Tinjuan itu sangat cepat mengarah pada pipi Nicko. Dilihat dari ukuran kepalan tangan, sangat mungkin pukulan itu mampu membuat rahang suami Josephine menjadi kebiruan, bahkan tulangnya bergeser. Namun sayang hal itu tidak terjadi, karena dengan cepat Nicko menangkap pukulan itu dengan telapak tangan kirinya, dan tanpa melihat.
Aksi yang dibuat oleh pemuda bertubuh kurus ini tentunya menimbulkan kehernan pada mereka. Bagaimana mungkin semua ini bisa dilakukan oleh seorang seperti dirinya. Bahkan salah satu dari mereka pun mengumpat karena pukulan yang gagal.
“Sudah jangan pedulikan, ini hanya kebetulan. Lagipula dia datang seorang diri, tentu saja dia tidak bisa mengalahkan kita yang jumlahnya tujuh orang!” seru Walter pada kawanannya.
Mereka yang berada di belakang Walter pun berpikir kalau ucapan Walter memang benar. Mereka semua pun sepakat kalau apa yang barusan terjadi hanyalah kebetulan semata.
&
Mendengar tantangan yang diucapkan Nicko, kawanan Walter bukannya takut, mereka justru malah tertawa terbahak-bahak.“Hei Walter apa kau tidak salah memilih lawan? Bukankah lawanmu ini orang gila yang terus menerus bermimpi?” ejek salah satu dari kawannnya yang wajahnya ditumbuhi jambang yang lebat.“Huh ya dia memang seorang pemimpi ulung, dan sudah saatnya kita untuk menyadarkannya dari mimpi!” seru Walter.“Sudah apalagi yang kita tunggu. Kita serang saja lelaki dungu tak tahu malu ini!” seru yang lain mendahului komando Walter.Walter sama sekali tak keberatan pimpinannya diambil alih. Yang diinginkan olehnya saat ini adalah Nicko segera dikalahkan, tak masalah jika pemuda itu harus mati di tangannya dan juga antek-anteknya.Salah satu antek Walter mulai menyerangnya dari arah kiri. Melayangkan tinju sekali lagi ke arah dagunya. Namun denga
Semuanya tertegun begitu mendengar suara letusan senjata api yang memekakan telinga. Tidak hanya Nicko, tapi kesemua kawanan Walter. Sementara di dalam sedan hitam milik Sara, Ibu dan anak itu menutup mata sambil berpelukan.Mereka berdua tampak begitu akur, dan menampilkan adegan yang begitu indah. Angeline kecil berada dalam dekapan sang ibu yang juga menutupi telinganya. Sementara tangan mungil itu berusaha untuk menutupi telinga sang ibu agar tak mendengar letusan itu.Kembali Angeline menitikkan air mata dan menunjukkan kekhawatirannya.“Ibu apakah itu suara tembakan, apakah mereka menembak Paman Nick dan membuatku kehilangannya?”Lagi-lagi Sara harus dikejutkan oleh sikap putrinya yang begitu mengkhawatirkan kawan barunya. Ini pertama kalinya Sara melihat Angeline merasa dekat dan menyayangi seseorang yang bukan keluarganya.Ibu Muda itu diam-diam mengintip ke a
Dengan langkah yang lamban Nicko pun berjalan menuju mobil Sara. Perkelahian barusan membuatnya sangat lelah.Pemuda itu pun mengetuk kaca jendela sendan hitam mewah yang berkilau itu. Saat pintu dibuka ia dikejutkan oleh sesuatu yang tak pernah ia kira sebelumnya.Angeline keluar dari mobil lebih dulu dan mendahului ibunya. Yang mengejutkan gadis kecil itu langsung berlari ke pelukannya dan tak ingin melepaskan.“Paman Nick. Kukira Paman akan mati karena mereka menyakiti Paman,” suara Angeline terdengar terisak karena dipenuhi oleh rasa khawatir yang berlebihan pada sosok yang baru ia kenal.Nicko tak menjawab, ia balas memeluk anak kecil itu dan mengangkat tubuhnya hingga tinggi mereka sejajar.“Angeline sayang, kau bisa lihat kan kalau Paman tidak apa-apa,” kata Nicko mencoba menepiskan rasa khawatir pada diri Ageline.Gadis kecil i
Angeline sudah terlelap begitu mereka tiba di kediaman Tuan Wu. Sejenak Nicko memperhatikan anak kecil yang saat ini tertidur dengan begitu damai.“Dia pasti kelelahan,” kata Nicko pada Sara yang mematikan mesin mobil.Sejak tadi Sara memang memaksa untuk mengemudikan mobil saja. Ia tak tega melihat kawan barunya harus measa semakin lelah karena mengemudikan mobil ke rumahnya yang cukup jauh dari area mereka dihadang.Meski Nicko memaksa tapi Sara tetap mengijinkan. Sara mengatakan ini sudah seharusnya ia lakukan karena Nicko telah bersusah payah melindungi mereka berdua. Walau sudah dijelaskan kalau mereka berdua terkena imbas dari penyerangan yang memang ditujukan untuknya, tapi Sara tetap tak peduli.Selain itu, Angeline meminta agar Paman Nick duduk saja di bangku penumpang dan meminta Ibunya saja yang menyetir. Jika bos kecil yang sudah meminta tentu saja Nicko tak bisa berkutik.
“Hmm kurasa ini sudah larut, dan sudah seharusnya aku pulanag ke rumah. Banyak pekerjaan yang harus kulakukan, apalai istriku pasti akan mencariku,” kata Nicko sambil melirik arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya.Sara langsung tersentak, dan ia tiba-tiba memikirkan pekerjaan apa yang akan dilakukan oleh Nicko. Dari pengamatan orang suruhannya Nicko selalu diminta untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang begitu rumah. Ditambah lagi pekerjaan itu hanya dilakukan oleh Nicko saja, tidak dengan anggota keluarga yang lain.Sangat disayangkan seorang yang memiliki kecerdasan luar biasa di atas rata-rata sepertinya mendapatkan perlakuan begitu hinda dari keluarga istrinya. Ia juga berpikir apakah mereka sama sekali tak ada yang bersedia untuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah.“Jadi kau akan pergi sekarang?” tanya Sara.“Ya aku harus pergi sekarang. Aku juga perl
Hari sudah berganti pagi. Namun kedua insan itu masih saja melanjutkan kemesraan mereka semalam. Mereka sepertinya memanfaatkan momen perayaan pernikahan mereka dan juga ketidakhadiran orang lain di rumah.Sebagai penebusan Nicko karena lupa akan hari istimewa mereka, ia pun memanjakan sang istri dengan kemesraan yang bisa ditawarkan. Meskipun semalam diam-diam ia telah menyiapkan suatu hadiah khusus yang akan diambilnya hari ini.Namun kemesraan itu harus berakhir seketika sata tiba-tiba ada mobil sedan mewah yang berhenti di depan rumah mereka. Jo yang awalnya duduk di pangkuan Nicko sambil menyuapi suaminya sarapan pun terpaksa harus turun dan melihat siapa yang datang.“Huh menyebalkan sekali,” keluh Josephine yang meraasa terganggu.Namun ia tetap saja bangun dan mendatangi sosok yang mendatangi rumahnya. Sementara Nicko kembali merapikan pakaiannya, ia memang berencana untuk menemui
Pemilik mobil Lexus itu jelas tak dapat menerima apa yang didapat oleh Nicko. Baginya Nicko hanyalah sampah yang keberadaannya hanya mengganggu lingkungan. Nicko tak berhak untuk mendapatkan kehormatan apapun selamanya.Sambil memukul setir dengan telapak tangannya, ia pun memutuskan untuk mengikuti sedan mewah yang menjemput Nicko.“Kurang ajar, berani benar dia membuat sensasi di keluarga kami. Huh jangan-jangan ia mengaku-ngaku kalau dirinya adalah seorang Tuan rumah. Hal ini tak bisa dibiarkan. Aku harus menghentikannya sebelum terjadi perkara yang berkepanjangan,” runtuknya sambil melanjutkan perjalanan membuntuti mobil yang ditumpangi oleh Nicko.Pengemudi Lexus itu adalah Damian, yang tadinya berniat untuk mengambil cucian milik keluarga Windsor sebagai konsekuensi atas taruhannya bersama Josephine beberapa waktu lalu.Agar tak dicurigai, ia pun mengambil jarak yang cukup jauh deng
Bersama Tuan Hall, Janet dan juga pengawalnya, Nicko memasuki lorong yang didominasi warna silver dengan lampu putih yang menyorot. Perjalanan mereka berhenti sejenak di sebuah pintu yang sepertinya terbuat dari baja.Tuan Hall meletakkan telapak tangannya pada sebuah layar yang berada di samping pintu hingga pintu itu terbuka. Nicko takjub melihat kecanggihan teknologi yang ada di hadapannya. Ini seperti dalam sebuah film produksi Holywood yang menampilkan kecanggihan teknologi.Pemuda itu pun terus melihat ke sekeliling, semua tampak begitu canggih dan menarik perhatiannya. Ia tak tahu kata apa yang pantas diucapkan untuk mengungkapkan kekagumannya kali ini. Semuanya tampak begitu sempurna dan mengagumkan di kedua mata hazelnya.“Silakan masuk Tuan,” Tuan Hall mengundangnya untuk mengikuti dirinya dan Janet, sementara pengawalnya berada di depan pintu dan berniat masuk untuk teakhir kali.