saya. Saya benar-benar berterima kasih kepada beliau yang telah begitu baik memberikan saya kesempatan. Tentu saja saya tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya berjanji akan memperbaiki temuan saya agar siap diedarkan di pasaran,” kata Peter sambil menundukkan kepalanya penuh hormat.
“Anda sungguh murah hati Tuan, sekali lagi aku sanagt berterima kasih atas kebaikan yang telah Anda berikan,” Kembali Peter Hughes membungkuk ke arahnya.Pria ini merasa bersyukur dan seolah lahir kembali. Ia telah menyadari bahwa kesombongan tidak akan membuatnya berada di posisi puncak. Ia sangat beruntung masih mendapatkan kesempatan kedua.“Sudahlah kau tak perlu berlebihan seperti itu. Lakukanlah apa yang seharunsya kau lakukan. Satu pesanku didik para juniormu agar mereka bisa sukses sepertimu,” kata Nicko sebelum Peter Hughes benar-benar kembali bekerja.Pemuda bermata hazel itu kemudian melangkah mengikuti Tuan Hall serta putrinya keluar dari ruangan inovasi. Mereka akan menikmati jamuan makan siang yang memang sudah disiapkan khusus untuknya.&
Josephine mencoba untuk menghubungi suaminya. Ia harus tahu darimana suaminya mendapatkan uang untuk membeli hadiah ini.Kalung itu terbuat dari emas putih dengan liontin berlian berbentuk huruf JN yang merupakan inisial nama mereka berdua. Jika ditaksir harga kalung yang dihadiahkan untuk Jo harganya bisa mencapai belasan atau mungkin puluhan juta dolar.Bukannya Jo tidak suka atau tak bersyukur atas apa yang dihadiahkan oleh sang suami. Sebagai seorang istri tentunya ia sangat menyukai hadiah yang diberikan oleh suaminya. Apalagi hadiah itu bertepatan dengan peringatan ulang tahun pernikahannya. Jo hanya bertanya-tanya darimana suaminya bisa mendapatkan hadiah yang begitu mewah? Jo hanya tak ingin terlibat masalah apapun.Perempuan berambut pirang ini pun segera menghubungi ponsel suaminya dan bermaksud untuk menanyakan langsung kepadanya. Meskipun ia tahu kalau saat ini suaminya tengah sibuk menemui Tuan Hall.
Janet menjatuhkan tubuhnya secara perlahan-lahan. Perempuan itu kini bersimpuh di samping Nicko yang terbaring telungkup pada hamparan pasir.Pelan-pelan Janet menyentuh rambut Nicko dan menyibakkannya untuk melihat wajah pemuda itu. Nicko sudah terpejam, dan saat itu Janet mencoba untuk meletakkan jari telunjuknya pada hidung pemuda yang sedang terpejam itu.“Syukurlah ia masih bernapas,” ucapnya kemudian melirik ke arah Ayah kemudian pelayannya.Gadis itu pun berteriak memanggil mereka untuk meminta bantuan.“Tolong! Tolong bantu aku!” teriak Janet meminta bantuan sambil melambaikan tangan.Saat itu empat orang pria bertubuh kekar datang menghampiri mereka dengan dipimpin oleh Tuan Hall. Dua dari pria kekar itu adalah pengawal yang tadinya menyertai Nicko menuju ruang inovasi.“Bawa tamuku untuk beristirahat!” perintah Tu
Halaman depan Hall Enterprise tampak ramai kali ini. Mobil-mobil hitam tiba-tiba masuk di halaman parkir dan saat itulah orang-orang berpakaian serba hitam keluar dari dalam mobil itu.Tanpa peduli keadaan sekitar, mereka pun berjalan dengan gagah dan tampak menyeramkan. Petugas keamanan yang berjaga di depan Hall enterprise pun tidak ada yang berani untuk menghalangi mereka.Apalagi saat petugas itu melihat salah satu dari gerombolan yang datang adalah orang yang memberikan pelatihan beladiri padanya saat hendak menjadi seorang petugas keamanan. Tentu saja pegawai Hall Enterprise memilih untuk mundur dan meberi jalan pada mereka daripada harus mencari mati.Salah satu gerombolan pria berpakaian serba hitam itu pun menuju ke meja resepsionis dan dengan kasar ia pun langsung membentak petugas resepsionis. Ia tak peduli jika petugas itu adalah seorang wanita yang tampak ketakutan.“Katakan dimana
Janet menutup mulutnya begitu melihat mata hazel Nicko telah terbuka lebar. Lelaki itu tampak berbeda dengan beberapa saat sebelumnya, saat ia tengah tertidur.Kali ini pemuda berparas tampan itu pun menunjukkan raut wajah yang cerah, sama sekali tidak menunjukkan wajah seorang yang bangun tidur ataupun kesakitan. Padahal kedua pergelangan tangannya terikat oleh tali yang dikaitkan dengan sandaran ranjang.“Kau suka bermain tali Nona Janet Hall?” tanya Nicko sambil mengangkat salah satu alisnya seolah mengejek perempuan bertubuh tinggi ini.“Eh aku … aku,” balas janet gugup.Gadis yang saat ini hanya mengenakan pakaian dalam pun meremas-remas jemarinya sendiri. Ia merasa kikuk karena tidak menyangka Nicko akan bereaksi seperti ini. Menurut perkiraannya pemuda itu akan tidur sampai dua atau tiga jam ke depan. Di saat itulah ia akan berpose mesra dengan Nicko dan mengirim
Seseorang yang baru keluar dari persembunyiannya itu pun mengangguk dengan mantap kepada pimpinan kelompok berpakaian serab hitam ini.“Anda bisa mempercayakan semua pada saya, karena saya sangat yakin akan hal ini. Bahkan saya jaminkan kepala saya untuk Anda semua,” katanya.“Huh percaya diri sekali kau!” balas Russell.Pria itu hanya mengangguk, dan yakin, bahkan mengangkat tangannya untuk menunjukkan kalau ia tak bersenjata. Dari penampilannya pria itu sama sekali tidak menunjukkan kalau dirinya adalah seorang petugas keamanan. Pria itu justru berpakaian serba putih lengkap dengan jas nya.Pria itu Peter Hughes, yanag tadi sempat membuat keributan dengan Nicko. Entah apa yang membuatnya memberanikan diri untuk menawarkan bantuan pada Russell.Peter langsung mengambil ponsel pintar dalam saku celananya dan membuka situs keamanan Hall Enterpise. Pria itu
Janet mencoba untuk mencegah Nicko yang saat ini hendak mencapai ke arah pintu. Perempuan bertubuh kurus itu menahan lengan kekar milik Nicko.“Kau benar-benar ingin pergi?” tanya Janet.“Menurutmu bagaimana? Apa harus aku berada di sini dan menemanimu? Ada hubungan apa diantara kita, kirasa tidak ada. Bahkan hubungan porfesional pun kita juga tak memilikinya kan?” balas Nicko dengan dingin.Janet masih diam, ia tak menyangka kalau rencana yang telah disusun oleh ayahnya gagal total. Janet yang terbiasa mendapatkan keinginannya dengan mudah semenjak masih kanak-kanak pun terlihat kecewa.Saat ini ia berdiri dengan memakai pakaian dalam saja dan bibirnya meruncing. Ia sangat kecewa dengan apa yang dialaminya sekarang.“Nick, kau harusnya mendengarkan aku,” kata Janet.“Mendengarkanmu? Apa ada hal pantas untuk didengark
Janet berteriak semakin kencang. Ia tak henti-hentinya meminta tolong. Nicko menyipitkan kedua matanya dan mencoba menerka apa yang sebenarnya direncanakan oleh perempuan bertubuh semampai ini.“Apa yang ingin kau lakukan? Berteriak - teriak seperti orang tidak waras?”Bukannya menjawab pertanyaan Nicko, Janet pun semakin keras berteriak, sesekali teriakannya diselingi dengan isak tangis.“Tolong! Tolong aku!” teriak Janet lagi.Tak lama setelah mendengar teriakan itu, terdengar suara pintu yang terbuka dengan kasar dari arah depan, disusul dengan langkah kaki menuju ke ruang tidur. Kamar paviliun tempat mereka berdua berada memang memiliki ruang tidur yang terpisah dengan ruang duduk, sehingga tamu yang menginap lebih memiliki privasi.Mendengar suara itu, Nicko pun akhirnya tahu apa maksud dari teriakan Janet. Untuk masalah yang satu ini, ia belum memili
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt