Seorang gadis mengerjap, tubuh bagian atasnya basah akibat tumpahan air atau lebih tepatnya siraman air secara sengaja oleh seorang wanita bergaun merah yang sangat mini.
Minimnya pencahayaan, membuat Arabella —gadis naas itu harus menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas wajah wanita tersebut. Arabella tidak mengenalnya ....
Tidak, yang harusnya ia pikirkan sekarang bagaimana mungkin Arabella ada di tempat ini, di sebuah ruangan gelap yang lembab, juga dengan keadaan kakinya terantai.
Kesadarannya yang sudah sepenuhnya pulih membuat gadis itu ketakutan. Terakhir seingatnya ia sedang menuju parkiran mobil bersama asistennya untuk pulang ke rumah sehabis syuting.
Arabella Samantha adalah seorang aktris yang sedang naik daun karena setahun terakhir sudah membintangi enam film. Dua di antaranya ada film dewasa di mana gadis itu dituntut untuk beradegan layaknya behubungan badan dengan sang lawan main. Dan tadi ... sebelum ia tersadar berada di sini, ia baru saja selesai syuting hari terakhir film ketujuhnya.
“Sia—siapa kau?!” tanya Arabella. Ia mencoba terlihat berani tapi suaranya justru terdengar bergetar. Gadis itu mencoba bangkit, tapi sedetik kemudian dirinya terjatuh karena perih di kedua telapak kakinya.
Ragu-ragu Arabella menyentuh telapak kaki kanannya. Betapa kagetnya ia saat melihat cairan merah kini berada di telapak tangannya.
Terdengar gelak tawa wanita itu. Ia berjongkok di hadapan Arabella, menyentuh dagu gadis itu dengan sedikit menekan ujung kukunya. Sekarang, Arabella dapat melihat dengan jelas wajah wanita yang terbalut make up cukup tebal tersebut.
“Tertangkap,” katanya, menepuk pipi Arabelle dua kali, “Aku adalah Miss Eve, kau tahu siapa aku? Aku adalah pemilik dari sebuah club malam, seperti itulah orang-orang awam mengenalku. Tapi kau, biar kuberitahu apa pekerjaanku, melelang gadis-gadis sepertimu.”
Di luar dugaan Miss Eve, dengan berani Arabella meludahinya. Hal tersebut membuat Miss Eve naik pitam dan menampar Arabella dua kali. Panas, kebas, dan perih. Meski pernah mendapat tamparan ketika beradu akting, Arabella tentu tidak pernah mendapat perlakuan kasar seperti ini di kehidupan nyatanya.
Miss Eve menjambak rambut Arabella hingga membuat gadis itu meringis. Namun, Miss Eve tidak merasa kasihan sedikit pun. “Beraninya kau!”
“Lepas!” pekik Arabella.
Air matanya mengalir merasakan kulit kepalanya seperti akan terlepas. “To—tolong lepaskan.”
Mendengar suara Arabella yang memohon barulah Miss Eve melepaskannya. Ia tersenyum sinis dengan tatapan merendahkan. “Bersabarlah, sebentar lagi kau juga akan keluar dari tempat ini.”
Wanita itu berkata misterius, sebelum pergi meninggalkan Arabella sendirian. “Pemilikmu akan segera membawamu pulang.”
Apa katanya ... pemilik? Siapa yang dimaksud wanita itu? Arabella membantin penuh tanya mengenai ucapan Miss Eve. Perasaannya menjadi cumpur aduk tidak karuan.
Tuhan, Arabella tidak pernah meminta apa pun sebelumnya dalam hidupnya, tapi kali ini tolong buat ia bangun dari mimpi buruk ini.
“Tolong! Tolong!” pekik Arabella. Berharap ada keajaiban siapa pun mendengar teriakannya dan menolongnya.
Namun, hanya ada gema suaranya yang memantul, lalu setelahnya hening. Gadis itu mulai terisak. Ia mencoba berdiri, menahan rasa sakit di kakinya dan melangkah menuju tempat wanita tadi pergi.
Sesampainya di sebuah pintu yang terbuat dari besi, Arabella mencoba menggedornya sambil berteriak meminta tolong, “Siapa pun ... siapa pun tolong aku!”
Meski tangannya sudah memerah, tetap saja tidak ada tanda-tanda kehadiran apalagi bantuan dari seseorang. Hal tersebut membuat Arabelle jatuh tersungkur. Kaki sudah sangat lemah dan sakit, kepalanya pusing, juga pandangannya yang mengabur akibat air mata yang siap tumpah. Perlahan gadis itu jatuh pingsan.
***
“Dia sangat cantik,” puji seseorang ketika melihat seorang perempuan dengan kain tipis membalut tubuhnya dengan sangat minim.
Gadis itu tampak tidak sadarkan diri dalam keadaan berdiri di mana kedua tangannya terikat pada tiang. Jika tidak ada tiang itu menopangnya, maka dapat dipastikan tubuh gadis itu akan terhempas jatuh.
“Tentu saja, Miss Eve bilang dia adalah bintangnya malam ini. Lihatlah tubuh indahnya,” kata pria berjas lainnya menyahut. Ia berdecak kagum melihat tubuh Arabella yang memang sangat dijaga oleh gadis itu sejak remaja hingga usianya menginjak dua puluh satu sekarang.
Arabella, gadis itu sekarang menjadi bahan lelang di dunia bawah club malam Drak Black. Setiap mata menatapnya dengan nafsu, membayangkan bisa menjadikan gadis itu miliknya dan menggagahinya.
“Dua ratus juta. Untuk gadis terakhir malam ini kami membuka dari angka dua ratus juta. Wajah cantik, tubuh ideal, dan tentunya gadis kali ini masih perawan,” kata seorang MC membuka proses lelang untuk Arabella dengan harga yang cukup tinggi.
“Tiga ratu juta,” kata seorang pria berjas yang memiliki rambut hampir sepenuhnya putih. Usianya pasti sudah tidak muda lagi.
“Lima ratus juta.” Kali ini seorang pria yang terlihat berusia empat puluhan, terlihat cukup muda dibandingkan pria sebelumnya, menawar dengan harga yang lebih tinggi.
Kemudian, disusul oleh penawaran-penawaran selanjutnya yang angkanya semakin tinggi. Saling bersahutan menggema di ruangan untuk dapat memiliki Arabella.
“Enam ratus juta.”
“Enam ratus lima puluh juta.”
“Delapan ratus juga.”
“Satu miliar.”
Keheningan cukup lama terjadi ketika orang terakhir menyebutkan nominal yang cukup fantastis hanya untuk seorang gadis. Ah, tentu saja, gadis itu akan menjadi milik siapa pun yang membelinya malam itu untuk selamanya.
Pria pertama yang menawar tadi angkat suara kembali, “Dua miliar.”
“Baik,” MC yang mengenakan setelan formal itu mengulang penawaran tertinggi dengan tempo pelan, “Dua miliar, ada lagi? Satu ... dua ... ti—“
“Sepuluh miliar.”
Seorang laki-laki dengan kemeja hitam yang lengannya sedikit digulung mengangkat suara. Ia baru saja tiba, masih berdiri di ambang pintu. Di belakangnya ada pria berjas yang memegang tas serta sebuah jas di lengannya, sepertinya asisten laki-laki itu.
“WAW FANTASTIC! APAKAH ADA LAGI YANG BISA MENAWAR LEBIH MAHAL?”
Sang MC menunggu selama beberapa saat. Saat sudah tak ada lagi yang menyebutkan tawaran lebih tinggi, ia pun menghitung mundur. “TIGA ... DUA ... SATU!” serunya.
"Gadis terakhir malam ini terjual dengan harga sepuluh miliar kepada Tuan ...." MC tersebut menggantung ucapannya, menatap si 'pembeli' Arabella dengan tatapan bertanya.
“Griffin Anderson,” kata laki-laki yang akan menjadi pemilik Arabella.
“Arabella terjual seharga sepuluh miliar kepada Tuan Griffin Anderson,” ulang MC tersebut sembari mengetuk mic yang ada di tangannya layaknya sang hakim yang tengah memutuskan sesuatu.
Arabella Samantha, gadis itu kini resmi menjadi milik Griffin Anderson.
Entah sudah hari keberapa setelah malam pelelangan itu, kini tubuh Arabella mulai bereaksi, sebelumnya ia sama sekali tidak bisa menggerakan tubuh, bahkan membuka matanya meskipun kesadarannya sudah kembali. Entah obat bius apa yang para berengsek itu berikan padanya.Gadis itu mulai membuka matanya secara perlahan. Betapa kagetnya ia saat mendapati dirinya ada di atas sebuah ranjang. Bukan, bukan ranjang itu yang membuat Arabella membelalak, tapi kerangkeng yang mengelilingi ranjang tersebut, serta kaki kanan Arabella yang dirantai.Tuhan, apa ini sebenarnya? Apa mungkin mimpi bisa sepanjang dan senyata ini? Arabella merintih dalam hati.Pikiran-pikiran buruk memenuhi kepala gadis itu, ia ingin menjerit, tapi seperti tertahan. Tenaganya belum pulih sebab ia tidak makan berhari-hari. Ia hanya mengandalkan selang infus yang menancap di tangannya sebagai sumber energi.Sial, iblis kejam seperti apa yang memperlakukan manusia seperti in
Wajah datar dan tatapan dinginnya yang tajam. Tanpa diberitahu, Arabella tahu ia dalam bahaya. Kemudian, gadis itu segera berlari tak tentu arah.“Tangkap dia dan bawa ke ruanganku.”Itu adalah perkataan dari Griffin yang sempat Arabella dengar.“Aku tidak boleh tertangkap atau aku akan habis di tangan Iblis itu,” tekad Arabella. Namun, sepertinya dewi keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.Ada dua penjaga yang menghadangnya di depan dan ketika ia berbalik, seseorang sudah menyuntiknya dengan obat bius yang dalam tiga detik membuat tubuh Arabella jatuh.Pelarian pertama dan Arabella gagal. Entah apa yang akan gadis itu hadapi ketika sadar nanti karena ia sudah berani mencoba kabur dari Griffin Anderson.***Gadis dengan gaun putih itu dikagetkan oleh guyuran air dingin, bukan, lebih tepatnya air es yang membuat tubuhnya seperti disetrum. Sepasang netra cokelatnya mengerjap. Pelahan kesadarannya pulih dan
Arabella terbangun, ia tampak linglung tapi kemudian menyadari sesuatu. Ia melihat tubuhnya yang sudah berganti pakaian, lalu ia melihat ada nampan berisi makanan. Ia tidak merasa lapar, tapi perutnya terasa begitu perih, sepertinya asam lambungnya naik, kepalanya pun pusing.Tunggu, tapi apa Diana baik-baik saja? Batin Ararabella bertanya-tanya.Griffin ... laki-laki gila itu. Bisa-bisanya ia bertindak sekejam itu dan hampir saja membuat Arabella menjadi alasan kematian seseorang. Entah terbuat dari apa hatinya sampai ia dengan santai menonton bagaimana Diana begitu menderita disiksa.Arabella bangkit. “Apakah ada orang?!” teriaknya.“Kumohon, aku ingin buang air kecil,” kata gadis itu lagi.Tidak berapa lama kemudian pintu terbuka dan seorang perempuan dengan pakaian serupa yang dikenakan Diana masuk. “Apa Anda akan membuat saya sama seperti Diana, Nona?” sarkas perempuan itu tiba-tiba.
Gadis itu segera menggeleng. “Aku ingin makan di sini saja,” katanya menolak.Alice menatap Diana. “Tuan akan menghukumku jika Nona tidak mau, Diana.”Diana yang tahu betul dengan sikap tuan mudanya itu menoleh menatap Arabella yang memeluk nampan makananya. “Nona, makanlah di bawah bersama Tuan.”“Tidak, aku tidak mau,” ujar Arabella keras kepala.Dengan sifat keibuannya Diana mengelus surai Arabella, mencoba meyakinkan pada gadis itu kalau semuanya akan baik-baik saja. “Tuan tidak akan marah selama Nona menurut.”“Aku tidak takut dengan kemarahannya!” sahut Arabella. “Aku hanya tidak ingin satu meja makan dengan pria yang menculikku!”Alice yang tadi malam memandang sinis ke arah Arabella kini menatap si gadis dengan memohon. “Saya mohon, Nona. Tuan akan menghukum saya seperti Diana jika Nona tidak mau.”Arabella menatap Diana lalu Alice
Gadis itu segera menggeleng. “Aku ingin makan di sini saja,” katanya menolak.Alice menatap Diana. “Tuan akan menghukumku jika Nona tidak mau, Diana.”Diana yang tahu betul dengan sikap tuan mudanya itu menoleh menatap Arabella yang memeluk nampan makananya. “Nona, makanlah di bawah bersama Tuan.”“Tidak, aku tidak mau,” ujar Arabella keras kepala.Dengan sifat keibuannya Diana mengelus surai Arabella, mencoba meyakinkan pada gadis itu kalau semuanya akan baik-baik saja. “Tuan tidak akan marah selama Nona menurut.”“Aku tidak takut dengan kemarahannya!” sahut Arabella. “Aku hanya tidak ingin satu meja makan dengan pria yang menculikku!”Alice yang tadi malam memandang sinis ke arah Arabella kini menatap si gadis dengan memohon. “Saya mohon, Nona. Tuan akan menghukum saya seperti Diana jika Nona tidak mau.”Arabella menatap Diana lalu Alice
Arabella terbangun, ia tampak linglung tapi kemudian menyadari sesuatu. Ia melihat tubuhnya yang sudah berganti pakaian, lalu ia melihat ada nampan berisi makanan. Ia tidak merasa lapar, tapi perutnya terasa begitu perih, sepertinya asam lambungnya naik, kepalanya pun pusing.Tunggu, tapi apa Diana baik-baik saja? Batin Ararabella bertanya-tanya.Griffin ... laki-laki gila itu. Bisa-bisanya ia bertindak sekejam itu dan hampir saja membuat Arabella menjadi alasan kematian seseorang. Entah terbuat dari apa hatinya sampai ia dengan santai menonton bagaimana Diana begitu menderita disiksa.Arabella bangkit. “Apakah ada orang?!” teriaknya.“Kumohon, aku ingin buang air kecil,” kata gadis itu lagi.Tidak berapa lama kemudian pintu terbuka dan seorang perempuan dengan pakaian serupa yang dikenakan Diana masuk. “Apa Anda akan membuat saya sama seperti Diana, Nona?” sarkas perempuan itu tiba-tiba.
Wajah datar dan tatapan dinginnya yang tajam. Tanpa diberitahu, Arabella tahu ia dalam bahaya. Kemudian, gadis itu segera berlari tak tentu arah.“Tangkap dia dan bawa ke ruanganku.”Itu adalah perkataan dari Griffin yang sempat Arabella dengar.“Aku tidak boleh tertangkap atau aku akan habis di tangan Iblis itu,” tekad Arabella. Namun, sepertinya dewi keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.Ada dua penjaga yang menghadangnya di depan dan ketika ia berbalik, seseorang sudah menyuntiknya dengan obat bius yang dalam tiga detik membuat tubuh Arabella jatuh.Pelarian pertama dan Arabella gagal. Entah apa yang akan gadis itu hadapi ketika sadar nanti karena ia sudah berani mencoba kabur dari Griffin Anderson.***Gadis dengan gaun putih itu dikagetkan oleh guyuran air dingin, bukan, lebih tepatnya air es yang membuat tubuhnya seperti disetrum. Sepasang netra cokelatnya mengerjap. Pelahan kesadarannya pulih dan
Entah sudah hari keberapa setelah malam pelelangan itu, kini tubuh Arabella mulai bereaksi, sebelumnya ia sama sekali tidak bisa menggerakan tubuh, bahkan membuka matanya meskipun kesadarannya sudah kembali. Entah obat bius apa yang para berengsek itu berikan padanya.Gadis itu mulai membuka matanya secara perlahan. Betapa kagetnya ia saat mendapati dirinya ada di atas sebuah ranjang. Bukan, bukan ranjang itu yang membuat Arabella membelalak, tapi kerangkeng yang mengelilingi ranjang tersebut, serta kaki kanan Arabella yang dirantai.Tuhan, apa ini sebenarnya? Apa mungkin mimpi bisa sepanjang dan senyata ini? Arabella merintih dalam hati.Pikiran-pikiran buruk memenuhi kepala gadis itu, ia ingin menjerit, tapi seperti tertahan. Tenaganya belum pulih sebab ia tidak makan berhari-hari. Ia hanya mengandalkan selang infus yang menancap di tangannya sebagai sumber energi.Sial, iblis kejam seperti apa yang memperlakukan manusia seperti in
Seorang gadis mengerjap, tubuh bagian atasnya basah akibat tumpahan air atau lebih tepatnya siraman air secara sengaja oleh seorang wanita bergaun merah yang sangat mini.Minimnya pencahayaan, membuat Arabella —gadis naas itu harus menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas wajah wanita tersebut. Arabella tidak mengenalnya ....Tidak, yang harusnya ia pikirkan sekarang bagaimana mungkin Arabella ada di tempat ini, di sebuah ruangan gelap yang lembab, juga dengan keadaan kakinya terantai.Kesadarannya yang sudah sepenuhnya pulih membuat gadis itu ketakutan. Terakhir seingatnya ia sedang menuju parkiran mobil bersama asistennya untuk pulang ke rumah sehabis syuting.Arabella Samantha adalah seorang aktris yang sedang naik daun karena setahun terakhir sudah membintangi enam film. Dua di antaranya ada film dewasa di mana gadis itu dituntut untuk beradegan layaknya behubungan badan dengan sang lawan main. Dan tadi ... sebelum ia tersadar berada di si