“Hati – hati di jalan, Dad. Hubungi aku kalau sudah sampai.”Pandora melambaikan tangan untuk kali terakhir sebelum menyaksikan punggung mobil melaju keluar gerbang. Ntah kapan dia akan kembali bertemu ayahnya. Pandora yakin Kingston akan lebih sering tidak setuju jika diajak ke Cambridge setelah pria itu mencerna kata – katanya di kampus dengan keberatan.Embusan napas Pandora pelan ketika dia melangkahkan kaki menuju kamar. Paling tidak, dia sedikit lebih tenang saat Kingston tidak menjangkau luar ruangan, alih – alih bersemayam seperti makhluk tak bernyawa di atas kasur.Sebuah pemandangan membuat Pandora tersenyum tipis. Ranjang segera berderak mengikuti gerakan merangkak darinya. Pelan – pelan dia meraih susu botol yang kosong di dekat wajah Aceli. Mengamati betapa gadis kecil itu tertidur tenang dengan posisi menyamping membelakangi pamannya, sekaligus terbungkus di antara lengan yang membentuk sudut siku. Persis seperti guling untuk tubuh Kingston yang kontras.Like uncle, like
Demi menghindari Aceli dari bagian – bagian tidak diinginkan. Pandora memutuskan untuk memancing perhatian Aceli ke sisi lain.Di sini mereka berakhir ....Di halaman samping mansion. Bermain dengan kuda poni yang gembul. Memberi makan dengan daun – daun. Dan gadis kecil itu akan berlari—tertinggal jauh oleh kuda yang meninggalkannya.“Hati – hati, Aceli, nanti jatuh.”Pandora mengeraskan suara. Memastikan Aceli berada dalam pantauan yang ketat. Dia melongoh, memehatikan gadis kecil itu sedang berjongkok mengusap – usap kepala kuda poni yang meringkuk di atas rumput.“Urusan kita belum selesai, Mama kucing.”Remasan lembut di bokong Pandora secara mengejutkan membuat dia bergeser posisi. Dengan bibir setengah terbuka nyaris melontarkan kata – kata marah, Pandora terdiam menemukan Kingston sudah menjulang tinggi di sampingnya.Wajah sedikit pucat, begitu kontras terhadap seringai yang tidak memungkinkan. Kingston terlihat, lebih baik tidak menggodanya daripada harus menarik beberapa pr
Seorang wanita paruh baya melampiaskan angkara murka lewat barang – barang yang berhambur seperti kapal pecah. Itu adalah badai darinya ketika mengetahui kematian Shelden telah sampai di telinga. Kematian oleh benturan luar biasa keras di kepala menyebabkan gumpalan darah membeku di dalam otak. Tidak ada oksigen dan pria itu telah mematahkan beberapa tulang di bagian tubuh.Mayat Shelden ditemukan pihak berwenang tanpa bukti mencurigakan. Orang – orang di istana bungkam menjelaskan hal terkait apa pun sejak terakhir kali Shelden meninggalkan istana. Tetapi wanita ini tahu duduk perkara dengan sangat jelas, karena dia seharusnya sudah menerima Pandora di pangkuan, mendapat apa yang diinginkan, dan melancarkan aksi balas dendam.Berada dalam persembunyian paling terjal. Dia tidak akan bisa ditemukan. Sialnya nasib buruk kehilangan sekutu setia seperti Shelden, membuat dia harus berpikir lebih tajam bagaimana cara merenggut jantung Pandora sendirian. Jantung keabadian. Jantung kecantikan
“Siapa yang hamil?”Pandora memberanikan diri bertanya saat dia melihat Kingston memutuskan sambungan telepon bersama seseorang—ntah siapa. Kingston tidak memberi petunjuk apa pun ketika jemari kasar itu menyelipkan ponsel di saku celana kain. Sebuah peluang yang tak bisa Pandora biarkan begitu saja. Dia menunggu Kingston segera menjawab, tetapi sentuhan ringan-lah yang kali pertama terjadi. Kingston dengan hati – hati menyentuh sudut wajah Pandora. Sorot kekhawatiran tidak pernah lepas dari mata spektrum pria tersebut.“Lain kali jangan makan sembarangan, mengerti?”Hanya nada sedikit dengan peringatan yang lembut. Menarik kedua alis Pandora bertaut heran. Dia ingin Kingston menjawab lugas terhadap pertanyaan terdahulu. Bukan berbalik mengatakan sesuatu yang tidak dia mengerti.“Siapa yang hamil?”Sekali lagi. Pandora bertanya lebih tegas. Iris matanya lurus – lurus menatap Kingston. Mencari jawaban yang dia butuhkan, dan itu berakhir kerlingan geli bergumul jelas di wajah Kingston.
Sorot mata Pandora menatap lurus – lurus layar persegi menempel di dinding rumah sakit. Berita tv nasional sedang menyiarkan pergantian musim ke musim dingin. Sesekali dia melirik ke luar jendela. Rintik hujan berjatuhan dengan deras. Beberapa pecikan menyebar padat pada kaca rumah sakit. Ini adalah musim dingin pertama sebagai pasangan Kingston. Pandora segera menggeser wajah untuk mengamati pria yang sedang tertidur memeluk tubuhnya. Wajah tampan itu begitu dekat, tetapi Pandora lebih terpancing menarik selimut tebal dan membungkus dia bersama Kingston. Merasakan hangat dekapan berdua dan kembali memehatikan layar tv untuk kemudian beralih ke siaran lain.Tidak ada program menarik sehingga Pandora kembali ke siaran awal. Suara tv memelan dengan dia meletakkan remote kontrol ke atas nakas. Perlahan memejam, namun sebuah kecupan ringan secepat itu membuat Pandora mengurungkan niat. Kelopak mata yang melentik ke atas segera mendapati Kingston sedang melekukkan sudut bibir dan menarik P
Berita pernikahan Kingston telah sampai di kehidupan para dewa. Sebagian besar menanggapi berita tersebut sebagai manifestasi suatu ramalan. Ramalan yang menjadi kenyataan mengenai kelahiran putra mahkota dari kerajaan Olimpyus, tentang pernikahan dengan manusia terpilih, tentang seorang gadis dengan darah bangsawan mengalir di tubuhnya.Bagaimanapun itu menjadi alasan yang diberikan Raja Osso secara hak paten. Hubungan ini menjadi kasus dan klausa yang berbeda. Kingston akan mendengar hal demikian. Mendengar bahwa pertentangan hubungan bersama Arcadeaz disertai begitu banyak halangan. Raja Osso tidak mengizinkan seorang manusia biasa—untuk menikahi putranya. Tidak akan membiarkan ketimpangan yang terjal, walau ratusan tahun lalu bantahan Kingston begitu besar.Kematian sudah digariskan. Arcadeaz tidak akan pernah kembali dalam wujud dan pola reinkarnasi sekalipun. Raja Osso berpikir—seorang manusia biasa, yang melahirkan anak keagungan—dewa—akan melewati pelbagai rintangan. Dan sekar
“Hentikan, King. Aku masih harus menyelesaikan ujianku.”Lengan Pandora terulur panjang sekadar menjauhkan wajah Kingston dari jangkauan di ceruk lehernya. Proses yang Kingston lakukan makin memancing, seolah memang sengaja menggoda Pandora yang mengalami situasi membekukan ke dalam luapan bara membakar.Sering kali Pandora sanggup membebaskan diri, tetapi lewat jangka waktu singkat Kingston akan kembali dengan gerak merayu yang piawai. Gigitan kecil terasa bergiliran sampai di sudut tulang rahangnya.Jari – jari itu mahir menyusuri lekuk tubuh dalam balutan mantel tebal. Luar biasa menyeret Pandora masuk ke kubangan gelisah.Segera menuntaskan semua yang tertahan ... itu yang sedang dia pikir harus terjadi. Berusaha mengingat – ingat lebih tajam susunan kata yang buyar oleh tindakan Kingston. Satu paragraf akhirnya terselesaikan dengan baik.Pandora menarik napas panjang. Siap menekan tombol kirim setelah memastikan soal – soal itu terisi sempurna. Sekali enter ... dia tidak akan bis
Salju berguguran di halaman samping mansion, membentuk tumpukkan butiran es menggunung. Tumpukkan yang selalu menyeret usaha Aceli untuk bermain di tengah – tengah hujan salju. Gadis kecil tersebut telah siap dengan pakaian hangat dan sepatu bot kuning di kaki mungil-nya. Memaksa Pandora ikut serta berpijak di atas rumput bersalju, yang sebagian sudah dikikis oleh Helios. Sisa dari kikisan itu menjadi puing – puing menyatu dengan tumpukan salju lain—makin menjadi kegemaran Aceli saat menyentuh—mengepal menjadi gumpalan kecil di tangan.“Kita bikin boneka kayu, Mommy!”Sikap antusiasme Aceli segera menarik Pandora bersimpuh di hadapan gadis kecil yang sedang memeluk salju. Ukuran tangannya yang lebih besar mulai bergerak. Mengatur bentuk dan tumpukan salju seperti bulatan besar—sedikit pipih dan proposional—mungkin Pandora akan menyebut itu adalah bentuk elips yang gagal tetapi bervolume padat.Dia tersenyum. Melakukan hal yang sama dengan ukuran lebih kecil, masing – masing ditumpuk m