“Kau yakin bisa mengajar dengan kondisimu yang seperti ini?”Pandora selesai menyisir rambut hitam Kingston. Dia bertanya serius saat pria itu memaksa untuk tidak melewatkan satu hari kewajibannya sebagai seorang dosen pengganti. Kingston begitu keras kepala, sulit diberitahu, dan enggan menerima rententan pernyataan berupa penolakan Pandora. Sudah dia katakan bahwa teman – temannya akan mengerti. Tetapi itu tidak pernah masuk ke dalam riwayat keinginan Kingston. Alih – alih mengutarakan sesuatu, yang, paling tidak memberi Pandora sedikit ketenangan. Pria itu hanya memeluk. Menenggelamkan wajah dalam – dalam di permukaan dadanya, sekaligus mencari – cari sisi bagian empuk.“Jika kau terus seperti ini lebih baik di rumah saja, King.” Pandora mendengkus. Posisinya memang cenderung lebih tinggi dengan berpijak di pinggir ranjang. Alasan paling tepat untuk menjelaskan bagaimana keadaan Kingston akan mengulur waktu.Baru lewat dua hari sejak tubuh Kingston melemah. Seharusnya butuh waktu l
Sentuhan Pandora berubah menjadi genggaman erat ketika dia menyadari satu hal. Euforia memercik terlalu besar sehingga melupakan sebuah kenyataan yang pernah menjadikan hubungan bersama Kingston retak. Bagaimana Pandora akan mendengar kabar baik, sementara yang seharusnya dia tahu adalah tidak pernah. Tidak akan pernah ada kehamilan. Kingston tidak pernah mengatakan apa pun, tetapi pria itu bersikap seolah – olah semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Berjalan seperti perjalanan penuh cinta—menikah—bulan madu yang indah—gejolak memungkinkan—merasakan tanda – tanda keberadaan buah hati di rahimnya .... Seperti ... mula – mula dia dibuat melambung tinggi, kemudian saat waktunya jatuh ... rasanya luar biasa menyakitkan. Pandora tidak bisa berkata – kata, selain berharap Kingston segera melepas sentuhan di permukaan perutnya. Tak pernah berharap Kingston akan bersandar rekat seraya pelan – pelan memeluk dan menghirup aroma parfum yang Pandora kenakan di beberapa titik di tubuh. “Kita
“Hati – hati di jalan, Dad. Hubungi aku kalau sudah sampai.”Pandora melambaikan tangan untuk kali terakhir sebelum menyaksikan punggung mobil melaju keluar gerbang. Ntah kapan dia akan kembali bertemu ayahnya. Pandora yakin Kingston akan lebih sering tidak setuju jika diajak ke Cambridge setelah pria itu mencerna kata – katanya di kampus dengan keberatan.Embusan napas Pandora pelan ketika dia melangkahkan kaki menuju kamar. Paling tidak, dia sedikit lebih tenang saat Kingston tidak menjangkau luar ruangan, alih – alih bersemayam seperti makhluk tak bernyawa di atas kasur.Sebuah pemandangan membuat Pandora tersenyum tipis. Ranjang segera berderak mengikuti gerakan merangkak darinya. Pelan – pelan dia meraih susu botol yang kosong di dekat wajah Aceli. Mengamati betapa gadis kecil itu tertidur tenang dengan posisi menyamping membelakangi pamannya, sekaligus terbungkus di antara lengan yang membentuk sudut siku. Persis seperti guling untuk tubuh Kingston yang kontras.Like uncle, like
Demi menghindari Aceli dari bagian – bagian tidak diinginkan. Pandora memutuskan untuk memancing perhatian Aceli ke sisi lain.Di sini mereka berakhir ....Di halaman samping mansion. Bermain dengan kuda poni yang gembul. Memberi makan dengan daun – daun. Dan gadis kecil itu akan berlari—tertinggal jauh oleh kuda yang meninggalkannya.“Hati – hati, Aceli, nanti jatuh.”Pandora mengeraskan suara. Memastikan Aceli berada dalam pantauan yang ketat. Dia melongoh, memehatikan gadis kecil itu sedang berjongkok mengusap – usap kepala kuda poni yang meringkuk di atas rumput.“Urusan kita belum selesai, Mama kucing.”Remasan lembut di bokong Pandora secara mengejutkan membuat dia bergeser posisi. Dengan bibir setengah terbuka nyaris melontarkan kata – kata marah, Pandora terdiam menemukan Kingston sudah menjulang tinggi di sampingnya.Wajah sedikit pucat, begitu kontras terhadap seringai yang tidak memungkinkan. Kingston terlihat, lebih baik tidak menggodanya daripada harus menarik beberapa pr
Seorang wanita paruh baya melampiaskan angkara murka lewat barang – barang yang berhambur seperti kapal pecah. Itu adalah badai darinya ketika mengetahui kematian Shelden telah sampai di telinga. Kematian oleh benturan luar biasa keras di kepala menyebabkan gumpalan darah membeku di dalam otak. Tidak ada oksigen dan pria itu telah mematahkan beberapa tulang di bagian tubuh.Mayat Shelden ditemukan pihak berwenang tanpa bukti mencurigakan. Orang – orang di istana bungkam menjelaskan hal terkait apa pun sejak terakhir kali Shelden meninggalkan istana. Tetapi wanita ini tahu duduk perkara dengan sangat jelas, karena dia seharusnya sudah menerima Pandora di pangkuan, mendapat apa yang diinginkan, dan melancarkan aksi balas dendam.Berada dalam persembunyian paling terjal. Dia tidak akan bisa ditemukan. Sialnya nasib buruk kehilangan sekutu setia seperti Shelden, membuat dia harus berpikir lebih tajam bagaimana cara merenggut jantung Pandora sendirian. Jantung keabadian. Jantung kecantikan
“Siapa yang hamil?”Pandora memberanikan diri bertanya saat dia melihat Kingston memutuskan sambungan telepon bersama seseorang—ntah siapa. Kingston tidak memberi petunjuk apa pun ketika jemari kasar itu menyelipkan ponsel di saku celana kain. Sebuah peluang yang tak bisa Pandora biarkan begitu saja. Dia menunggu Kingston segera menjawab, tetapi sentuhan ringan-lah yang kali pertama terjadi. Kingston dengan hati – hati menyentuh sudut wajah Pandora. Sorot kekhawatiran tidak pernah lepas dari mata spektrum pria tersebut.“Lain kali jangan makan sembarangan, mengerti?”Hanya nada sedikit dengan peringatan yang lembut. Menarik kedua alis Pandora bertaut heran. Dia ingin Kingston menjawab lugas terhadap pertanyaan terdahulu. Bukan berbalik mengatakan sesuatu yang tidak dia mengerti.“Siapa yang hamil?”Sekali lagi. Pandora bertanya lebih tegas. Iris matanya lurus – lurus menatap Kingston. Mencari jawaban yang dia butuhkan, dan itu berakhir kerlingan geli bergumul jelas di wajah Kingston.
Sorot mata Pandora menatap lurus – lurus layar persegi menempel di dinding rumah sakit. Berita tv nasional sedang menyiarkan pergantian musim ke musim dingin. Sesekali dia melirik ke luar jendela. Rintik hujan berjatuhan dengan deras. Beberapa pecikan menyebar padat pada kaca rumah sakit. Ini adalah musim dingin pertama sebagai pasangan Kingston. Pandora segera menggeser wajah untuk mengamati pria yang sedang tertidur memeluk tubuhnya. Wajah tampan itu begitu dekat, tetapi Pandora lebih terpancing menarik selimut tebal dan membungkus dia bersama Kingston. Merasakan hangat dekapan berdua dan kembali memehatikan layar tv untuk kemudian beralih ke siaran lain.Tidak ada program menarik sehingga Pandora kembali ke siaran awal. Suara tv memelan dengan dia meletakkan remote kontrol ke atas nakas. Perlahan memejam, namun sebuah kecupan ringan secepat itu membuat Pandora mengurungkan niat. Kelopak mata yang melentik ke atas segera mendapati Kingston sedang melekukkan sudut bibir dan menarik P
Berita pernikahan Kingston telah sampai di kehidupan para dewa. Sebagian besar menanggapi berita tersebut sebagai manifestasi suatu ramalan. Ramalan yang menjadi kenyataan mengenai kelahiran putra mahkota dari kerajaan Olimpyus, tentang pernikahan dengan manusia terpilih, tentang seorang gadis dengan darah bangsawan mengalir di tubuhnya.Bagaimanapun itu menjadi alasan yang diberikan Raja Osso secara hak paten. Hubungan ini menjadi kasus dan klausa yang berbeda. Kingston akan mendengar hal demikian. Mendengar bahwa pertentangan hubungan bersama Arcadeaz disertai begitu banyak halangan. Raja Osso tidak mengizinkan seorang manusia biasa—untuk menikahi putranya. Tidak akan membiarkan ketimpangan yang terjal, walau ratusan tahun lalu bantahan Kingston begitu besar.Kematian sudah digariskan. Arcadeaz tidak akan pernah kembali dalam wujud dan pola reinkarnasi sekalipun. Raja Osso berpikir—seorang manusia biasa, yang melahirkan anak keagungan—dewa—akan melewati pelbagai rintangan. Dan sekar