Vote, yuk.
Napas Pandora tercekat mengira dia tak akan pernah selamat dari hasrat besar Kingston. Namun apa yang sedang Pandora lihat adalah hal mengejutkan. Dia meringis tak tahan ketika tiba – tiba terlonjak bangun, memegang perut bagian bawahnya yang terasa sakit. Dan itu merupakan reaksi tubuh setelah kali pertama membuka mata dan menyadari bahwa raganya masih di ruang yang sama. Ruang di mana tak satu pun hal dapat Pandora pertahankan. Tidak dengan harga dirinya. Tidak pula terhadap sisa – sisa kesadaran yang dimiliki, meski dia sudah sangat berusaha tidak tenggelam dalam gelap yang memerangkap. Ironi sekali ... pria itu mendapat kepuasan sementara Pandora harus terbangun dengan kecemasan yang membara. Dia tak tahu apa yang akan dilakukan. Tak punya cukup keberanian sekadar membiarkan kedua kakinya berpijak di atas marmer dingin. Pandora takut kalau – kalau dia akan salah melangkah. Takut seandainya harus menerima rasa menusuk yang lebih menyakitkan. Pandora mengusap wajah kasar tak kuasa
Apa yang bisa Helios katakan jika semua pernyataan Aceli adalah benar. Tentang bagaimana Pandora ada di mansion, sementara Aceli harus tinggal di salah satu penthouse milik Kingston di Bristol. Keduanya bertukar posisi saat sebelum Kingston membawa Pandora meninggalkan Cambridge. Sebuah pengaturan. Kingston memang tak pernah ingin Pandora dan Aceli bertemu. Namun hari ini keputusan Kingston seakan berbalik arah. Gadis kecil-nya tiba – tiba datang tanpa izin bersama pengasuh dan pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Aceli selama tinggal di penthouse hanya karena nyaris satu hari Kingston mendekam di dalam kamar. Tak menemui siapa pun. Tak bisa bangun untuk apa pun. Saat Helios memperhatikan cara Pandora melangkah dan ketika Pandora meringis demi bersimpuh di hadapan Aceli. Dia bisa memahami mengapa malam kemarin. Setelah keluar dari kamar Pandora. Kingston seperti diburu sesuatu—begitu sempoyongan melewati lebar jarak dari satu kamar ke kamar lainnya. Persis kehilangan banyak hal dar
“Aceli di mana, Nona?” Pandora berjengit saat tiba – tiba suara Helios memasuki dapur dan mengejutkannya. Dia berpaling menemukan pria itu mulai melangkah dengan pelan. “Aceli ada di kamarku. Sedang tidur.” Kekenyangan. Duduk sebentar. Ketiduran. Begitu kira – kira yang terjadi pada Aceli setelah menambah tiga kali piring untuk makan malam. Pandora hanya memasak sup telur puyuh, tetapi Aceli sangat menyukainya. Tidak sedikit selalu menyebut cita rasa masakan Kingston yang tercicip sama persis dengan yang Pandora sajikan. “Tidur?” Pertanyaan Helios bernada tak percaya. Persis sedang memastikan kembali apa yang Pandora katakan, karena sepertinya Aceli tidak biasa tenang di waktu malam. Gadis kecil itu terlalu aktif. “Iya. Nanti akan kubangunkan kalau kau ingin memindahkannya ke kamar lain.” “Tidak perlu, Nona. Biarkan saja.” Pandora mengangguk memikirkan ini saat yang tepat untuk mencari tahu. “Aku menemukan sesuatu yang tidak beres dari Aceli. Anak seusia dia tidak mengenal fig
“Kakak Panda, aku bosan. Kenapa daddy masih belum mau bukain pintu. Pengen ketemu ....” Aceli mengeluh tanpa minat bersandar di pagar undakan tangga sambil memainkan boneka kuda poni, yang katanya pemberian Kingston. Dia sering kali terlihat murung saat berpaling menegadah ke arah pintu kamar Kingston yang dengan betahnya tertutup, seakan – akan tidak ada kehidupan di sana.“Kakak Panda kenapa tidak mau panggilkan daddy untukku? Aku tidak mau makan kalau daddy tidak mau keluar.”“Kakak Panda jangan memaksaku lagi.”Boneka kuda poni terlempar jatuh bergelinding sekali setelah Aceli menelungkupkan wajah di antara lipatan lengan. Pandora jelas mendengar Aceli pelan – pelan mulai mengeraskan suara. Dia akan mengambil boneka kuda poni lebih dulu, baru akan menghampiri gadis kecil Kingston untuk merayu dan membuat Aceli segera tenang.Kegiatan membungkuk sekadar memungut benda tergeletak asal itu tertahan. Pandora merasa tak nyaman menyadari derap kaki seseorang seolah semakin dekat dan ber
Kingston tak ingin menemani Aceli menaiki anak tangga, maka itu telah Pandora lakukan demi mencegah apa pun yang tak lepas bersarang di benaknya. Dia sedikit lebih tenang setelah meminta Aceli pergi ke kamar usai satu langkah pertama mencapai lantai dua.Sekarang Pandora memilih berdiam diri di kamar sendiri memikirkan bagaimana cara menghindari Kingston. Dia menarik selimut, menutup diri rapat – rapat dari ancaman mana pun. Pintu kamar sudah dikunci. Akan lebih baik Kingston tidak pernah masuk dan bertindak sesuka hati, apalagi jika pria itu kembali menyentuhnya.Lengan Pandora pelan terulur meraih ponsel yang tergeletak. Seketika memutuskan untuk menyibak kembali kain tebal yang terbentang melapisi tubuhnya. Pikiran Pandora tiba – tiba teringat untuk memastikan seperti apa kondisi wajah di depan cermin.Dia mendesah tak kuasa mendapat bagian bawah mata terlihat sembab. Takkan pernah berani menghubungi Chris atau akan memercik kecemasan untuk ayahnya. Hanya kata andai dan andai menyi
Pandora bergerak pelan hanya untuk memastikan benar atau tidak Aceli sudah terlelap setelah botol susu yang sedang dipegang gadis kecil itu terlepas dari genggaman tangan. Mata Aceli terpejam, tetapi yang disayangkan susu cokelat di dalam botol masih tersisa cukup banyak. Aceli tak mungkin lanjut menyesap susu cokelat-nya. Mungkin Kingston .... Pandora ingin bicara dengan pria tersebut, mengira Kingsotn masih di posisi yang sama, tahu – tahu sudah berdiri dekat di belakang tubuhnya ketika Pandora berbalik badan, dia langsung menghadap tubuh yang menjulang tinggi. “Sudah tidur?” Pertanyaan Kingston seperti sengaja dilontarkan, sementara Pandora yakin pria itu baru saja memperhatikan wajah lelap Aceli dan merenggut botol susu yang hendak Pandora pindahkan. Setidaknya Pandora tak perlu memikirkan bagaimana cara menyerahkan benda tersebut. Dia hanya perlu memikirkan kalimat yang tepat untuk diucapkan pada Kingston, barangkali pria itu bersedia melakukan hal yang sedang berkecamuk di be
Pagi – pagi sekali bunyi tapal kuda menghentak – hentak keras, menarik perhatian Pandora untuk mengintip dari balkon terbukanya. Dia berpegangan pada pagar pembatas. Sebuah pemandangan langka—sesuatu yang nyaris tak pernah Pandora pikirkan sedang terjadi. Tubuh Kingston dan Aceli berguncang di tengah kegiatan menunggang kuda.Lari yang begitu laju, kencang dan mantap, sama seperti dekapan lengan Kingston di tubuh kecil Aceli. Sementara kedua kaki pria itu mengetat sangat rapat pada kuda. Sebelah lengan Kingston berpegang di tali kendali. Mengendalikan kuda ke mana pria itu mau, tetapi Kingston lebih terlihat hanya membawa Aceli berkeliling halaman. Pandora mengira – ngira itu bukan kali pertama bagi Aceli. Sekilas Aceli tersorot membuka mulut lebar dan suaranya samar – samar terdengar mengudara. Mengingatkan Pandora kisah masa lalu, saat dia masih begitu kecil Chris sering mengajaknya melakukan hal yang sama.“Kakak Panda!”Lambaian tangan Aceli disambut dengan ragu. Pandora mengatupk
“Kita berhenti di sini?”Danau di hadapan Pandora terhampar tenang. Sebuah lokasi di mana dia tak tahu Kingston akan menjadikan perjalanan mereka tertahan dan mengikat kuda di bawah pohon. Pandora berpendar menatap ke sekeliling hutan. Tidak ada sesiapa. Sunyi. Sepi. Keduanya tenang di antara ketenangan danau.“Turun.”Suara dalam Kingston bersahut. Tak lama angin tiba – tiba berembus. Pandora menatap pria itu lamat. Kepadanya, Kingston mengulurkan lengan agar segera disambut dengan baik. Memang tak mungkin Pandora tolak. Agak – agak ragu dia mengenyahkan beberapa hal tentang Kingston. Saat tautan tangan mereka menyatu. Itu adalah bentuk dari keputusan membiarkan Kingston kembali membantunya.“Kau akan ke mana?” tanya Pandora setelah memahami satu langkah Kingston seterusnya akan berlanjut sampai bahu lebar itu benar – benar menjauh.Gerakan Kingston cekatan menarik kaos putih polos dari tubuh pria itu sendiri. Ujung jari kakinya sudah menyentuh bibir danau.Saat itu ....Percikan der