“Kau yang mimisan waktu itu, dan malah menuduhku.”Rasa anyir masih terbayang di benak Pandora. Dia bergumam seorang diri berusaha menenangkan ingatan yang begitu menakutkan. Darah Kingston melumer dengan cepat, sehingga dia harus bertindak luwes melakukan segala jenis upaya menghentikan apa pun yang sedang terjadi di bawah bantuan orang – orang yang bekerja kepada Kingston.Sempat terjadi perdebatan ketika Pandora menyarankan untuk menghubungi dokter. Mereka seperti tidak setuju, tetapi tidak memiliki pilihan atau opsi selain mengalah.Anehnya. Setelah dokter datang memeriksa, tidak ada diagnosis mengerikan. Organ tubuh Kingston dinyatakan tanpa mengalami masalah. Dokter sendiri tidak mempercayai apa yang dia katakan.Namun melihat gejalanya, dokter tetap meresepkan obat yang sekarang sudah ada di atas nakas.“Kakak Panda, apa daddy sudah bangun?”Aceli lagi ....Ntah kali ke berapa pintu terbuka secara tiba – tiba, lalu menutup kembali begitu gadis kecil itu tidak mendapat jawaban p
“Kau akan melewatkan jadwal minum obatmu lagi?”Bukan pemandangan baru jika Pandora harus mendapati Kingston hanya mengamati beberapa pil yang tertuang di telapak tangan tanpa sedikitpun niat untuk membiarkan tubuhnya dicecoki obat dari dokter.Ini adalah kondisi yang sama di hari ketiga Pandora harus menghadapi pemandangan seperti yang sudah - sudah. Tugasnya bertambah ketika memiliki keharusan membujuk Kingston, yang tidak cukup hanya dengan hal demikian. Butuh beberapa tindakan. Kejadian yang sudah sering kali terulang. Semacam sentuhan di wajah hingga tindakan ringan lainnya.Pandora meniupkan udara keluar dari rongga mulut. Bersikap sedikit agresif untuk merapatkan kedua kaki Kingston yang menapak agak berjauhan saat sementara pria itu masih duduk di pinggir ranjang dengan posisi sedikit membungkuk ke depan, persis membiarkan kedua lengan siku menyangga di sekitar area lutut.Respons Kingston yang hanya diam, itulah yang mengundang Pandora duduk di atas pangkuan setelah dia posis
Pandora tak pernah mengira perkenalan singkat bersama Avanthe, akan mambawa wanita memesona itu meminjam Kingston untuk diajak bicara secara serius. Dia sudah menunggu cukup lama sejak Kingston mempersilakan Avanthe memasuki salah satu ruangan kosong. Meninggalkannya bersama Hores yang kini telah memenangkan keberanian Aceli untuk duduk bersisihan di samping pria dewasa—ayah biologis sang gadis kecil yang sedang menatap sangat lekat.Genggaman dari jari – jari mungil pada telunjuk Hores, menciptakan sensasi harmonis, seperti sebuah pertunjukkan kasih sayang, yang meskipun tidak disadari salah satunya. Tetapi hubungan darah seupaya energi elektomagnetik. Pada satu kumparan akan terjadi keterikatan yang besar.“Apa aku terlihat mengerikan di matamu?”Pandora belum sepenuhnya mengerti apa yang membuat Kingston benar – benar waspada. Dia menilik Hores bukan suatu ancaman. Pria itu tahu bagaimana cara bersikap kepada gadis kecil. Bersikap lebih daripada hangat di bawah tutur kata yang lemb
“Lepas! Kau ingin lihat aku dimakan peliharaanmu, bukan?” Tulang rusuk Pandora sempat menghantam pembatas balkon. Menimbulkan rasa sakit yang cukup memberi efek putus asa, tetapi Kingston tidak akan membiarkan penderitaannya berjalan lancar.Kingston yang melempar dan yang pula membuat Pandora bergelantungan dengan ruas lengan dicengkeram sedemikian erat. Bangaimanapun pria itu sangat gila memenuhi sebuah ancaman tegas. Seolah perih di hati saja tak cukup mengimbangi kepuasan jika tidak dengan cara yang lebih menyaktikan.Kingston senang melihatnya terluka. Senang menyaksikan aliran air bersimbah dari sudut mata. Dan itulah yang sedang Pandora pertontonan pada seorang bajingan. Dia tidak menginginkan kehidupan yang kacau seperti ini. Tidak ingin diberi kesempatan bertahan saat sementara semua telah berubah.Ini bukan peristiwa manis yang didambakan. Semua telah hancur. Remuk redam tak berguna untuk memperdebatkan sesuatu yang tak akan kembali. Jika Kingston ingin mematikannya. Seharu
“Kau baik – baik saja, Pandora?” “Apa yang sudah dilakukan kakakku padamu?” Pandora segera mendapat pertanyaan mencecar ketika membukakan pintu kamar untuk Avanthe. Dia tidak langsung menanggapi, karena yang terpenting adalah memastikan pintu kembali dikunci dengan rapat. “Tidak perlu buru – buru. Tenangkan dirimu dulu.” Sentuhan Avanthe begitu lembut ketika wanita itu turut duduk di bawah kaki ranjang. Menarik Pandora masuk ke dalam dekapannya. Paling tidak sampai Pandora tak lagi bergegar di luar kendali. “Aku minta maaf jika dia benar – benar melakukan sesuatu yang sangat buruk.” “Dia menyakitiku—bukan kali ini saja.” Pandora sungguh terbata setelah rasa sesak lagi – lagi menyebar di rongga dada. Tubuh Avanthe seolah menjadi perlindungan saat dia membalas pelukan yang menjadikannya sedikit – sedikit lebih baik. Garis besar perbedaan dari dua bersaudara sepupu itu kentara. Benar – benar tidak bisa dibandingkan. Pandora menganggap sebuah kesalahan jika mengatakan Kingston adal
“Kakak Panda ....”Suara Aceli sayup – sayup merambat pada indera pendengaran Pandora.Aneh.Malam sudah semakin larut, dan gadis kecil itu masih keluyuran di tempat terbuka. Semacam sebuah pengaturan, tetapi Pandora tidak berusaha peduli, sekalipun tiap – tiap langkah yang terangkat selalu disorot dengan lampu mobil yang berjalan pelan di belakang.Aceli sedang bersama seseorang ....Jika Pandora harus berprasangka buruk, dia akan mengartikan Kingston adalah dalang menyedihkan itu. Nyaris satu minggu menghirup udara bebas, Pandora tidak akan mengizinkan pria tersebut kembali masuk ke dalam hidupnya. Tidak dengan menjadikan Aceli sebagai umpan.Sejak dia meninggalkan gedung mentereng. Mereka sudah tidak saling berurusan. Lupakan tentang surat perjanjian. Pandora tidak akan menyudutkan diri sendiri dengan hal – hal tidak berkepentingan.Kehidupan barunya sudah lebih daripada cukup. Sangat sibuk. Tanpa harus memikirkan Kingston dan apa pun yang berkaitan terhadap pria itu.Bersyukur, di
“Akan kutanyakan kalau aku punya nomor ponselnya.” Sambil menggerutu Anna melangkahkan kaki ke ranjang sendiri. Melempar tubuh ... telentang dan menatap langit – langit kamar asrama untuk menemukan sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. “Kenapa dari dulu tidak kulakukan ini,” gumam Anna tanpa sadar. Ibu jarinya bebas mengulik ponsel setelah masuk ke tampilan aplikasi. Helios .... Dia memasukkan sepenggal nama pada kolom pencarian. Beberapa akun muncul, kemudian Anna mencoba peruntungan dengan membuka satu persatu mulai dari deretan teratas. Nihil. Dia tidak menemukan apa pun. “Panda, apa kau tahu nama lengkap mi ice?” Anna belum menyerah. Segera bangkit duduk di pinggir ranjang, menghadap punggung Pandora, yang dia tahu temannya tidak mudah tertidur, terutama karena keberadaan Aceli di sana. “Aku bertanya padamu, Panda,” ulangnya. Sedikit mengeraskan suara, tetapi saat – saat itulah Anna menyeret Pandora untuk segera berbalik badan. “Aceli sudah tidur. Jangan berisi
“Om Heli sudah jemput.”Aceli melompat – lompat di tempat mengamati mobil Helios berhenti di depan gedung asrama. Pria itu berjalan keluar. Tersenyum sedikit kaku, mungkin karena apa yang dikatakan kemarin malam tidak sepenuhnya benar.Ini sudah hampir lewat jam makan siang. Dan Helios baru tiba dengan membawa buah tangan, yang seharusnya Pandora tolak, dia tidak keberatan akan keberadaan Aceli selama Kingston tidak mengganggu dan selama itu tidak mencampuri jam kerjanya di shift malam. Tetapi Anna tidak sependapat. Gadis itu menerima sekotak besar kue dari Helios sambil memamerkan senyum lebar. Tidak lupa menanyakan nama panjang pria tersebut.“Helios Danco. Aku mendapatkannya.”Sekilas bisikan Anna memberi Pandora efek geli. Dia segera mengsejajarkan tubuh setinggi Aceli untuk merapikan anak rambut yang mencuak ke depan usai ditata menjadi kepangan dua.“Aku akan merindukanmu.”Pandora mencubit pipi Aceli pelan. Kalau dilakukan dengan kasar Kingston akan marah, tapi dia lupa bahwasa