Jordi dan Alice sudah sampai ke rumah Alice. Jordi memarkirkan mobil sportnya di depan rumah Alice yang pastinya besok akan menjadi tontonan banyak tetangga karena mobil Jordi sangatlah mencolok.
CEKLEK!Alice membuka pintu terlebih dahulu. Sekarang sudah pukul dua puluh dua lewat tiga puluh menit. Terlalu malam untuk pulang ke rumah."Kalian koq malam sekali pulangnya?" protes Ranti yang sedari tadi menunggu Alice dan Jordi untuk pulang ke rumah."Iya, Ma. Tadi Jordi lama banget liat ke sana ke sini. Terus kita makan dulu," ucap Alice berbohong."Ya sudah. Kalian mandi dulu. Habis itu tidur. Besok kan mau kerja." Ranti segera mematikan televisi yang sedari tadi menemaninya untuk menunggu Alice pulang."Iya, Ma."Alice segera meletakkan barang belanjaannya. Ia mencari pakaian dan selanjutnya mandi. Jordi juga membuka kopernya dan mengambil pakaian. Menunggu gilliran Alice selesai mandi."Gue tidur dulu yak," ucap Alice tersenyum. Berpamitan tiPagi sudah menjelang, semua orang yang berada di rumah Alice sudah bangun. Hari ini adalah hari pertama Alice bekerja. Ia menggunakan kemeja berwarna merah dan blazer hitam, dipadankan dengan celana bahan berwarna hitam. Alice sudah seperti wanita karir. Make up natural dan rambutnya digerai sepinggang.Cantik? Sudah pasti. Cantik natural dan pastinya membuat Jordi semakin terpesona dengan kecantikan alami dari Alice."Wah ... ada bidadari jatuh ya, Tante?" puji Jordi yang sangat terpesona dengan kecantikan Alice."Hihi ... aduh cantik banget sih anak mama ini." Ranti juga memuji Alice."Serius? Make up berlebihan gak sih?" Alice seakan tidak percaya diri dengan make up yang sudah ia gunakan untuk hari pertamanya bekerja."Gak. Cantik pol." Jordi mengangkat dua jempolnya ke atas untuk memuji kecantikan Alice yang luar biasa. Sederhana tapi tetap memiliki pesona yang tidak tertandingi daripada wanita lainnya. Menurut Jordi, Alice terlalu sempurna bagi dirinya
"Kekasih? Bukannya kemarin saya sudah mengatakannya kepada Bapak?""Lalu siapa yang mengantarmu tadi?"Alice langsung sadar. Ah ... artinya Nathan melihat Jordi mengantarkannya ke kantor."Tidak mungkin kamu bilang itu supir kamu, bukan?" tanya Nathan penuh selidik."Oh ... itu teman saya, Pak. Dia sekalian lewat." Alice sudah pasti berbohong. Ia harus menutupi identitas Jordi. Bisa runyam nanti pekerjaan Alice yang baru saja akan ia mulai."Teman? Aneh. Kenapa harus repot-repot dengan mobil sport mengantarkan kamu untuk ke kantor?" tanya Nathan lagi yang tidak percaya kepada Alice."Iya. Teman. Ya kalau bapak tidak percaya ya tidak masalah sih." Alice membalikkan keadaan. Ia tidak mau dipojokkan oleh Nathan."Apakah kamu tinggal di perumahan mewah sehingga teman kamu itu bisa menjemput?""Tidak, Pak. Saya tinggal di rumah sederhana."Nathan masih tidak percaya dengan ucapan Alice. Dari CV yang diberikan Alice saat wawancara, Nathan tah
Jordi segera membuka aplikasi pesan itu dan ternyata bukan Alice yang memberinya pesan. Entahlah ... nomor yang Jordi tidak kenal sama sekali.Anita : Hai, Jor. Gue Anita. Loe masih inget sama gue gak? Gue tahu nomor ponsel loe dari tante Norita.Jordi tersenyum. Teman masa kecilnya tiba-tiba mengirimkan pesan kepadanya.Rindu? Pastinya Jordi rindu. Sepuluh tahun lalu, Anita yang selalu menemaninya di saat Norita dan Alex terlalu sibuk dengan pekerjaan. Ia berteman dengan Anita juga sudah lima belas tahun lamanya.Rumah Anita adalah rumah persinggahan bagi Jordi di kala pria itu kesepian.Jordi : Apa kabar loe, Nit? Dimana loe sekarang?Jordi sangat antusias. Setidaknya ia tidak akan bosan saat menunggu Alice pulang dari kantor.Anita : Gue udah balik ke Jakarta. Ketemu yuks.Jordi : Kapan dan dimana?Anita : Cafe yang dulu kita datangin itu loh.Jordi : Yang ada bunny?Anita : Nah tuh loe inget.Jordi : Udah ditutup. Gak l
Anita adalah orang yang sangat ceria. Auranya sangat positif dan menular ke Jordi. Jordi seketika berubah menjadi orang yang benar-benar ceria.Tidak lama kemudian, Jordi dan Anita sampai ke mall yang megah itu.Seperti biasanya, Anita akan menggenggam tangan Jordi, seperti waktu kecil dahulu. Jordi juga tidak keberatan dengan teman masa kecilnya itu. Mereka tertawa dan berbahagia. Dunia seakan hanya milik mereka berdua saja.Kalau dilihat orang lain, Jordi dan Anita seperti pasangan yang sangat serasi. Sama-sama ganteng dan cantik, kaya, pintar dan masa depan terjamin.Sekarang sudah jam makan siang, pastinya mall itu penuh dengan orang yang menikmati makan siang mereka dan melepas penat di kantor.Salah satunya Alice dan Nathan yang baru saja menyelesaikan meeting panjang bersama klien mereka yang terlalu perhitungan. Alice membuka ponselnya dan ia cukup kaget karena melihat banyaknya pesan dari Jordi. Ia segera membalas pesan Jordi.Alice : Jor ... s
Nathan cukup curiga melihat mata Alice yang berair dan hidungnya yang sedikit merah. Seperti habis menangis."Ah ... tidak apa-apa, Pak," kelit Alice."Apakah kamu menangis?" tanya Nathan yang terus memperhatikan wajah Alice."Tidak Pak. Tadi ada bulu mata yang masuk ke dalam mata, jadinya saya gosok-gosok," ucap Alice memberikan alasan yang mungkin bisa membantunya agar Nathan tidak curiga."Baiklah." Nathan tidak bisa memberondong pertanyaan lagi kepada Alice. Tidak enak juga memaksa seseorang untuk berkata jujur di saat yang sama tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. "Pasti kamu lapar ya? Yuks kita makan dulu."Nathan mengalihkan pembicaraan."Baik, Pak."Mereka masuk ke dalam sebuah restaurant. Hanya ada Alice dan Nathan saja di dalam ruangan itu. Mungkin restaurant itu terlalu mahal karena harga makanan di list menu sangatlah mahal. Tidak semua orang bisa makan di tempat seperti ini."Kamu mau makan apa, Al?" tawar Nathan sambil membolak
"Hmm ... dulu sih ada. Tapi sudah putus," jelas Alice."Kenapa?" Nathan terpancing rasa ingin tahunya."Karena dia kaya dan saya miskin. Begitu saja sih." Alice malas membahas panjang lebar tentang Nino ataupun Jordi yang sebentar lagi menjadi para mantan Alice. Mungkin memang sebaiknya Alice menjomblo saja sampai maut menjelang."Hmm ... pemikiran yang kolot," decih Nathan yang tidak setuju dengan pemikiran kaya dan miskin. Ia sendiri juga dipisahkan dari Sinta karena hal itu dan menyebabkan Nathan tidak mau dekat lagi dengan orang tuanya. Nathan marah kepada kedua orang tuanya hingga saat ini."Ya ... mungkin karena takut dengan orang miskin seperti saya, Pak. Jadi ... ya orang kaya memang harus berpasangan dengan orang kaya. Wanita seperti saya ya ... memang harusnya sejak awal tahu diri sih. Haha ... Mungkin saya tidak tahu diri dan berani menjalin hubungan tidak selevel itu." Alice menertawakan kebodohannya sendiri."Cinta itu tidak bisa dipaksa, Alice.
Tiba-tiba ada secercah harapan dari Nathan untuk Alice. Mungkin dengan cara ini, Alice bisa menghindari Jordi maupun Nino. Sudahlah ... lebih baik ia menutup masa lalunya. Membiarkan dua orang itu bahagia tanpa kehadirannya. Selain itu, Alice juga bisa bebas dari tekanan Norita dan Ratna. Mungkin ini jalan yang terbaik. Ia juga bisa membawa Ranti ke Bandung bersama dengannya."Saya serius, Al. Tapi tentunya kamu harus bolak-balik antara Jakarta dan Bandung karena terus mengikuti saya.""Tidak masalah, Pak. Saya mau. Saya mau ikut kemanapun, Pak." Alice mengangguk setuju dengan tawaran dari Nathan."Baiklah. Hmm ... dalam satu minggu ini, lebih baik kamu bersiap untuk bekerja di Bandung.""Iya, Pak. Bolehkah saya membawa mama?" Gadis itu sama sekali tidak pernah meninggalkan Ranti, jadi pastinya ia akan takut jika Ranti ditinggal sendiri."Tapi kamu akan tinggal di mes karyawan, jadi sepertinya kamu tidak bisa membawa mama kamu sementara waktu.""Ok, Pak
Mereka hanya berpacaran kurang dari satu minggu dan semuanya sudah selesai. Alice merasa ia menjadi seperti mantan-mantan Jordi yang lainnya, yang hanya bertahan kurang dari satu minggu. Apakah ini karma karena selama ini Alice terlalu dekat dengan Jordi sehingga para kekasih pria tampan itu sangat tidak nyaman dengan kehadirannya? Sekarang Alice baru tahu. Bagaimana jika kekasihnya bersama dengan wanita lain. Alice memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat Jordi lagi. Ia sudah membulatkan tekad untuk pergi dari Jordi.***Hari kian gelap dan Alice masih berada di kantor. Bekerja dan belajar semua hal tentang perusahaan dan segala macam aspeknya. Nathan sudah mengatakan banyak hal yang harus dipelajari Alice jika ia ingin pindah ke Bandung. Sebagai asisten pribadi dari Nathan Tanuwijaya, pastinya Alice harus siap untuk mengerjakan segalanya.Drtt ...Ponsel Alice bergetar. Gadis itu sama sekali tidak menjawab panggilan dari siapapun termasuk dari Jordi dan R
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d