“Jangan terlihat terkejut,” bisik Robin kembali mendekatkan wajahnya di pipi Poppy.
Aroma tubuh Poppy sangat menggoda. Otak Robin seperti dipenuhi obat bius hingga sulit mengalihkan perhatian dari istrinya.Poppy tak mengindahkan Robin. Dia sudah tahu kalau ayahnya anak tunggal. Entah mengapa Robin terus-terusan mengganggu dan menegurnya, padahal dia hanya terkejut singkat dan tidak kentara.“Dasar, penipu … suamiku tidak punya saudara kandung,” cibir Carita lirih.April mengeluarkan sebuah kertas tebal yang dilipat dari tasnya. Dengan sopan, April menyerahkan kertas itu kepada Luca, yang lalu membisikkan sesuatu kepada Dante.“Lanjutkan.”“Belasan tahun yang lalu, terjadi kecelakaan hingga menewaskan istri August, ibu kandung Poppy. Setelah kejadian itu, August jadi jarang mengurus putrinya yang masih kecil. Saya sudah menawarkan bantuan untuk merawat Poppy, tetapi August menolak karena rumah saya ada di kota lain dan cukup jauh.”April mengusap rambut PPoppy terkejut setengah mati. Dia langsung menatap suaminya untuk minta bantuan agar Dante tidak membunuh Carita.Bukan kematian Carita yang diinginkan Poppy. Pembalasannya harus membuat Carita menyesali perbuatannya seumur hidup. Jika Carita mati dengan mudah setelah melakukan kejahatan besar, semua akan berakhir begitu saja.“Rob–” Saat Poppy menoleh ke kiri, dia kembali terkejut karena wajah Robin begitu dekat dengannya.“Hmmm?” Robin menanggapi dengan tenang, tak peduli jika Dante akan membunuh ibu tiri istrinya.Poppy menunduk, menghindari tatapan Robin yang tampak sama ketika mereka sedang bercinta. “Aku tidak mau melihat ada yang mati di depan mataku,” bisiknya.Robin menghela napas kasar. Permintaan Poppy sungguh merepotkan karena dia harus mencegah kakeknya. Tetapi, baru kali ini Poppy meminta sesuatu padanya secara langsung. Robin terpaksa menuruti keinginannya.“Tuan Dante … saya benar-benar tidak membohongi Anda! Semua ucapan orang ini tidak benar!” seru Carita, tampak san
Dalam kekacauan di kamar Dante, pasangan suami-istri itu malah berciuman penuh gairah. Poppy memekik tertahan ketika tiba-tiba Robin mengangkat badannya.Kedua kaki Poppy sontak melingkar di pinggang Robin, takut terjatuh. Mereka masih berciuman ketika Robin mulai melangkah meninggalkan kamar.“Mau ke mana kita?” tanya Poppy setelah mereka sampai di luar kamar. Dia berkedip pelan untuk menyesuaikan matanya yang tiba-tiba melihat cahaya lampu di koridor.“Kita harus menunjukkan pada kakek kalau kita benar-benar menikah atas dasar cinta. Biar semua orang melihat dan tidak meragukan pernikahan kita lagi.”“Tapi, sekarang bukan waktu yang tepat untuk itu ….” “Tsk! Kau hanya perlu memercayaiku! Aku lebih tahu kapan saat yang tepat untuk melakukannya.”“Baiklah. Lalu, bisakah kau menurunkanku?” Poppy malu karena berpapasan dengan para pengawal yang sedang berlari menuju kamar Dante.“Kau benar-benar sulit memahami ucapanku. Justru aku melakukannya karena ada banyak orang.”Tidak ada satu p
“Tuan Robin dan istrinya ada di ruangan sebelah, Tuan. Mereka–” Salah satu pengawal yang menjawab pertanyaan Dante itu menahan ucapannya, memilih kata yang tepat. Wajahnya merah padam mengingat suara-suara di dalam ruangan yang dimasuki Robin membuatnya gugup. “Mereka apa?!” bentak Dante. “Mereka sedang … sibuk … dan baik-baik saja,” lanjut si pengawal sarat makna, “tapi, entah bagaimana dengan Nyonya Poppy. Tuan Robin sepertinya sangat bersemangat.” Melihat wajah si pengawal semakin merah sampai leher dan telinga, Dante langsung memahami ucapannya. “Apa yang dilakukan anak itu?! Setelah membuat kekacauan malah berduaan dengan istrinya!” “Tuan Robin mungkin sengaja menembak lampu karena sedang terburu-buru. Sejak tadi, saya mengamati Tuan Robin kurang fokus dan hanya menatap istrinya,” adu Luca. Tampaknya, orang-orang di sekitar Robin tahu bahwa dia hanya memusatkan perhatian kepada Poppy. Hanya Robin sendiri yang masih menyangkalnya. Dante tersenyum samar. Akhirnya, dia akan se
“Tuan, aku mohon … aku benar-benar lelah …,” rengek Poppy. Dia sebenarnya hanya ingin segera pulang untuk menghindari rencana gila Robin.“Aku yang banyak bergerak, kenapa kau yang lelah?” Robin menunjukkan tangannya yang basah. “Lihat, perempuan munafik sialan, tubuhmu tidak bisa membohongiku.”‘Wah, julukanku sudah bertambah panjang. Tidak bisakah kau memanggil dengan nama yang kau berikan untukku?’ Poppy hanya bisa berharap dalam hati. ‘Kalau dipikir-pikir, Robin belum pernah memanggil namaku ….’“Ahhh … Tuan!” pekik Poppy. Di saat dia sedang melamun, Robin mulai menyatukan tubuh mereka dengan entakan penuh tenaga.“Apa yang sedang kau lamunkan? Apa kau mengingat kebaikan kakekku, hem?”Poppy menggigit bibir bawahnya saat Robin mengentak sekali lagi dengan kencang. Dia tak begitu mendengar pertanyaan Robin karena rasa hangat yang menjalar di tubuh lebih menguasai dirinya.Mendadak, Poppy meragukan ucapan Robin waktu itu, ketika mengatakan bahwa dirinya tak sudi disentuh wanita, kec
Peluh membasahi tubuh mereka. Penyejuk ruangan tak dinyalakan sehingga tubuh polos mereka tampak mengilat basah. Pakaian Robin dan Poppy berserakan di lantai, juga basah oleh keringat dan tak mungkin dikenakan lagi.“Lepaskan aku,” pinta Poppy.Dia berusaha melepaskan tangan dan kaki Robin yang melingkar di tubuhnya, seperti katak yang mendapatkan mangsa dan enggan melepasnya. Tangannya tergelincir ketika menekan lengan Robin yang berkeringat.“Apa kau tidak tahu apa yang sedang kulakukan?!”“Anda hanya diam saja sejak tadi.”“Aku sedang berusaha menahan benihku agar tidak berhamburan keluar, bodoh!” sergah Robin, suaranya bergetar di pipi Poppy yang menempel di dadanya.Poppy bertanya-tanya dalam hati, apakah serumit itu membuahi sel telurnya, sampai mereka harus melekat erat dalam kondisi yang tak nyaman?“Engh … Tuan Robin!”Kaki Robin yang mengalung di kakinya semakin menjerat kuat. Poppy merasakan badannya semakin sesak, apalagi napasnya belum kembali teratur setelah pergumulan p
Robin Luciano bersenandung tak jelas sambil menatap dirinya di pantulan cermin kamar mandi. Kedua tangannya meremas-remas rambut yang berbusa, lalu menoleh ke kanan-kiri dengan gerakan lambat, seperti sedang mencari-cari kecacatan di wajahnya. “Apa aku memang setampan itu?” Gerakan Robin berhenti, lalu terkekeh lirih dan singkat. Dia bersikap seolah-olah tidak terlalu bahagia walaupun hanya ada dirinya sendiri di dalam kamar mandi itu. ‘Robin … lebih cepat lagi … aku suka melihat wajah tampanmu saat mendapat kepuasan dariku.’ Robin mengingat lagi racauan Poppy semalam. Badannya tiba-tiba berguncang pelan, merinding oleh gelenyar nikmat yang seolah masih bisa dirasakannya. “Kakek … kakek … jangan harap kau bisa merayu istriku. Wajahmu tidak setampan aku.” Robin menyeringai pada diri sendiri di depannya. TOK TOK! “Lihat, lihat … dia sudah tidak sabar melihatku sampai menggangguku yang sedang mandi.” Robin bergeleng-geleng sambil berdecak dengan satu sudut mulut terangkat.
Robin menatap kakeknya tak percaya. “Lalu kenapa, katamu? Aku suaminya dan berhak menyingkirkan semua orang yang berani mendekatinya! Termasuk kau, Kakek!”Ucapan Dante, tentu saja, membuat Robin semakin meradang. Namun, Dante segera menyangkal, “Aku menginginkan Poppy untuk urusan lain. Bukan seperti yang kau pikirkan.”“Apa kau pikir akan akan memercayaimu?! Apa kau kira aku tidak pernah melihatmu memanggil gadis-gadis muda ke kamarmu?”Poppy menelan ludah susah payah selagi menyembunyikan kengerian. Dia seharusnya tahu jika Dante sama saja dengan para mafia lainnya, selalu berbuat buruk meski kondisinya sekarang cukup membuat Poppy iba padanya. Namun, kata-kata Robin masih terlalu mengejutkan. Poppy hanya pernah mendengar tentang Dante yang gemar menyewa gadis-gadis penjaja malam, tak sepenuhnya percaya. Dia tak menyangka jika hal tersebut adalah kebenaran.‘Bagaimana mungkin orang yang sudah berumur seperti Dante Luciano tega menggauli gadis seusia cucunya, bahkan lebih muda? Apa
Dante tiba-tiba mengancam dengan kebohongan mereka. Kebohongan apa yang dimaksud Dante? Sebab, telah banyak kebohongan yang mereka lakukan. Apakah tentang pernikahan palsu mereka atau identitas asli Poppy? Poppy dan Robin diam, setidaknya mereka harus mendengar lebih dulu agar tak salah paham dan menjawab berbeda dari maksud Dante, yang justru akan membongkar kebohongan lainnya. “Kau tidak akan bisa berbohong tentang hidupmu, Poppy. Haruskah aku memanggilmu Stella mulai sekarang?” Dante langsung menyelidiki latar belakang Poppy dengan kedua wanita yang mengaku sebagai ibunya. Tak banyak yang bisa ditemukan oleh orang suruhannya karena Robin telah menutup sebagian besar masa lalu Poppy. Akan tetapi, masih ada beberapa orang yang mengenal Carita dan keluarganya yang bisa ditanyai. Dalam semalam, Dante menerima informasi tambahan yang membenarkan bahwa Carita adalah ibu tiri Poppy. Entah bagaimana hubungan mereka, termasuk sosok April yang telah diberikan identitas baru, Dante belum
Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei
“Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban
“Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny
Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”
“Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t
“Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J
Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b
“Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”
Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata