"Ngomong-omong, Papa Rosyad dimana, sayang? Kok aku nggak lihat?" tanya Angga kepada Riska.
"Papa lagi pergi beliin aku kedondong. Aku pengen banget makan buah kedondong," jawab Riska.
"Kok belum pulang? Memangnya perginya dari kapan?" tanya Angga lagi.
"Papa belum pulang dari kerja. Terus sekalian Papa pulang, aku minta untuk sekalian beliin kedondong."
"Ya sudah!"
"Kamu pasti capek kan, Ga. Sana pergi ke kamarmu, istirahat!" ucap Rahmat.
Selain bermaksud untuk membiarkan Angga beristirahat, Rahmat juga tidak ingin melihat kelakuan Angga dan Riska yang jika sudah berdua, sering sekali lupa dengan
"Terima kasih, Tuhan! Karena engkau telah memberikan laki-laki yang bisa menjaga dan menyayangi Riska dengan tulus."Rosyad yang sudah pulang dengan membawa buah kedondong pesanan Riska, langsung hendak masuk ke kamar Riska untuk memberitahu, jika buah kedondongnya sudah dia belikan.Tapi saat sampai di depan pintu kamar Angga yang tidak tertutup rapat, Rosyad mendengar semua yang dikatakan Angga kepada Riska.Bahagia? Tentu saja Rosyad merasa bahagia. Orangtua mana yang tidak bahagia, ketika anak gadisnya mendapatkan Suami yang baik serta tulus seperti Angga.Rosyad tersenyum dan hendak pergi meninggalkan kamar anaknya. Tapi niat itu langsung Rosyad urungkan, ketika Rosyad mengingat jika Riska tadi begitu sangat menginginkan buah kedondong.Tok! Tok! Tok!"Riska! Boleh Papa masuk?" ucap Rosyad setelah mengetuk pintu.Tentu saja ketukan Rosyad itu langsung membuat Angga melepaskan pelukannya kepada Riska.Bukannya apa-apa, Angga hanya merasa malu jika sampai kelakuannya itu dilihat ol
Di dalam kamar, Angga yang masih setengah sadar mencoba untuk memeluk Riska.Bukannya memeluk Riska, Angga malah mendapati jika ranjang di sebelahnya sudah kosong.Sontak saja hal itu langsung membuat Angga tersadar sepenuhnya. Angga mencoba untuk berpikir positif. "Mungkin saja Riska sedang di kamar mandi," pikirnya.Angga pun bangun dari tempat tidur, lalu berjalan ke arah kamar mandi. Angga mengetuk pintu kamar mandi, sambil memanggil-manggil nama Riska."Sayang! Kamu di dalam?" tanya Angga dengan suara agak keras, takut jika Riska tidak akan mendengarnya.Sudah tiga kali Angga mengetuk dan memanggil Riska, tapi tetap saja tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi."Aku masuk ya, Sayang!" Angga benar-benar merasa cemas karena tidak mendapatkan sahutan dari dalam kamar mandi.Begitu Angga membuka pintu kamar mandi, Angga sama sekali tidak melihat Riska di sana.Rasa panik dan takut sudah mulai menguasai pikiran Angga. Riska yang biasa saja, Angga sudah begitu protektif. Apalagi Riska
Jam sembilan pagi, Angga dan Riska masih belum bangun juga. Padahal para orang tua beserta Kakek masih menunggu kemunculan Angga dan Riska."Masa mereka masih belum bangun juga sih!" keluh Rahmat.Rahmat sudah memutuskan untuk berangkat bekerja lebih siang, hanya demi untuk menemani Riska sarapan.Perasaan akan segera menjadi seorang Kakek, benar-benar sangat menyenangkan, sehingga membuat Rahmat seperti akan memberikan apapun untuk Riska dan calon cucunya."Sabar, Pa! Atau kalau keburu siang, Papa berangkat kerja saja dulu," usul Sofia."Benar-benar anak itu. Tidak tahu apa jika mereka sedang ditunggu," gerutu Rahmat dengan sebal."Jangan-jangan Riska mengalami morning sicknes sampai tidak bisa bangun lagi? Tidak bisa! Aku harus ke atas sekarang," ucap Sofia tiba-tiba.Sofia khawatir jika Riska akan mengalami mual yang parah, yang dapat mengakibatkan Riska tidak bisa bangun.Jika memang benar begitu, maka pantas saja mereka tidak turun juga dari tadi. Angga pasti tidak akan tega meni
Siang hari, disaat Angga masih meliburkan dirinya karena baru saja kembali dari luar kota. Waktu Angga digunakan untuk memanjakan Riska.Di halaman belakang rumah, mereka duduk di bangku di bawah pohon manggis. Riska berbaring di paha Angga sementara Angga mengusap-usap rambut Riska. Mereka mengobrol santai sambil menikmati udara yang segar, karena mereka berada tepat di bawah pohon manggis."Sayang sekali ya, pohon manggisnya nggak berbuah," ucap Riska tiba-tiba di tengah pembicaraan mereka."Kamu mau manggis?" tanya Angga.Angga pikir jika Riska sekarang tengah mengidam."Nggak! Aku cuma bilang doang. Aku lagi nggak pengen manggis," jawab Riska."Kalau kamu mau sesuatu, jangan di tahan ya! Bilang secepatnya sama aku, aku pasti bakal usahain untuk mendapatkan apapun yang kamu mau," jawab Angga.Angga benar-benar semangat untuk memenuhi ngidamnya Riska. Apalagi ini adalah kehamilan pertamanya Riska.Riska hanya menyunggingkan senyum manisnya saat mendengar kata-kata Angga yang sangat
Hari demi hari berganti, kini usia kandungan Riska sudah empat bulan. Masa-masa ngidam yang agak merepotkan juga masih saja berlanjut.Tidak hanya Angga saja yang kerepotan, semua anggota keluarga juga mendapatkan bagiannya masing-masing.Walaupun agak merepotkan untuk memenuhi ngidamnya Riska, tapi mereka benar-benar bersyukur dengan kondisi kandungan Riska yang sehat.Hari-hari bahagia mereka akhir-akhir ini, harus tersandung dengan kesedihan, karena kecelakaan yang menimpa Rosyad.Hari ini, saat Rosyad hendak pulang dari tempat kerjanya. Rosyad mengalami kecelakaan beruntun yang mengakibatkan kondisinya sangat kritis.Tulang kaki, tangan serta leher yang patah. Hantaman yang kuat di bagian paru-parunya, membuat Rosyad tidak sadarkan diri. Hanya hembusan nafasnya yang sangat pelan serta detak jantungnya sangat lemah.Saat ini, Angga yang sudah bersiap-siap untuk pulang. Tiba-tiba ada panggilan masuk ke ponselnya.Saat Angga melihat id pemanggil, ternyata yang memanggilnya adalah Aya
Sesampainya di rumah sakit, Angga langsung bertanya kepada perawat dimana ruangan Rosyad berada.Sungguh, saat itu juga jantung Angga rasanya mau copot saat dia mendengar jika Rosyad sekarang tengah berada di ruang ICU.Angga berjalan gontai ke ruang ICU dengan pikiran yang berantakan. Sesampainya di ruang ICU, Angga menatap nanar pintu ruang ICU dimana Rosyad sekarang tengah berbaring di dalam.Salah satu Dokter yang melihat Angga mondar-mandir dengan raut wajah gelisah di depan ruang ICU, bergegas menghampirinya. Kebetulan Dokter itu juga yang menangani Rosyad."Permisi! Apakah Masnya ini anaknya Bapak yang di dalam?" tanya Dokter itu setelah berada di depan Angga.Angga yang tadinya masih mondar-mandir sambil menundukkan kepalanya, langsung mendongak begitu mendengar seseorang bertanya padanya."Dokter adalah …?" tanya Angga linglung."Saya Dokter yang menangani Bapak yang berada di dalam ruang ICU ini," jawab dokter itu sambil menunjuk ke ruang ICU.Dokter itu seorang laki-laki pa
Sekarang sudah jam sembilan malam, tapi Angga dan Rosyad masih belum pulang juga. Hal itu membuat Riska menjadi khawatir dan tanpa sadar dia berjalan mondar mandir.Apalagi dari tadi siang, perasaan Riska sangat tidak enak. Seperti ada sesuatu yang hilang, tapi Riska tidak tahu apa itu.Bisa dibilang Riska tidak peka, tapi itu juga bukan salah Riska. Bagaimanapun, dari dulu Riska sudah diperlakukan dengan hati-hati. Tidak pernah dibiarkan untuk mengurus hal yang berat.Banyak hal yang Riska sebenarnya tidak ketahui, karena Angga dan yang lainnya selalu berusaha menjaga agar Riska tumbuh menjadi gadis sepolos dan semurni mungkin.Mungkin itu juga sebabnya Riska menjadi terkesan cuek dan tidak peka dengan perasaannya sendiri dan keadaan di sekitarnya."Duduk, Ris! Ngapain sih kamu mondar-mandir kayak gitu. Kamu itu lagi hamil. Tenang sedikit!"Fajar yang sudah tidak tahan melihat Riska yang mondar-mandir di depannya, langsung segera menegur dan menghentikannya."Tapi Angga sama Papa bel
Sebelum Fajar menyusul Angga ke rumah sakit. Fajar terlebih dulu pulang ke rumahnya untuk meminta mamanya menemani Riska di rumah.Fajar tidak bisa jika harus meninggalkan Riska yang tengah hamil dirumah hanya dengan Kakek saja.Fajar sebenarnya juga tidak tega meninggalkan Riska sendirian, tapi Fajar juga khawatir dengan keadaan Angga di rumah sakit.Sesampainya Fajar di rumahnya, Fajar langsung berlari menuju ke kamar orang tuanya.Tanpa menunggu lama lagi, Fajar segera mengetuk pintu kamar untuk membangunkan mamanya.Fajar merasa beruntung karena hari ini mamanya masuk bekerja shift pagi, jadi Fajar bisa minta tolong mamanya untuk menemani Riska sekarang. Sementara itu papanya masuk shift malam, sehingga dia tidak berada di rumah sekarang."Ma! Ma! Bangun, Ma!" Fajar berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar orang tuanya.Terkesan tidak sopan memang, tapi mau bagaimana lagi, keadaan sekarang sangat mendesak.Fajar sudah mencoba untuk tenang, tapi apa mau dikata, kondisi saat ini