“Anda … mau membantu saya?” Poppy menatap Robin penuh harap.
Akan tetapi, Robin tak menjawab. Dia kembali melumat bibir Poppy dengan ciuman yang semakin panas.Tangan Robin meremas tubuh Poppy, menyelusuri punggungnya. Poppy merasakan hawa panas yang mengalir dari setiap sentuhan Robin meski terhalang kain.Sementara itu, Robin mulai memejamkan mata. Bibir mungil Poppy terasa lebih manis dari saat dia pertama kali menciumnya.Benar. Robin masih mengingat ciuman pertama mereka, tetapi dia menyangkalnya.Robin Luciano telah berjanji pada diri sendiri bahwa dirinya tak akan memberikan hatinya kepada siapa pun. Ketika mencium Poppy saat ini, pikirannya juga terus menyanggah bahwa dia mulai tertarik kepada Poppy.BUK!Robin mengangkat badan Poppy, lalu mendudukan di atas meja. Dia melepas ciumannya hanya untuk berkata, “Kau seharusnya minta bantuanku.” Kemudian kembali mencium Poppy.Poppy pun tak berniat menjawab. DDi lain sisi, Poppy melihat ada yang berbeda dari tatapan Robin. Tatapan mata Robin bukan hanya sayu karena gairah yang menutupinya, melainkan juga tampak getaran kesedihan yang tersimpan cukup lama.Poppy dapat melihatnya karena dia pun sering menatap dirinya sendiri dari cermin setelah menerima siksaan yang menyakitkan. Meski hanya menebak dan mungkin salah, Poppy menjadi penasaran dengan kehidupan sulit apa yang pernah dialami seorang Robin Luciano?“Apa yang sedang kau pikirkan?”Robin tak suka ditatap terus menerus. Dia merengkuh tubuh Poppy, menahan gerakannya semakin dalam. Poppy pun melingkarkan kedua kakinya, melilit tubuh Robin dengan erat.Suara erangan pelan Robin terdengar di dekat telinga Poppy. Disambut lenguhan Poppy yang membuat bulu kuduk di sekujur tubuh Robin berdiri.“Aku sangat mabuk sekarang ….”Poppy mengangguk, lalu menyandarkan keningnya di pundak Robin. Kemeja Robin terasa basah oleh keringat, sama halnya dengan dirinya.“Walaup
Robin juga tidak pergi dan berbaring tenang di ranjangnya. Entah mengapa Poppy berharap, Robin memiliki perasaan istimewa untuknya. “Jangan tersenyum sendiri seperti orang gila! Cepat pesan makan malam!” bentak Robin, membuyarkan imajinasi indah Poppy. ‘Tuan Robin tidak melihatku! Bagaimana Tuan Robin bisa tahu aku sedang tersenyum? Apakah diam-diam Tuan Robin memiliki indra keenam?’ “Jangan memikirkan hal konyol!” Robin seakan-akan tahu pikiran Poppy. Poppy menutup mulutnya dengan satu tangan. Mendadak bulu kuduknya meremang. ‘Apakah sejak tadi aku bersama dengan hantu? Dia juga tidak seperti Tuan Robin yang aku tahu, bisa membaca pikiranku, dan mengetahui apa yang kulakukan tanpa melihatku!’ “Kau masih belum bergerak?” “I-iya.” Poppy segera bangun menyambar gaunnya, memakainya dengan cepat. Dia bergegas meraih interkom yang ada di dekat ranjang untuk menghubungi koki di dapur. “Tuan Robin in
Poppy yang sudah tak sabar ingin memasukkan makanan ke dalam mulutnya segera mengambilkan piring untuk Robin. Dia menaruhnya di nakas, tetapi hanya mendapat tatapan tajam suaminya.“Apa kau tahu artinya melayani?” “Saya sudah mengambilkan makanan Anda. Silakan bangun dan nikmati makan malam Anda.”Robin berdecak sambil bergeleng-geleng, menatap Poppy heran karena tak memahami ucapannya.“Kau tahu aku sedang tidur di ranjang, tapi masih menyuruhku mengambil piring itu?”Poppy mencoba untuk memahami arti ucapan Robin. Dia mengambil lagi piring di meja, lalu mengulurkan dengan sopan ke arah Robin.Robin lantas duduk bersandar. Tak berbuat apa pun, tak mengambil piring itu, dan hanya menatapnya.“Tuan, silakan …,” desak Poppy agar Robin segera menerima piring itu, tangannya sudah tak tahan membawanya.“Duduk.”Poppy dengan cepat duduk.“Gunakan tanganmu untuk melayaniku.”Poppy bingung se
“Tuan Robin!” seru Poppy sambil membuka pintu dengan kasar, menunjukkan raut wajah yang sangat panik.Robin yang masih duduk di ranjang langsung berpaling ke arah datangnya suara. Kemarahan yang sebelumnya dia rasakan mendadak hilang, tercenung menatap wajah istrinya.Poppy berjalan cepat mendekat hingga gaun merah muda yang dipakainya melambai-lambai seperti tertiup angin. Robin dapat merasakan kesejukan udara itu menerpanya, apalagi dia melihat Poppy kembali memanggil namanya dengan senyuman lebar, seperti kemarin ketika Poppy bermain dengan Alice.“Robin ….” Suara Poppy terdengar mendayu-dayu, membuat bulu kuduk Robin meremang, tubuhnya pun langsung bereaksi oleh rayuan itu.‘Apakah aku sedang bermimpi?’Poppy terlihat seperti malaikat bersinar yang berlari kecil untuk menghampirinya. Jantung Robin berdetak kencang, seolah-olah dunia di sekitarnya hanya dipenuhi suara detak jantungnya.“Tuan Robin, bagaimana ini?! Apa yang harus saya lakukan?!”Poppy d
“Tidak, kami bahkan tidak pernah bertukar pesan. Lagi pula–” Poppy menahan mulutnya untuk tidak mengatakan kata hatinya, ‘Bukankah Tuan Robin bisa mengendalikan ponselku? Dia pasti bisa membaca semua pesan atau panggilan yang masuk. Karena itu, aku jarang membawa ponsel pemberiannya.’Seolah dapat membaca pikiran Poppy, Robin berkata, “Antonio mengurus semua yang berhubungan tentangmu. Kau pikir aku punya waktu menyadap ponselmu? Kau seharusnya bilang dulu kalau mau menyimpan nomor pria lain!”Ekspresi Poppy cukup mudah ditebak, apalagi Robin sering berhadapan dengan orang-orang dan perlu mengamati gerak-gerik mereka. Namun, Poppy selalu terkejut setiap kali Robin mengatakan sesuatu, seolah-olah Robin menanggapi isi pikirannya.“T-tidak, saya tidak berpikir seperti itu. Lalu bagaimana dengan Rafael?” Poppy segera membicarakan masalah itu lagi.Kening Robin mulai mengerut, tak menutupi kejengkelannya. Sudah berulang kali dia mengatakan agar Poppy tak perlu mengkhawatirkan masalah Rafael
“Lalu untuk apa aku ikut ke sini?” Robin mencondongkan wajahnya mendekati telinga Poppy. “Kau pikir, aku sudi nonton film di tempat murahan seperti ini jika bukan karena berbaik hati menolongmu?”Poppy segera menepis prasangka buruknya. Dia baru sadar jika film yang sedang diputar bertema drama keluarga.Kalaupun Robin hanya ingin menonton, dia pasti memilih genre aksi atau sejenisnya, di mana ada adegan pertarungan berdarah atau baku tembak supaya bisa mempelajari dari film tersebut, pikir Poppy.“Duduklah dengan tenang dan nikmati makanan atau film ini selagi menunggu. Mereka pasti akan datang.“Maaf, saya sedikit gugup.”Poppy pun mencoba tenang sambil menatap layar, meskipun sesekali masih melirik ke belakang. Hingga akhirnya, dia melihat dua orang duduk di kursi itu.“Mereka datang, Tuan ….” Poppy mengguncang lengan Robin tanpa menatapnya, tetapi Robin tak menanggapi.Dada Poppy bergemuruh ketika melihat sosok samar yang teramat dikenalnya. Seorang wanita yang sudah dianggap seper
Suara tangisan lirih terdengar. Carita terisak ketika membicarakan kehidupannya, Poppy pun turut meneteskan air mata. Poppy jadi teringat setiap kali ibu tirinya menangis karena membicarakan tentang ibu kandungnya, Poppy ikut menangis bersama Carita. Telah banyak waktu yang mereka lewati bersama, dalam suka maupun duka. Oleh karena itu, Poppy memohon dalam hati agar mendengar sendiri bahwa Carita bukan sengaja ingin membuangnya dan tidak pernah punya pikiran untuk menghancurkan hidupnya. “Putri kakak angkatku ada di dalam mobil pada hari nahas itu. Jasadnya belum ditemukan. Tetapi, sampai saat ini, aku tidak berhenti mencarinya.” Selama sepuluh tahun lebih mereka menghabiskan hidup bersama. Namun, Carita mengatakan dengan mulutnya sendiri bahwa Poppy terlibat dalam kecelakaan yang menewaskan ibu kandungnya. Hanya dengan satu kebohongan itu, harapan Poppy bahwa Carita tak pernah berhubungan dengan Saul pun telah lenyap. Flint sudah pasti mengatakan kebenaran kepada Poppy malam itu.
“Brengsek, kau seharusnya menembak ibumu itu, Sialan,” geram Robin tertahan, segala umpatan keluar dari mulutnya. Kedua tangannya mengepal erat dalam pangkuan, seakan-akan sedang menahan diri untuk tidak memukul seseorang. Poppy tersenyum sendu oleh perhatian suaminya. “Mana bisa aku membunuhnya, Tuan. Aku tidak punya keberanian sebesar it–” “Oh … aku tidak tahan lagi … aku akan menemui sutradara film ini dan menghancurkan kariernya. Dia tidak seharusnya membuat karakter pria yang lemah pada tipuan ibunya!” Wajah Poppy sontak mengernyit selagi menatap suaminya. Mata Robin masih fokus menyaksikan layar, sedangkan di telinganya tak ada pengeras suara yang seharusnya dipakai untuk menguping pembicaraan Rafael dan Carita. “Wanita sialan … siapa nama aktris menjengkelkan itu? Aku sangat ingin mencabik-cabik wajah buruk rupanya,” geram Robin. Poppy melongo, baru menyadari jika Robin bukan sedang bersimpati padanya, melainkan terhanyut dengan film yang sedang disaksikannya. Dia segera be
Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei
“Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban
“Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny
Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”
“Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t
“Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J
Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b
“Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”
Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata