Nyaris tengah malam secara mendadak tenggorokan Pandora terasa gersang. Dia bangkit dengan gerakan hati – hati. Dua orang mengapit tubuhnya. Aceli di sisi kiri, sementara Kingston berada di bagian sisa. Ada pula boneka Panda samar – samar membayang di kaki ranjang. Membuat Pandora tidak bisa menahan senyum setiap kali membayanginya.Sesaat lalu Aceli dengan tutur kata yang polos membocorkan beberapa kenyataan pada Pandora. Bahwa ujung telunjuk Kingston sering tercucuk jarum ketika menyatukan bagian terputus dari lengan dan badan boneka. Gadis kecil itu juga menunjukkan rekaman video yang berguncang tidak jelas, walau cukup untuk menggambarkan kebenaran tentang pamannya.Dan yang berikut ... Pandora menerima informasi selama dia tinggal di asrama. Aceli punya kesempatan lebar tidur bersama Voleski, sementara yang paling mengejutkan—Kingston siaga membawa boneka Panda ke kamar pribadi. Akan dipindahkan ke tempat asal ketika kesibukan tidak menyita waktu.Sedikit yang tidak bisa Pandora
Suara embusan napas bertubi – tubi mengganjal untuk menarik kesadaran Pandora sampai titik di mana dia membuka mata pelan – pelan. Otot bahu di hadapannya mencuak ketika beban terangkat tinggi menawarkan pemandangan tidak biasa. Kingston sedang memunggunginya. Berkeringat penuh hingga kondisi tubuh bertelanjang dada tidak bisa meminimalisir kulit perunggu itu menjadi sangat licin.Pria dengan kulit yang eksotis. Semalam, Pandora ingat Kingston tidak pernah melepaskannya setelah pengakuan ajaib yang tak pernah dia bayangkan akan didengar secara langsung. Dan memastikan hal tersebut bukan sekadar kata – kata membujuk rayu. Karena itulah alasan, paling tidak Pandora sedikit mulai tenang selepas dituntut untuk merasakan semua itu dengan gamblang.Untuk waktu yang lama dia masih mengamati Kingston. Otot – otot di tubuh pria itu sudah terbentuk sangat padat. Genggamannya yang mantap pada ganggang besi dan urat – urat tangan bermunculan tidak sedikit—tanpa sengaja membuat Pandora menggigit b
“Selama aku di asrama, kau harus menjaga Whitewill-ku dengan baik ....” Pandora menatap lurus – lurus ke arah Kingston. Sekian jengkal jarak mengamati betapa pria itu sangat sibuk dengan kegiatan bersama kudanya sendiri. Kuda throughbred persis kepunyaan Pandora, tetapi memiliki warna cokelat pekat—nyaris mencolok pada campuran gelap kehitaman. Dan tentu begitu disayang – sayang. Pandora yakin Kingston tidak mencerna betul – betul permintaan yang dia katakan barusan. Alih – alih berpaling, pria itu baru saja meletakkan alat kikir dan pemotong kuku kuda. Terlihat fokus menatap lekat – lekat pada kaki kuda peliharaannya. Itu mungkin menjadi pemeriksaan paling terakhir untuk memastikan bahwa semua bagian bermasalah sudah ditangani. Kingston hanya perlu bangkit—setengah membungkuk menghadap kuda yang dipanggil Grolius untuk mengukur kesimestrisan ketika Grolius berdiri dengan mantap. Senyum Kingston memang sesuatu yang sedang tidak diberikan kepada yang lain. Namun dari sisi samping te
Kingston tidak mengatakan apa pun lagi untuk membantah. Tetapi yang tidak pernah Pandora harapkan. Pria itu tertegun menatap ke arahnya. Ada sesuatu dalam diri Kingston yang nyaris tidak bisa diduga. Pandora tidak bisa memastikan. Sorot mata pria di hadapannya terlalu lamat, sedikit menyerahkan rasa ragu Pandora sekadar meloloskan senyuman secara langsung.Dia segera menunduk. Pelan – pelan mengusap surai putih Whitewill yang menjuntai ke samping. Menuntut kudanya untuk meninggalkan Kingston. Pria itu akan segera menyusul ketika suara Grolius mengudara lebih keras dari waktu – waktu biasa. Menghentak cukup kuat sehingga wajah tampan itu muncul di samping Pandora, yang dia lirik sebentar tanpa mengucapkan sesuatu untuk meminimalisir reaksi terhadap tatapan Kingston sebelumnya.“Mau berselancar, Pandora?”Tawaran Kingston terdengar menarik. Pria itu baru saja menegaskan hal – hal yang bertingkat – tingkat memancing rasa penasaran Pandora. Dia ingin sekali melakukannya, tetapi juga harus
“Aku pernah ke Kanada memerankan sebuah drama untuk pernikahan Mr. dan Mrs. Witson. Mungkin Kanada bukan pilihan yang buruk.” Pandora bergumam, membayangkan kembali peristiwa di hari itu. Ketika dia menjadi pemeran utama dalam pentas yang ditangani Mr. Lee. Peran untuk menggambarkan sebuah kisah kehidupan yang pelik, tetapi Pandora sangat meragukan struktur perjalanan di dalamnya. Dia melihat begitu banyak cinta bertebaran dari pasangan pengantin. Dengan kehidupan bergelimang dan sikap yang saling ditauikan, sepertinya mungkir diterima kalau – kalau mereka telah melewatkan hal terburuk dalam hidup. “Aku mau lagi seandainya Mr. Lee menerima proyek seperti waktu itu, yang akan menguras tiga bulan kami untuk berlatih.” Pandora berpaling dan menengadah ke arah Kingston. Tidak mengerti atas dasar apa hal itu dilakukan. Namun respons Kingston menjadi suatu tindakan penting baginya saat ini. Pria itu hanya diam, sedikit terpaku menelusuri setiap lekuk wajah Pandora, yang mengharuskannya seg
Sedikit perih ....Sudah cukup menggambarkan luka gores di tubuh Pandora. Bekasnya panjang dengan darah telah mengering di sekitar pergelangan dan mata kaki, tetapi dia tidak menganggap itu adalah sesuatu yang serius. Kingston-lah yang berlebih – lebihkan segala hal hingga memintanya memanjat di punggung lebar dan merekat di sana seperti anak trenggiling yang menaiki induknya setiap kali berpergian.Kulit Kingston hangat ... itu yang Pandora sukai ketika menempel maupun meletakkan dagu di garis bahu. Merasakan setiap hentakan kaki Kingston memercikkan secuil guncangan dan dia akan berpegangan erat.Mereka menyusuri bibir pantai. Sebuah ide klasik mencari cangkang kerang sebagai koreksi tambahan. Begitu pula Pandora sedang mengusahakan satu yang paling cantik untuk diberikan kepada Aceli.Namun sepanjang Kingston menjadi kakinya. Pandora rasa menjelikan mata saja tidak cukup. Dia tidak leluasa mengamati dari jarak dekat, meski sebenarnya kasihan acap kali pria itu harus membungkuk demi
Pelan Pandora melebarkan kelopak mata ketika sesuatu yang nyaris tidak memiliki sentuhan menjelajah di sekitar wajahnya. Dia mengerjap untuk kemudian menemukan Kingston sedang fokus mengamati, dan membiarkan bulu sayap terus bergerak di sekitar hidung dan kening. “Sudah jam tujuh, Kucing manis. Bangun ....” Pria itu berbisik sangat sayup dengan kesimpulan yang sudah diambil, barangkali sudah bisa menebak seperti apa reaksi Pandora selanjutnya. “Jam tujuh?” “Ya ....” Untuk itu Pandora dapat merasakan ranjang berderak ketika Kingston sedikit mundur ke belakang, tak lagi mengapit tubuhnya dengan kedua kaki menekuk memberi tekanan di atas kasur. Suatu gerakan yang secara serius menyeret kesadaran Pandora mencuak ke permukaan. “Jam tujuh ....” Dia sedikit bergumam. Ada jeda sebelum melotot lebar. “Kenapa kau tidak membangunkanku dari tadi!” Pandora menatap nyalang ke arah Kingston. Meneliti bagaimana pria itu telah rapi mengenakan kemeja biru muda dan dasi hitam sebagai pelengkap.
“Setelah dipikir – pikir. Aku jadi penasaran apa saja yang kalian lakukan selama di pantai ....”Ntah harus kali ke berapa Pandora mencerna ucapan Anna yang relavan dengan tindakan gila Kingston di depan kelas. Dia sudah berusaha tidak tersulut hasrat ingin tahu Anna yang tak kunjung padam. Sekadar menjabarkan dengan kata – kata tidak akan cukup membuat gadis itu mengerti, kalau dia dan Kingston tidak melakukan hal – hal di luar dugaan. Hanya ada satu bagian ketika Kingston kelepasan. Itu saja.“Kalau kalian sering melakukannya ...,” ucap Anna kembali melanjutkan. Berhenti sejenak, kemudian meletakkan kedua siku untuk bertumpu di atas meja kafetaria kampus. “Sebelum kalian menikah, Mr. Nolan harus memakai pengaman. Demi Tuhan, aku benci isi kepalaku!” Anna menghentak tiap sudut pelipis dengan telapak tangan. Bicara terlalu asal, syukur – syukur dia bersuara sangat pelan.“Aku juga benci dengan isi kepalamu. Kalaupun dia tidak menggunakan pengaman. Aku juga tidak akan hamil. Lagi pula