Kendati sudah membuat sepasang paman dan keponakan itu menunggu. Pandora keluar dengan penampilan terbaiknya. Dress musim panas. Hanya itu yang dia punya—layak dipakai keluar rumah. Apa lagi dengar – dengar Aceli mendesak Kingston untuk mendatangi mall di pusat kota. Dia tak mungkin hanya mengenakan pakaian tidur, yang akan memancing orang – orang menilai ... sangat jomplang saat mereka jalan bersisihan.Harusnya tak ada yang salah dari dress musim panas di tubuh Pandora. Tetapi semakin dekat dia melangkah. Keningnya bertaut penuh tanda tanya mencuak tentang Kingston yang menunggu di atas motor besar.“Halo, Kakak Panda.”Wajah Aceli menyembul keluar di antara lengan Kingston yang membentang pada stang. Gadis kecil itu sangat siap dengan helm kecil membungkus kepalanya. Senyum yang begitu sumringah. Apakah motor juga salah satu permintaan Aceli? Tidak salah lagi.“Pakai.”Pandora menatap nanar penutup kepala khusus untuknya. Ragu untuk menerima, karena dia tak yakin akan leluasa bersa
Dua hari setelah kejadian di mall tempo waktu lalu semua berakhir baik – baik saja. Kalaupun Pandora harus menghadapi beberapa hal tak diinginkan, itu terkait masalah Kingston yang menyatakan sisi keberatannya atas tuntutan Aceli terhadap rencana berpergian yang sudah dijanjikan. Gadis kecil itu menginginkan Pandora, tetapi Kingston menolak sangat tegas. Perjalanan berdua, ungkap Kingston kali itu. Lalu pergi meninggalkan mansion, seolah perdebatan sengit berakhir hanya cukup sampai di situ. Kingston tidak peduli suara Aceli melengking lantang. Karena setelah pergi, pria itu tidak akan mendengar apa pun. Kecuali meninggalkan kekacauan yang dipertaruhkan. Kekacauan yang lebih buruk ketika nyaris satu hari kemarin Aceli menolak untuk makan. Menolak bertemu pamannya. Menolak apa pun yang pria itu tawarkan sampai dia-lah yang memenangkan taruhan. Pandora yakin Kingston tidak sanggup menghadapi sikap Aceli, atau jika saat itu masih bersikeras, mungkin sudah memberi Aceli efek mengkhawatir
Sangat terlambat jika Pandora menginginkan ketenangan yang sama ada pada Aceli. Bukan hanya bekas cubitan Anna yang meninggalkan tanda kekerasan. Akan tetapi mata dan keseluruhan wajah mungil menggemaskan itu sudah memerah padam.Lengking teriakan Aceli sempat bersuar bebas. Dan pada saat itu. Saat rasa panik Anna semakin mendesak keluar. Dia dengan sengaja menarik Aceli dan membekap bibir yang terbuka lebar.“Apa yang kau lakukan, Ann! Lepaskan dia.”Tindakan Anna luar biasa mengejutkan. Bisa berakibat fatal apabila Pandora tetap membiarkan Aceli dalam keadaan seperti itu. Dia berusaha menarik Aceli bebas. Sementara perlototan Anna begitu cemas. Sepertinya tidak penting pemberontakan Aceli. Anna hanya peduli kalau – kalau tindakannya terendus oleh Kingston. Bagaimana Anna akan menjelaskan bahwa dia terlalu geram dan tidak bisa menahan diri menatap bentukan pipi yang baru saja dicapit kuat.“Lepas, Ann. Kau membuatnya takut.”Tidak semudah itu merenggut Aceli dari tangan Anna. Pandora
“Dari tadi aku tidak lihat tanda – tanda kau akan berhenti. Ke mana sebenarnya tujuanmu?” Untuk keberkian kali Pandora memalingkan wajah ke luar jendela. Baginya hal paling sulit adalah memahami keinginan Kingston. Pria itu tidak mengatakan apa pun—memberi segala jenis kemungkinan di benak Pandora untuk terus bergolak. Dia bukan tak mengistirahatkan diri. Tetapi tidur tidak akan menjadi bagian dari daftar keputusannya setelah dia baru terbangun. Meninggalkan nama Aceli yang masih terlelap, meski kadang – kadang bergerak singkat dalam dekapan Kingston. Van yang pria itu kendalikan berbelok pada tikungan tajam. Mereka telah melewati permukiman dan jalanan besar. Mulai menuju semak – semak hutan ... seperti itu yang bisa Pandora ungkap berdasarkan pengetahuannya. Dia masih menunggu Kingston menjawab. Sepatah kata saja tak apa, asal Pandora memiliki kejelasan terhadap tempat pemberhentian. Mereka melakukan perjalanan hampir seharian penuh. “King ... aku bicara padamu.” “Kita sudah samp
“Aku bicara padamu.”Sesuatu menggeliat di perut rata Pandora. Sangat halus dan ramban sehingga secara naluriah dia berjengit.“Bukan aku!” Sambil berteriak membela diri, Pandora mengangkat kedua tangan ketika sesuatu itu menariknya berbalik arah.Busa sabun karena gerakan spontan yang Pandora lakukan berterbangan—sedikit memercik ke lengan baju Kingston hingga memancing pria itu untuk mengamati setitik pakaian yang ternoda.Pandora nyaris tak bisa berkata – kata menghadap wajah tampan yang begitu dekat. Manik mata Kingston meneliti dengan kelam. Terlalu sulit dijabarkan mengingat pria itu telah mengundang badai ketegangan.“Coba ulangi lagi.”Sekadar melirik Aceli pun rasanya itu menjadi hal paling pelik. Pandora berpegangan pada pinggiran westafel. Dia benar – benar keluh. Mengapa perbuatan Anna yang berlebihan harus menjadi tanggung jawabnya!“Apa seperti ini caramu mencubit Aceli?”Pandora berjinjit, terkejut dan gelagapan menahan tindakan Kingston di pipinya. Dia merasakan kulit
Pandora mengerjap, rasanya semalam baru tertidur tetapi biasan cahaya sudah menjadi alarm sunyi yang menjanjikan. Dia membuka kelopak mata. Terlonjak. Mulai menyadari hal kosong sedang berada di sekelilingnya dan menguasai keadaan.Tidak ada siapa pun di dalam kabin. Pintu bagian terluar tertutup, hanya jendela separuh terbuka—menyertakan langit terang benderang hingga dahan pohon yang mendesik di bawah rayuan angin kencang.“Aceli?”Wajah Pandora berpaling mencari – cari keberadaan gadis kesayangan Kingston yang harusnya masih tidur di sampingnya saat ini. Namun ketidakberadaan Kingston di ruang yang sama turut mengambil kendali tentang ketakutan Pandora. Dia tak ingin sendiri di tempat yang sepi apa lagi di tengah hutan.“King ....”Pandora beranjak turun dari ranjang. Sedikit dicecoki keraguan saat menderap menuju pintu kabin. Beberapa hal tidak perlu dicurigai, tetapi sayup – sayup suara Aceli menantang mata Pandora terbuka lebar. Dia bergegas—tergesa menarik ganggang pintu sampai
“Kau dari pagi tidak makan, King. Bangun sebentar saja apa tidak bisa?”Berulang kali Pandora menanyakan hal yang nyaris tak jauh berbeda. Berulang kali pula dia mengkhawatirkan Kingston dengan perasaan yang sama. Memperhatikan seberapa betah Kingston tidur telentang setelah semalam sempat mengubah posisi tidur.Mata spektrum itu tetap terpejam. Sedikitpun tidak terpengaruh oleh beberapa hal. Seperti Aceli yang terus mendesak Kingston untuk bangkit. Menarik lengan pamannya. Nihil. Itu tidak menghasilkan apa pun, termasuk hasrat Aceli yang akan datang. Merangkak ke atas tubuh Kingston dan melakukan loncatan kasar.“Bangun, Daddy!”Tidak cukup sekali. Aceli kembali melompat kuat. Memberi tekanan berlebihan hingga pamannya meringis memegangi permukaan perut yang menjadi bahan terjangan.“Sudah, Aceli. Kau menyakiti daddy-mu.”Yang bisa Pandora rekam dengan jelas adalah kerongkongan Kingston bergerak naik turun. Dia tidak bisa membiarkan Aceli bertindak sembarangan. Selemah itu, sekadar m
“Hati – hati, Aceli, nanti jatuh.”Pandora meringis ngilu memperhatikan cara Aceli memanjat besi tangga dengan tergesa – gesa. Gadis kecil itu terlalu semangat untuk memulai kegiatan yang sama selama dua hari ditinggal pamannya yang hanya memejam di atas ranjang. Kadang – kadang Aceli berusaha membangunkan Kingston, tetapi dia lebih sering menyerah saat tidak ada respon apa pun.Walau kali ini. Terakhir sebelum Aceli mulai melupakan kegiatannya. Gadis kecil itu sempat menunjukkan sikap luar biasa manis. Mencium setiap sudut wajah Kingston, terutama bagian bibir dan dagu. Bahkan jari – jari mungil itu tidak lupa memainkan alis tebal yang tumbuh dengan rapi. Lalu beralih pada bulu mata yang tak luput untuk dicabut, hingga berpindah sisi. Tiduran di atas permukaan dada pamannya seperti bayi koala mendekap tubuh sang induk.Hal tidak kalah manis saat lengan Kingston mengusap puncak kepala Aceli. Bergerak tipis – tipis menandakan pria itu sedikit lebih baik dari hari – hari sebelumnya.Pan
Hallo, Kakak - Kakak pembaca. Long Time No see di sini. Bagi yang belum tahu kalau kisah Hores dan Avanthe sudah muncul dan sudah bisa dibaca. Kalian boleh langsung cari saja di pencarian dengan judul 'Passionate Devil: Selir yang Terluka'."Di hari kau memutuskan untuk berubah jahat. Kau tak pernah mengajariku cara melupakan pria yang pernah sangat kukenal." -Avanthe- (Season dua: Series Demigod).Perjuangan Avanthe menghadapi kebencian Hores setelah perang dan kematian Raja Vanderox. Dengan kehadiran putri kecil-nya, apakah itu bisa mengembalikan perasaan Hores seperti sedia kala?Terkadang benci dan cinta adalah dua hal paling tak berjarak. Yuk, ikuti keseruan kisah mereka.
Ini waktunya ... sebuah perjuangan di mana cinta dan kerja sama adalah bukti paling nyata yang membawa Pandora pada titik mengagumkan. Pusat perhatiannya selalu terpaku kepada satu orang di sana; pria di atas podium dengan hak dan kerelasian terhadap kontribusi-nya sebagai seorang donatur. Kingston bicara setelah rektor memberikan sambutan pembuka hingga amanat. Sulit dimungkiri bahwa pria itu menjadi yang paling mencolok di antara civitas akademika dan siapa pun di sana. Sisiran rambut ke belakang, rapi, menambah kesan memuja. Sayup – sayup suara bisikan dari beberapa wisudawati terus menjalar sampai di pendengaran Pandora. Dia hanya bisa tersenyum tipis, dan mungkin tidak akan memberitahu Kingston, bahkan jika urusan pria itu selesai. Tidak akan memberitahu suaminya bahwa pria itu menjadi bahan gosip. Riuh tepukan tangan mengakhiri kesempatan Kingston ada di atas podium. Sorot mata spektrum itu sesaat menyorot ke arahnya. Senyum tipis, nyaris tidak terlihat, memancing Pandora memb
“Terima kasih, Helios.”Akhirnya, Pandora bernapas lega setelah perjalanan menuju pulang dan macam – macam kegiatan yang menguras tenaga; dia baru saja menyelesaikan kegiatan akhir kuliah lapangan, tetapi rasanya itu semacam sebuah perpisahan besar. Ntah karena Pandora bersama Anna sepakat melakukan kegiatan praktik di perusahaan Kingston, sehingga seluruh staff penting maupun para pegawai memperlakukan-nya lebih daripada mahasiswi yang mencari ilmu. Pandora lebih yakin hal tersebut karena ulah Kingston. Pria itu tak segan menunjukkan sikap manis di hadapan semua orang. Tidak peduli gosip akan bertebaran, asal Pandora menyelesaikan studi dengan baik. Demikian sering Kingston jadikan alasan ketika Pandora berusaha membatasi kedekatan mereka saat pria itu secara mendadak tiba di kantornya.Langkah Pandora pelan menaiki undakan tangga teratas. Hal paling pertama dilakukan adalah memasuki kamar. Dia sudah sangat merindukan tiga bayi-nya yang berturut – turut menyajikan sebuah pemandangan
Pandora tidak tahu harus terpaku pada yang mana. Bayi-nya yang tenang saat dimandikan, atau suami-nya yang panas ketika sedang menggosok sabun nyaris tak berbusa di tubuh mungil Luca. Gerakan tangan Kingston luwes, menegaskan betapa pria itu mahir menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Dia telah, pernah, terbiasa memandikan Aceli sewaktu gadis kecil itu masih begitu bayi. Dan sekarang mempraktikkannya kepada anak sendiri, sementara Pandora ... sambil – sambil belajar dia menunggu Kingston selesai.“Handuk, Kucing manis.”Pandora mengerjap cepat setelah mengguncang dirinya keluar dari lamunan. Dia menyerahkan kain yang sama mungilnya di dekat tangan Kingston. Pria itu menerima dengan tenang; mengeringkan tubuh Luca, lalu membawa bayi mungil mereka keluar dari kamar mandi.“Kapan kau akan memberiku giliran?”Mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sambil mengamati Kingston memoles minyak di beberapa bagian tubuh Luca, termasuk di puncak kapal yang lembut itu, membuat Pandora sedik
Tengah malam suara tangis menggelegar menjadi salah satu hal paling baru yang pernah Pandora hadapi. Dia mengerjap sebentar untuk menatap langit – langit kamar temaram. Sesaat Pandora bergeser, begitu hati – hati tidak ingin membangunkan Aceli di tengah – tengah ranjang. Tubuhnya sudah bersiap akan bangun menuju keranjang bayi, tetapi satu cekalan hangat benar – benar baru menghentikan apa yang nyaris Pandora lakukan.“Biar aku saja, Kucing manis. Sebaiknya kau kembali tidur.”Sayup – sayup suara dalam Kingston diliputi langkah kaki meninggalkan ranjang. Bayangan tubuh pria itu terus berjalan, kemudian berhenti di satu titik persis perhatian Pandora tak terenggut di sana.Gerakan Kingston luwes mendekap bayi mungil mereka. Lekuk tubuh pria itu terlihat menyisir di depan meja. Kingston mungkin akan menunggu beberapa saat sampai susu perah yang disimpan di satu perangkat khusus untuk mengisi penuh ke dalam susu botol.“Bawa Luca ke sini, King.”Namun, Pandora merasa terlalu lama, sement
Hari di mana dia dipersilakan pulang, Pandora melangkahkan kaki pelan – pelan masuk ke dalam gedung mentereng. Dia sedikit terkejut ketika menemukan Chris sudah berdiri menyambut dengan hangat, lalu pria itu segera mendekat diliputi satu – satunya perhatian tertuju pada bayi mungil dan kebiasaan tidur yang begitu panjang.“Kenapa tidak memberitahuku saat kau akan melahirkan, Panda?”Mendapati Chris mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kepada Luca. Pandora segera memindahkan perhatiannya lurus – lurus memberi Kingston isyarat. Apa yang harus mereka katakan?Kejujuran sudah dipastikan tidak akan terjadi, karena itu akan sanggup membuat Chris berpikir betapa Pandora benar – benar telah membahayakan nyawanya.“Saat aku akan melahirkan, semuanya terjadi secara tiba – tiba, Dad. Jadi baru bisa memberitahumu belakangan.”Pandora meringis usai menceritakan separuh kebenaran. Memang Luca ingin dilahirkan secara tiba – tiba. Tiba – tiba kontraksi dan tiba – tiba dia harus menghadapi peristiwa
Pintu kamar rawat terbuka perlahan; di mana Kingston terlihat membungkuk menurunkan tubuh Aceli dari balik punggung pria tersebut. Gadis kecil yang sepertinya malas berjalan, sehingga butuh sentuhan ajaib dari sang paman untuk membuat mereka terlihat harmonis.“Mommy Panda!”Pandora tetap menjatuhkan perhatian; mengamati derap langkah Aceli terburu mendekatinya. Kursi yang diseret menimbulkan suara gemerisik, kemudian wajah Aceli muncul setelah gadis itu menaiki kursi sekadar menunjang tubuhnya yang pendek.“Aceli sangat merindukan Mommy Panda.”Senyum menggemaskan itu tidak pernah berubah. Pandora hampir tertawa menanggapi ungkapan kalimat demikian, tetapi dia tak bisa bohong; perasaan haru yang mendesak sedikit mengguncang sisi emosional-nya. Pandora sangat – sangat merindukan Aceli. Sengaja merentangkan tangan untuk melihat bagaimana reaksi gadis kecil Kingston.Aceli antusias ingin merangkak ke atas blankar, kemudian tubuh kecilnya langsung ditangkap. Bukan Pandora. Kingston-lah s
Iris hijau Pandora sekelebat menerima siraman lampu terang, dia mengerjap beberapa kali untuk membiaskan diri. Lurus – lurus mengamati, baru kemudian keningnya bertaut menyadari dia sedang berada di satu tempat berbeda. Seingatnya, hal paling terakhir bisa dia lihat adalah wajah Kingston yang begitu khawatir. Ya, pria itu yang paling terakhir ada bersamanya. Dan tiba – tiba saat dia merasa dunia kembali memberi sebuah kesempatan. Kingston pula yang sekarang sedang menawarkan tatapan lembut. Melebihi sebuah kemurnian yang pernah Pandora miliki.. Sorot mata itu teduh. Teduh sekali ke satu titik, turun sedikit di samping Pandora.“King ...,” panggil Pandora, tidak tahu mengapa akhirnya membuat Kingston seperti tersentak. Barangkali Kingston sedang melamunkan sesuatu, tetapi reaksinya begitu tak terduga ketika pria itu diam, seolah berjuang mengumpulkan informasi, yang salah – salah tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Untuk waktu cukup lama Pandora masih harus menunggu. Tak sadar di satu
“Tuan ....”“Maaf, Tuan. Tubuh Anda tidak bisa menerima jarum suntik.”Kata – kata sang perawat menyeret perhatian Kingston untuk terguncang. Saat memikirkan bagaimana keadaan Pandora, itu membuatnya hilang cukup lama. Sekarang, setelah menyadari wanita yang ingin mengambil darahnya hanya melakukan hal sia – sia. Kingston tidak mengatakan apa pun, selain membiarkan kebekuan di urat nadi tangannya; yang tak terjamah, benar – benar bisa menerima benda asing menerobos ke dalam.Jarum tajam mulai berfungsi. Kingston terus terpaku pada aliran darah yang bergerak melalui selang. Darahnya akan diberikan kepada Pandora. Ini memang sebuah keputusan penuh tekad. Tidak tahu bagaimana selanjutnya. Kingston berharap darah yang dia donorkan tidak akan mempengaruhi tubuh Pandora. Itu adalah kemungkinan paling kecil. Kalaupun ada harga yang harus diterima. Hanya diharapkan Pandora tidak akan menua. Itu saja.“Anda mungkin akan sedikit merasa pusing, Tuan. Beristirahatlah sebentar.”Wanita yang baru s