Daisy sengaja menahan Damian untuk melangkah ke depan ruangan Edmund. Saat itu, wanita yang mewariskan mata indah pada kedua putrinya itu tak sengaja melihat Josephine tengah bicara berdua saja dengan Adrian. Tentu saja wanita ini senang bukan kepalang saat melihat pemandangan itu.
"Sst! Tunggu saja di sini biarkan mereka menyeleaikan pembicaraan ini," kata Daisy mencegah keponakannya melangkah."Aku mengerti maksud Bibi, tapi ngomong-ngomong dimana si pecundang dan Catherine, kenapa mereka tak ada di sana?" tanya Damian yang sedikitmerasa aneh dengan apa yang ia lihat.Daisy mengangkat bahu menjawab pertanyaan Damian. Namun sesungguhnya ia tak peduli akan keberadaan si pecundang itu. Ia sudah cukup bahagia hari ini karena sudah ada yang membiayai operasi suaminya dan memberikan fasilitas VVIP. Ditambah lagi melihat putrinya sedang bercengkrama dengan Adrian.
"Sudahlah si pecundang itu tak berarti apa-apa bagi kami. Lebih bJosephie bernapas lega kala melihat Ibunya datang bersama Damian. Itu artinya ia tak perlu lagi berlama-lama dengan Adrian.Perempan muda itu jengah berlama-lama bersama Adrian yang semakin lama sikapnya semakin berlebihan. Beberapa kali Adrian mencoba untuk menyentuh tangannya, dan mendekatkan bibir pada wajahnya untuk mencium pipi."Kau sudah lama di sini Adrian?" tanya Daisy berpura-pura tidak tahu kalau ia sudah melihat sosoknya di lobby."Tidak juga Nyonya, tadi Josephine mengabariku kalau ingin kutemani di sini," jawab Adrian penuh kebanggaan. Namun tidak dengan Jo, ia justru mual dan ingin muntah.Daisy pun langsung merangkul laki-laki yang digadang-gadang sebagai menantu daman itu. Ia tak tahu lagi bagimana harus berterima kasih pada lelaki itu."Terima kasih Adrian, aku tak tahu bagaimana mengungkapkannya. Kau benar-benar penyelamat bagi kami," kata Daisy.SIkap wanita berambut sebahu ini
Dengan lembut Nicko menyibakkan rambut sang istri ke belakang telinga. Walaupun sebenarnya ia menganggap istrinya terlihat lucu karena merasa kecewa. Tadi Josephine datang dengan raut wajah yang cemberut dan kaki yang dihentakkan sepeti anak kecil yang telah kehilangan mainan.Saat itu Jo menceritakan sikap sang Ibu terhadap Adrian. Jo yang jelas-jelas mengetahui hal ini pun jelas tidak terima. Hanya ia tak tahu bagaimana menyampaikan keberatannya pada Ibu dan Adrian."Dia menyebalkan sekali, beraninya mengaku-ngaku kalau dirinyalah yang telah membayar baya pengobatan Ayah. Padahal yang melaukan hal itu adalah Bos besarku," keluh Josephine yang masih tampak kesal.Nicko menghela napas panjang kemudian menggeleng. Dalam hati ia mengutuk perilaku rivalnya yang sangat tidak tahu malu. Beruntung ia sudah mengatur semua di awal, dan mengatakan kalau yang melakukan itu semua adalah Bos Richmond."Hmm ada saja masalah, untung hal ini muda
"Yah, Adrian memang harus segera dihentikan, jangan biarkan ia semakin besar kepala," tambah Catherine yang juga ikut emosi mendengar penuturan Josephine."Aku paham dengan perasaan kalian, tapi sebaiknya kalian berdua tak perlu gegabah. Orang yang licik seperti dia harus dibalas dengan kecerdikan," balas Nicko.Namun kedua bersaudara itu sepertinya tidak sabar untuk segera membuat lelaki itu malu. Terutama Josephine yang hari ini menjadi umpan untuk memancing Adrian."Tapi Sayang, apa kita harus diam saja melihat ia begitu dipuja-puja oleh Ibu, dan mereka terus menerus menyalahkanmu untuk sesuatu yang tak kau lakukan," kata Jo.Nicko langsung mengenggam erat telapak tangan Josephine, lalu mengecupnya. Lagi-lagi menumbuhkan perasaan cemburu pada diri Catherine."Sayang, maafkan aku, sekali lagi aku membutuhkanmu untuk kembali ke sana. Cobalah gali informasi dengan cara melibatkan diri pada percakapan mereka. Biarkan Ad
Adrian masih saja tersipu saat mendengarkan pujian yang disampaikan oleh Daisy."Kau sungguh luar biasa Adrian, karena engkau, suamiku bisa segera mendapatkan pertolongan, jika tidak entahlah tak bisa membayangkan apa yang akan terjdi pada diri suamiku," kata Daisy."Sudahlah Nyonya, kurasa Anda terlalu membesar-besarkan semua, ini hanyalah hal kecil bagiku," kata Adrian bermaksud untuk merendah.Namun sebenarnya dalam hati ia merasa was was, takut kalau ketahuan bukan ia yang membiayai operasi Tuan Edmund Windsor. Itulah kenapa ia ingin sekali agar segera pergi dari sini, tapi itu sulit. Keluarga Josephine terus saja menahannya dan mengungkapkan kekaguman akan kebaikannya."Huh seandainya saja waktu itu mendiang kakek bertemu dengan Adrian, pastilah bukan si pecundang itu yang menjadi suami dari Josephine," sahut Damian dikuti anggukan Bibinya."Itu benar sekali. Ayah mertuaku terlambat untuk menemui sosok sepertimu,"
Catherine langsung menyikut adiknya yang sudah mulai di luar kendali. Sang kakak perempuan tak ingin apa yang telah mereka rencanakan gagal."Jo, sudah diamlah, biar aku saja yang bicara padanya," bisik Catherine.Untungnya kali ini Jo menurut. Ia meyakini kalau kakaknya mampu untuk bersikap obyektif, karena tidak ada perasaanya yang dilibatkan dalam masalah kali ini."Hmm aku dengar dari Jo, kau telah menyumbangkan uangmu untuk kesembuhan Ayahku, apakah itu benar Adrian?" tanya Catherine.Melihat sikap putri sulungnya yang berbeda dengan Josephine, Daisy pun merasa senang krena menganggap sekutunya telah kembali."Tentu saja ia telah menyumbang untuk Edmund. Kau tahu Catherine, tadinya Adrian sama sekali tak mau mengaku akan hal ini, tapi setelah kami mendesak, akhirnya ia mengaku," jawab Daisy.Dalam hati Catherine ingin mengatakan kalau sang Ibu sudah terkena perangkapnya."Wah, benarkah, s
Ucapan Daisy masih jelas terdengar oleh Nicko si menantu tak berguna. Namun pemuda itu tetap acuh, dan fokus pada tujuannya."Kalian tunggu saja, aku punya kejutan tak terduga untuk kalian," ucap Nicko dalam hati dan terus melangkah meninggalkan kerumunan itu.Sementara Josephine hanya memandangi punggung sang suami yang sudah mulai menjauh hingga hilang di balik dinding. Dia sama sekali tak mengerti apa yang direncanakan oleh suaminya saat ini."Dia mau apa ya?" tanya Jo dalam hati dan merenungi apa yang akan dilakukan oleh suaminya."Jo, kau dengar apa yang Ibu bicarakan?" tegur Daisy tiba-tiba membuyarkan lamunan Jo.Semenjak tadi Ibunya sibuk membicarakan keburukan Nicko bersama sepupunya dan juga Adrian. Wanita itu semakin lama semakin bernafsu untuk menjodohkan putrinya dengan Adrian."A ... Apa yang Ibu bicarakan?" tanya Jo yang memang tidak mendengarkan perkataan wanita yang melahirkannya.
Sekali lagi Catherine mengulang perkataannya untuk memberi penegasan pada seluruh keluarganya.Terutama adiknya yang saat ini emosinya tidak menentu."Benar kan Adrian, ini tak akan jadi masalah buatmu, memang pihak rumah sakit tidak akan memberiahukan rahasiamu pada kami, tapi kau pasti diberikan tanda terima oleh Rumah Sakit kan?" tanya Catherine dengan maksud untuk mempertegas.Ibunya yang sudah diliputi nafsu untuk menjodohkan Adrian dengan putrinya pun semakin bersemangat untuk membela calon menantu idamannya itu. Kali ini ia mendukung Catherine, putri sulungnya agar bisa membuat Josephine tercengang oleh uang yang dieluarkan Adrian untuk Ayahnya."Kau pasti akan takjub dengan pengorbanan Adrian pada keluarga kami. Apa kau masih sampai hati menolaknya," ungkap Daisy dalam hati.Adrian diam mematung mendengar ucapan Catherine. Lelaki ini justru sibuk memainkan ponsel menunjukkan kalau ia adalah orang yang banyak pekerjaa
Tak hanya Cathy yang mapu menemukan celah kebohongan dalam ucapan Adrian. Namun Josephine pun juga melihat celah itu.Putri kedua Daisy itu pun tak mampu menahan emosin. Ia pun langsung menodong Adrian dengan pertanyaan yang mampu membuat lelaki itu tersudut."Kau ini lucu Adrian," balas Jo."Ma ... Maksudmu apa?" tanya Adrian sedikit gugup. Sepertinya pemuda ini merasa kalau Jo sudah mengetahui kebohongan yang ia buat. Jantungnya semakin berdegup kencang, ia tak siap menanggung akibat dari kebohongan yang ia buat."Yah, caramu menyangkal itu sungguh lucu. Kau bilang sepertinya kau tak sengaja meninggalkannya di mobil, tapi kemudian kau mengatakan tak ingin aku mengetahuinya. Pernyataanmu ini snagat bertentangan sekali Adrian," balas Jo sambil berdiri dan berkacak pinggang. Perempuan bermata aqua itu memandang Adrian dengan tatapan yang remeh dan penuh hina."Dengar ya Adrian, kau mengatakan sepertinya kau mening
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt