Besok siangnya, Riska sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tentu saja hal itu membuat Riska teramat sangat bahagia.
"Ingat ya, Ris! Kamu harus menjaga pola makanmu. Makan makanan yang sehat juga. Kalau sempat, olahraga ringan juga bagus untuk kehamilanmu," pesan Wanti saat Riska sudah siap untuk kembali ke rumah.
"Terima kasih ya, Tante. Riska sayang sama Tante," balas Riska sambil memeluk Wanti.
"Sama-sama! Sudah lama juga ya, Tante nggak peluk kamu," ucap Wanti sambil tersenyum.
Riska hanya terkekeh mendengarnya. Lalu mereka berdua pun melepaskan pelukan mereka.
Wanti berbalik untuk melihat Fajar.
Riska kini tengah istirahat di dalam kamarnya. Tapi bukannya tidur siang, Riska justru menonton video wanita hamil.Riska duduk di atas ranjang sambil memangku laptop. Riska juga memakai kaos Angga yang sangat kebesaran di tubuhnya. Mau bagaimana lagi, Riska kangen setengah mati kepada Angga, tapi Angga nya belum pulang.Riska dengan serius menonton video tentang wanita hamil di laptopnya. Banyak hal yang Riska dapat dari menonton video itu."Berarti badan aku nanti bakalan bengkak dong," ucap Riska sambil melihat ke arah badannya sendiri."Kalau nanti badanku gendutan,Angga bakal tetep masih sayang sama aku nggak ya?"Riska berjalan menuju ke cermin untuk melihat bentuk tubuhnya sendiri.Di kehamilan Riska yang masih berada di trimester pertama ini, membuat bentuk tubuh Riska terlihat masih seperti biasanya.Tapi Riska sendiri juga merasakan ada beberapa bagian tubuhnya yang terasa semakin membesar."Baby! Kamu baik-baik disan
"Angga!" Teriak seorang wanita.Merasa namanya dipanggil, Angga lalu menoleh ke belakang, dan mencari siapa yang sudah memanggilnya."Disini!" Teriak wanita itu sambil berlari kecil dan menyeret kopernya menghampiri Angga."Kamu …." Angga benar-benar tidak bisa berkata-kata saat melihat wanita itu."Mau apa kamu disini?" tanya Angga dingin."Kamu kok gitu sih! Aku nebeng kamu ya, sampai rumah!" ucap Risty tanpa tahu malu.Ya, wanita yang memanggil Angga tadi adalah Risty. Wanita yang tidak tahu malu, yang selalu mengejar-ngejar Angga."Memangnya kamu siapa, sampai aku harus membiarkanmu ikut denganku?" tanya Angga sarkastik.Dari dulu Angga sungguh tidak menyukai perangai Risty yang bertingkah tidak tahu malu di depannya.Untuk sekarang, Angga masih bisa menahannya. Bagaimanapun, mereka sudah dewasa, bukan lagi anak remaja."Jahat banget sih! Aku kan kesini memang mah nyusulin kamu," jawab Risty denga
"Riksa, Kek …."Angga tidak tahu harus berkata apa saking paniknya."Ada apa dengan Riska?" tanya Kakek.Kakek merasa heran saja. Cucunya baru pulang dari luar kota, sesampainya di rumah, bukannya langsung bertemu dengan istrinya, malah mau pergi lagi."Kenapa kalian bohong sama Angga, Kek? Riska masih berada di rumah sakit kan? Angga harus segera menyusul Riska, Kek!" ucap Angga dengan mata yang sudah berkaca-kaca.Karena Angga yang berbicara begitu cepat, Kakek malah tidak menangkap apa maksud Angga. Kakek hanya menangkap kata rumah sakit, dan Angga harus segera ke sana."Kamu ini ngomong apa? Siapa yang sakit?" tanya Kakek.Kakek berjalan ke arah sofa, kemudian duduk di sana."Baru pulang, bukannya langsung menemui Riska. Kamu malah mau pergi lagi," omel Kakek."Ini Angga juga mau nyusulin Riska ke rumah sakit, Kek!" balas Angga gusar."Rumah sakit?" tanya Kakek membeo.Setahu Kakek, Riska berada
"Ngomong-omong, Papa Rosyad dimana, sayang? Kok aku nggak lihat?" tanya Angga kepada Riska."Papa lagi pergi beliin aku kedondong. Aku pengen banget makan buah kedondong," jawab Riska."Kok belum pulang? Memangnya perginya dari kapan?" tanya Angga lagi."Papa belum pulang dari kerja. Terus sekalian Papa pulang, aku minta untuk sekalian beliin kedondong.""Ya sudah!""Kamu pasti capek kan, Ga. Sana pergi ke kamarmu, istirahat!" ucap Rahmat.Selain bermaksud untuk membiarkan Angga beristirahat, Rahmat juga tidak ingin melihat kelakuan Angga dan Riska yang jika sudah berdua, sering sekali lupa dengan
"Terima kasih, Tuhan! Karena engkau telah memberikan laki-laki yang bisa menjaga dan menyayangi Riska dengan tulus."Rosyad yang sudah pulang dengan membawa buah kedondong pesanan Riska, langsung hendak masuk ke kamar Riska untuk memberitahu, jika buah kedondongnya sudah dia belikan.Tapi saat sampai di depan pintu kamar Angga yang tidak tertutup rapat, Rosyad mendengar semua yang dikatakan Angga kepada Riska.Bahagia? Tentu saja Rosyad merasa bahagia. Orangtua mana yang tidak bahagia, ketika anak gadisnya mendapatkan Suami yang baik serta tulus seperti Angga.Rosyad tersenyum dan hendak pergi meninggalkan kamar anaknya. Tapi niat itu langsung Rosyad urungkan, ketika Rosyad mengingat jika Riska tadi begitu sangat menginginkan buah kedondong.Tok! Tok! Tok!"Riska! Boleh Papa masuk?" ucap Rosyad setelah mengetuk pintu.Tentu saja ketukan Rosyad itu langsung membuat Angga melepaskan pelukannya kepada Riska.Bukannya apa-apa, Angga hanya merasa malu jika sampai kelakuannya itu dilihat ol
Di dalam kamar, Angga yang masih setengah sadar mencoba untuk memeluk Riska.Bukannya memeluk Riska, Angga malah mendapati jika ranjang di sebelahnya sudah kosong.Sontak saja hal itu langsung membuat Angga tersadar sepenuhnya. Angga mencoba untuk berpikir positif. "Mungkin saja Riska sedang di kamar mandi," pikirnya.Angga pun bangun dari tempat tidur, lalu berjalan ke arah kamar mandi. Angga mengetuk pintu kamar mandi, sambil memanggil-manggil nama Riska."Sayang! Kamu di dalam?" tanya Angga dengan suara agak keras, takut jika Riska tidak akan mendengarnya.Sudah tiga kali Angga mengetuk dan memanggil Riska, tapi tetap saja tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi."Aku masuk ya, Sayang!" Angga benar-benar merasa cemas karena tidak mendapatkan sahutan dari dalam kamar mandi.Begitu Angga membuka pintu kamar mandi, Angga sama sekali tidak melihat Riska di sana.Rasa panik dan takut sudah mulai menguasai pikiran Angga. Riska yang biasa saja, Angga sudah begitu protektif. Apalagi Riska
Jam sembilan pagi, Angga dan Riska masih belum bangun juga. Padahal para orang tua beserta Kakek masih menunggu kemunculan Angga dan Riska."Masa mereka masih belum bangun juga sih!" keluh Rahmat.Rahmat sudah memutuskan untuk berangkat bekerja lebih siang, hanya demi untuk menemani Riska sarapan.Perasaan akan segera menjadi seorang Kakek, benar-benar sangat menyenangkan, sehingga membuat Rahmat seperti akan memberikan apapun untuk Riska dan calon cucunya."Sabar, Pa! Atau kalau keburu siang, Papa berangkat kerja saja dulu," usul Sofia."Benar-benar anak itu. Tidak tahu apa jika mereka sedang ditunggu," gerutu Rahmat dengan sebal."Jangan-jangan Riska mengalami morning sicknes sampai tidak bisa bangun lagi? Tidak bisa! Aku harus ke atas sekarang," ucap Sofia tiba-tiba.Sofia khawatir jika Riska akan mengalami mual yang parah, yang dapat mengakibatkan Riska tidak bisa bangun.Jika memang benar begitu, maka pantas saja mereka tidak turun juga dari tadi. Angga pasti tidak akan tega meni
Siang hari, disaat Angga masih meliburkan dirinya karena baru saja kembali dari luar kota. Waktu Angga digunakan untuk memanjakan Riska.Di halaman belakang rumah, mereka duduk di bangku di bawah pohon manggis. Riska berbaring di paha Angga sementara Angga mengusap-usap rambut Riska. Mereka mengobrol santai sambil menikmati udara yang segar, karena mereka berada tepat di bawah pohon manggis."Sayang sekali ya, pohon manggisnya nggak berbuah," ucap Riska tiba-tiba di tengah pembicaraan mereka."Kamu mau manggis?" tanya Angga.Angga pikir jika Riska sekarang tengah mengidam."Nggak! Aku cuma bilang doang. Aku lagi nggak pengen manggis," jawab Riska."Kalau kamu mau sesuatu, jangan di tahan ya! Bilang secepatnya sama aku, aku pasti bakal usahain untuk mendapatkan apapun yang kamu mau," jawab Angga.Angga benar-benar semangat untuk memenuhi ngidamnya Riska. Apalagi ini adalah kehamilan pertamanya Riska.Riska hanya menyunggingkan senyum manisnya saat mendengar kata-kata Angga yang sangat