Usapan lembut pada rambut pirang Jo membuatnya tersadar dan mendongakkan kepala. Ia tahu betul siapa pemilik tangan itu. Sentuhan yang lembut dari telpak tangan yang kokoh, siapa lagi jika buka suaminya, Nicko.
Perempuan berambut pirang itu perlahan bangkit dan menyandarkan tubuhnya pada dada bidang sang suami. Tempat yang selalu membuatnya merasa nyaman dan terlindungi.
“Kenapa kau bersedih Jo, mereka merundungmu kembali?” tanya Nicko dengan lembut, kemudian membimbing istrinya untuk kembali duduk.
Jo pun duduk kembali dan menceritakan semuanya kepada sang suami. Ia bercerita tentang apa yang dilakukan oleh sang Ibu serta kebingungannya menghadapi keluarganya saat ini. Termasuk Nenek yang memintanya untuk mengambil kembali villa yang saat ini dimiliki oleh keluarga Lloyd.
Nicko menghela napas panjang mendengar ucapan istrinya. Hal ini tidak aneh untuknya, sejak dulu Jo memang selalu dian
“Nenek, kenapa kau bicara seperti itu. Nicko baru saja datang dan bermaksud untuk menunggu ayah operasi,” kata Josephine berusaha membela suaminya.Namun wanita tua itu sama sekali tak mempedulikan perkataan Josephine. Ia justru berdiri dengan bantuan tongkat lengkungnya dan berjalan sedikit lamban. Tubuh Elizabeth tergolong tambun, dan usianya yang tak lagi muda membuat kakinya semakin lemah dalam menopang berat tubuhnya.Saat dirinya sudah berdiri di hadapan Nicko, ia pun menunjuk-nujuk pemuda itu dengan tongkatnya. Meluapkan kemarahan dan kebencian yang semenjak tadi ditahan olehnya.“Kau sungguh kurang ajar Nicko berani benar kau menjual villa yang kuberikan padamu. Kau ini sungguh tak tahu malu, sudah menumpang di keluarga kami, kini kau malah menyia-nyiakan apa yang telah kami berikan untukmu!” bentak Nenek.Damian yang memang gemar mencari muka pada wanit tua itu pun ik
Sara menempelkan ponsel pada dagunya setelah menerima laporan dari orang suruhannya. Kemudian ia mengangguk setelah mencerna seluruh laporan tentang Nicko.Apa yang ia dengar membuatnya cukup terkaget, tak mengira seorang yang jenius seperti Nicko memiliki nasib yang begitu buruk. Menjadi seorang pembantu berstatus menantu di rumah mertuanya. Bukan hanya menjadi pembantu, tapi ia selalu disalahkan setiap ada kemalangan yang terjadi pada keluarga Windsor.“Aku tak mengerti bagaimana Nicko bisa hidup di tengah-tengah keluarga berbisa seperti mereka,” pikir Sara.Ibu tunggal itu kemudian kembali ke ruang tengah, di situ ia melihat putri kecilnya Angeline tengah bercanda dengan adik laki-lakinya Karl. Sedangkan ayahnya menutup buku yang barusan dibaca dan melirik ke arah Sara.“Duduklah Sara!” perintahnya.“Baik Ayah, apa ada yang ingin dibicarakan denga
“Apa maksudmu berkata demikian? Apa ini ada hubungannya dengan kejadian menghebohkan dua tahun lalu?” tanya Tuan Wu.Berita pernikahan Josephine yang nyaris gagal menikah saat itu memang terdengar jelas seantero WestCoast Town. Saat itu keluarga Windsor sedang dalam masa kejayaan mereka, dan pernikahan itu melibatkan keluarga Jones yang terpandang.Berita pernikahan itu memenuhi surat kabar dan televisi, dan dianggap sebagai pernikahan termegah tahun itu. Namun di detik-detik terakhir ada perubahan mempelai pria.“Sepertinya Nicko adalah laki-laki yang dijadikan pengganti mempelai pria di hari pernikahan putri bungsu keluarga Windsor,” jawab Sara.“Hmm jadi begitu ceritanya. Itu mudah saja, kau tentu bisa bersama dengan lelaki itu,” kata Tuan Wu penuh dengan keyakinan.“Apa maksud Ayah?”Tuan Wu hanya menyeringa
Melihat Daisy meiliriknya dengan pandangan sinis, Nicko pun semakin menjadi-jadi. Mungkin ia sudah lelah dengan keluarga Windsor yang selalu saja menginjak-injak harga dirinya.“Kurasa seharusnya Anda mempertanyakan kenapa orang yang sengaja menyebabkan kecelakaan pada anggota keluarga Anda dilepaskan begitu saja dan digantikan oleh beberapa barang,” tambah Nicko.Kali ini wanita yang paling berkuasa di keluarga Windsor pun terdiam seribu bahasa. Ia tengah mencoba mencerna perkataan Nicko, dan sepertinya memikirkan apa yang tengah dilakukan oleh keluarga besarnya kali ini.Walaupun enggan merasa kelasnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan menantu yang paling tak diinginkan ini, tapi Elizabeth tak dapat menyalahkan ucapannya kali ini. Sejak tadi ia tak menyadari kalau dirinya terlalu sibuk memikirkan villa miliknya sampai lupa kalau sebenarnya kondisi Edmund lebih penting di atas segalanya.
“Hmm, jadi itu alasanmu Daisy?” tanya Nenek dengan nada yang sinis.Ibu Josephine mengangguk membenarkan. Meskipun sebenarnya ia merasa was-was karena takut akan kemarahan Ibu mertuanya.Daisy yang memang selalu mengharapkan hidup dalam kenyamanan ini pun merasakan ketakutan yang luar biasa dalam hati. Ia mengkhawatirkan kalau ia akan diusir dari keluarga Windsor.Jika hal itu terjadi tentu ia akan kebingungan, Daisy tentu saja tak tahu dimana ia akan tinggal setelahnya. Ia hanyalah perempuan yang berasal dari kelas bawah yang selalu memimpikan kehidupan yang wah.Sebenarnya ia masih memiliki rumah milik keluarganya di kampung halaman. Namun rumah itu sangat kecil dan jelek. Rumahnya hanya memiliki dua kamar tidur sempit untuknya dan kedua orang tua yang sudah meninggal. Terlebih lagi, rumah itu berada jauh dari kota.Tentu saja ia enggan untuk kembali ke tempat itu l
Nicko baru saja bangun dari tidurnya yang singkat. Sejenak ia memperhatikan istrinya yang masih tertidur karena kelelehan. Semalam mereka baru tiba di rumah lewat tengah malam, setelah Edmund berhasil di pindahkan di kamar biasa.Operasi Ayah mertuanya berjalan dengan lancar semalam, walaupun memakan waktu yang cukup lama. Yang terpenting adalah tidak ada komplikasi apapun setelah operasi. Jika hal itu terjadi, tentu saja Jo dan Cathy pasti akan bersedih, dan Nicko tak mau melihat hal itu.Pemuda berparas tampan ini memperbaiki selimut istrinya yang tersingkap. Kemudian ia pun beranjak dan memulai aktivitasnya seperti biasa, mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang selalu dianggap remeh oleh keluarga Windsor.Saat ia tengah mengambil vacuum, bahunya serasa ditepuk oleh seseorang dari belakang. Saat ia berbalik, kakak iparnya Cathy berdiri di sana.Ada yang aneh dengan kakak iparnya kali ini. Rambut pa
Kebekuan muncul diantara Nicko dan Catherine, saat pemuda ini mengantarkan kakak iparnya bekerja. Berulang kali Cathy mencoba mengajaknya bicara untuk meminta maaf tapi diacuhkan. Bahkan sampai tiba di hotel Windsor pun mereka tak bicara.Nicko langsung mengemudikan mobil vannya, dan segera menuju yatch club untuk memenuhi undangan Tuan Wu. Kali ini ia sudah mendapatkan ijin dari Nenek sebagai balasan atas inisiatifnya membiayai operasi Edmund.Meskipun sempat terjadi perdebatan pada keluarga Windsor saat Nicko meminta ijin. Namun ketika Nenek membuat keputusan, maka tak satupun dari mereka berani untuk menolak. Alhasil Damian lah yang diminta untuk menjaga Edmund hari ini, dan tak dapat dibantah.Saat mendengar keputusan Nenek, Daisy pun merasa lega karena ia diberi istirahat dari kegiatan menjaga suaminya. Ia juga merasa senang karena Nicko diijinkan pergi memenuhi undangan Tuan Wu. Tentu saja ia berharap agar tujuan y
Nicko tak berhenti membulatkan matanya saat melihat orang yang menepuk bahunya, sementara Adrian dan Greg saling berbisik menertawakan nasib Nicko kini. Orang yang meneuk pundak Nicko tentu bukanlah orang sembarangan.Baik Adrian maupun Greg sama-sama sibuk untuk memberi kesan yang baik pada orang yang menepuk bahu Nicko. Meskipun orang itu bukanlah orang nomer satu di Westcoast town, tapi ia memiliki kedekatan dengan khusus dengan yang utama.Sebagai anak dari keluarga kaya meski bukan yang teratas, tentu mereka semua berebut untuk mendapatkan perhatian dari yang teratas. Tujuan mereka tentu saja untuk mendapatkan kemudahan bagi bisnis keluarga mereka. Namun sebenarnya tindakan mereka berdua adalah tindakan paling bodoh yang pernah dilihat orang itu.Mengejek dan merendahkan si menantu tak berguna ini adalah satu cara memberi kesan. Pada umumnya orang-orang kaya di WestCoast Town tidak pernah berbaur dengan orang-orang