Mendengar ucapan Nicko, wajah Peter pun tampak bersungut-sungut. Ia semakin merasa martabatnya diinjak-injak oleh anak muda yang baru saja datang ke ruangan inovasi.
“Huh, apa yang kuucapkan tentu saja sudah kupikirkan masak-masak. Aku bicara bukan tanpa alasan, semua sudah kupikirkan resikonya dan aku tahu kalau aku tak mungkin kehilangan pekerjaanku di sini, justru kau lah yang akan dilempar keluar oleh Tuan Hall.
Nicko menaikkan satu alisnya yang tebal dan melirik ke arah Peter sambil berkata, “Oh benarkah, bagaimana kalau kita melihatnya nanti.”
“Huh kau kira aku akan takut kepadamu?” balas Peter.
Melihat kedua orang itu berseteru, jantung Janet berdegup semakin kencang. Terus terang ia takut sekali jika ayahnya harus mengusir Nicko keluar.
Tak ingin hal itu terjadi, gadis berpenampilan seperti supermodel runaway ini pun mendekat ke arah Nicko. G
Ucapan Janet benar-benar membuat Kepala Divisi Inovasi ini menjadi kaku. Ia yang tadinya begitu yakin akan temuan terbarunya dan prestasi yang akan diterima oleh Hall Enterprise pun kini menunduk. Ia merasa dirinya telah kehilangan muka.Pertemuannya dengan pemuda yang tampak tak meyakinkan ini telah membuatnya tersadar kalau tak ada hal yang bisa dibanggakan dari sebuah kesombongan. Kesombongan hanya membawa seseorang pada kehancurannya. Sama seperti besi yang tak mudah dihancurkan oleh apapun selain karatnya sendiri.Pria yang rambutnya mulai berwarna kelabu ini pun mulai melirik ke arah Janet yang sedari tadi memandanginya dengan tatapan yang tidak ramah sama sekali. Ia cukup mengenal sosok Janet yang tegas, dan gadis itu pasti tidak akan mudah untuk diajak kompromi.Harus diakui kalau kali ini ia telah melakukan sebuah kebodohan yang fatal. Bagaiamana mungkin ia bisa melupakan hal kecil yang ternyata bisa berdampak b
Lagi-lagi pertanyaan Nicko membuat Peter tak bisa berkutik. Ia tahu kalau memeprbaiki produk ciptaan terbarunya tidaklah sulit.Pria ini tetap saja menunduk, dan membiarkan pemuda itu terus mengoceh padanya. Ia harus menguatkan mentalnya dalam mendengar semua hinaan yang akan dilontarkan padanya. Ini konsekuensi yang haris diterima.Memang ia menyesal telah bersikap sombong, dan menyadari seharusnya ia membiarkan pemuda itu melanjutkan pekerjaannya saja. Sadar kalau posisinya di sini hanyalah orang yang dipekerjakan oleh Tuan Hall, dan tak pantas untuk melangkahi wewenang pemimpin.Tiba-tiba Peter mengangkat wajahnya dan melihat ke arah anak muda yang ternyata jenius itu.“Kau benar Tuan, seharusnya memang aku tidak lari begitu saja, tapi aku sudah terlanjur berkata untuk mempertaruhkan profesiku. Bukankah seorang pria harus menepati janjinya?”Nicko hanya tersenyum s
Peter Hughes mengusap-usap telinganya sendiri. Ia ingin memastikan kalau ia tidak salah mendengar. Sekaligus memastikan telinganya masih berfungsi dengan baik.“Anda serius dengan ucapan Anda Tuan?” tanyanya dengan wajah yang berangsur-angsur tampak cerah.“Hei Peter, kau harusnya berterima kasih pada ayahku yang telah berbaik hati dengan memberikan pengampunan untukmu. Bukan malah meragukan kebaikan ayahku,” kata Janet dengan nada bicara yang sinis.“Maafkan saya Nona, saya tidak bermaksud demikian, saya hanya terlalu antusias mendengar keputusan Tuan Hall. Tentu saja ini hal yang sangat baik untuk saya. Saya benar-benar berterima kasih kepada beliau yang telah begitu baik memberikan saya kesempatan. Tentu saja saya tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya berjanji akan memperbaiki temuan saya agar siap diedarkan di pasaran,” kata Peter sambil menundukkan kepalanya penuh hormat.
“Anda sungguh murah hati Tuan, sekali lagi aku sanagt berterima kasih atas kebaikan yang telah Anda berikan,” Kembali Peter Hughes membungkuk ke arahnya.Pria ini merasa bersyukur dan seolah lahir kembali. Ia telah menyadari bahwa kesombongan tidak akan membuatnya berada di posisi puncak. Ia sangat beruntung masih mendapatkan kesempatan kedua.“Sudahlah kau tak perlu berlebihan seperti itu. Lakukanlah apa yang seharunsya kau lakukan. Satu pesanku didik para juniormu agar mereka bisa sukses sepertimu,” kata Nicko sebelum Peter Hughes benar-benar kembali bekerja.Pemuda bermata hazel itu kemudian melangkah mengikuti Tuan Hall serta putrinya keluar dari ruangan inovasi. Mereka akan menikmati jamuan makan siang yang memang sudah disiapkan khusus untuknya.&
Josephine mencoba untuk menghubungi suaminya. Ia harus tahu darimana suaminya mendapatkan uang untuk membeli hadiah ini.Kalung itu terbuat dari emas putih dengan liontin berlian berbentuk huruf JN yang merupakan inisial nama mereka berdua. Jika ditaksir harga kalung yang dihadiahkan untuk Jo harganya bisa mencapai belasan atau mungkin puluhan juta dolar.Bukannya Jo tidak suka atau tak bersyukur atas apa yang dihadiahkan oleh sang suami. Sebagai seorang istri tentunya ia sangat menyukai hadiah yang diberikan oleh suaminya. Apalagi hadiah itu bertepatan dengan peringatan ulang tahun pernikahannya. Jo hanya bertanya-tanya darimana suaminya bisa mendapatkan hadiah yang begitu mewah? Jo hanya tak ingin terlibat masalah apapun.Perempuan berambut pirang ini pun segera menghubungi ponsel suaminya dan bermaksud untuk menanyakan langsung kepadanya. Meskipun ia tahu kalau saat ini suaminya tengah sibuk menemui Tuan Hall.
Janet menjatuhkan tubuhnya secara perlahan-lahan. Perempuan itu kini bersimpuh di samping Nicko yang terbaring telungkup pada hamparan pasir.Pelan-pelan Janet menyentuh rambut Nicko dan menyibakkannya untuk melihat wajah pemuda itu. Nicko sudah terpejam, dan saat itu Janet mencoba untuk meletakkan jari telunjuknya pada hidung pemuda yang sedang terpejam itu.“Syukurlah ia masih bernapas,” ucapnya kemudian melirik ke arah Ayah kemudian pelayannya.Gadis itu pun berteriak memanggil mereka untuk meminta bantuan.“Tolong! Tolong bantu aku!” teriak Janet meminta bantuan sambil melambaikan tangan.Saat itu empat orang pria bertubuh kekar datang menghampiri mereka dengan dipimpin oleh Tuan Hall. Dua dari pria kekar itu adalah pengawal yang tadinya menyertai Nicko menuju ruang inovasi.“Bawa tamuku untuk beristirahat!” perintah Tu
Halaman depan Hall Enterprise tampak ramai kali ini. Mobil-mobil hitam tiba-tiba masuk di halaman parkir dan saat itulah orang-orang berpakaian serba hitam keluar dari dalam mobil itu.Tanpa peduli keadaan sekitar, mereka pun berjalan dengan gagah dan tampak menyeramkan. Petugas keamanan yang berjaga di depan Hall enterprise pun tidak ada yang berani untuk menghalangi mereka.Apalagi saat petugas itu melihat salah satu dari gerombolan yang datang adalah orang yang memberikan pelatihan beladiri padanya saat hendak menjadi seorang petugas keamanan. Tentu saja pegawai Hall Enterprise memilih untuk mundur dan meberi jalan pada mereka daripada harus mencari mati.Salah satu gerombolan pria berpakaian serba hitam itu pun menuju ke meja resepsionis dan dengan kasar ia pun langsung membentak petugas resepsionis. Ia tak peduli jika petugas itu adalah seorang wanita yang tampak ketakutan.“Katakan dimana
Janet menutup mulutnya begitu melihat mata hazel Nicko telah terbuka lebar. Lelaki itu tampak berbeda dengan beberapa saat sebelumnya, saat ia tengah tertidur.Kali ini pemuda berparas tampan itu pun menunjukkan raut wajah yang cerah, sama sekali tidak menunjukkan wajah seorang yang bangun tidur ataupun kesakitan. Padahal kedua pergelangan tangannya terikat oleh tali yang dikaitkan dengan sandaran ranjang.“Kau suka bermain tali Nona Janet Hall?” tanya Nicko sambil mengangkat salah satu alisnya seolah mengejek perempuan bertubuh tinggi ini.“Eh aku … aku,” balas janet gugup.Gadis yang saat ini hanya mengenakan pakaian dalam pun meremas-remas jemarinya sendiri. Ia merasa kikuk karena tidak menyangka Nicko akan bereaksi seperti ini. Menurut perkiraannya pemuda itu akan tidur sampai dua atau tiga jam ke depan. Di saat itulah ia akan berpose mesra dengan Nicko dan mengirim