Share

BAB 86

Penulis: Geny Giany
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Welcome to my kingdom!”

George membuka pintu rumahnya lalu menjulurkan sebelah tangan untuk mempersilakan Gabby masuk terlebih dulu. Gadis itu tersenyum manis sambil menepuk bahu George hingga akhirnya melangkah ke dalam rumah yang cukup besar untuk ditempati seorang diri itu.

Pandangan Gabby menjelajah seisi ruangan, memberikan kesan takjub saat melihat rumah megah yang cukup rapi dan estetik.

“Wah! Kamu tinggal sendirian di sini?” tanya Gabby dengan tatapan seolah-olah tak percaya.

George hanya mengangguk sambil tersenyum simpul, lalu meraih dagu lancip Gabby hingga gadis itu mendongak.

“Tapi sebentar lagi jadi berdua.” Kemudian George mendekatkan wajah, seperti ingin mendaratkan bibirnya.

Gabby menghindar lalu terkekeh. “Kamu ini! Baru juga sampe udah mau nyium aja.”

George ikut terkekeh seraya menggeleng pelan.

“Yaudah, kalau gitu kamu mau makan lagi atau langsung ke kamar aja?” tanya George dengan tatapan mengerling.

“Aku masih kenyang. Gimana kalau kita room tour dulu?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 87

    Gabby membuka laci nakas yang ada di samping kasur. Gadis itu melihat sebuah amplop cokelat, sebuah pistol glock 19, dan beberapa kunci yang menyatu dalam satu gantungan. ‘Sepertinya di sini ada salah satu kunci yang bisa dipakai untuk membuka ruangan itu.’ Gabby membatin seraya mengambil kunci-kunci tersebut dan mengamatinya dalam-dalam. Kemudian dia meletakkan kembali kuncinya untuk mengambil amplop cokelat yang entah apa isinya. Setelah Gabby buka, rupanya hanya berisi surat wasiat dan sertifikat rumah yang sama sekali tak penting baginya. Gabby pun memasukkan kembali dokumen itu ke dalam amplop lalu menata kembali di dalam nakas seperti semula. ‘Aku akan menunggu George tertidur dulu sebelum mencoba kunci-kunci ini.’ Gabby kembali merebahkan diri di kasur hingga George selesai mandi dan menghampirinya dengan anduk yang masih melingkar di pinggang. “Maaf ya, udah nunggu,” ucap George seraya mengecup kening Gabby. Gadis itu terpejam seraya tersenyum saat merasakan kecupan hang

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 88

    Sesuai rencana, akhirnya George tertidur pulas di balik selimut yang membalut tubuhnya yang sudah polos. Gabby melambai-lambaikan tangan di depan wajah George, untuk memastikan jika pria itu sudah terlelap atau belum. ‘Kayaknya dia udah pules.’ Gabby bangkit secara perlahan untuk memakai pakaiannya kembali dan menenteng tas kecilnya. Kemudian, membuka laci nakas dan mengambil kunci yang masih tersimpan di sana. Untuk berjaga-jaga, dia juga membawa pistol milik George lalu beranjak ke ruang kerja yang tadi sempat diperlihatkan. Gabby mencoba kunci satu per satu hingga akhirnya berhasil menemukan kunci yang cocok dengan ruangan itu. ‘Yes!’ Pintu berhasil terbuka dan Gabby melangkah ke dalam ruangan yang berukuran 3x4 meter tersebut. Selain meja kerja dan brankas yang terletak di sana, Gabby juga melihat adanya papan tulis dengan beberapa foto yang tertancap menggunakan pin. Di sana ada foto seorang pria yang menggunakan seragam polisi, foto Richardo, hingga foto Raizel. Bahkan terlih

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 89

    Gabby mengunci kembali pintu ruang kerja George setelah tugasnya selesai. Namun, saat dia berbalik badan dan berniat untuk kembali ke kamar, tiba-tiba George muncul dari belakang dan memperhatikan Gabby dengan raut penuh kebingungan. “Kamu lagi ngapain, Angella?” tanya George, mengernyit heran. Dia belum menyadari jika Gabby baru saja keluar dari ruang kerjanya. ‘Sial!’ Gabby terperanjat dan kedua matanya tak kalah membulat akibat rasa syok yang membuat jantungnya seolah berhenti berdetak. Pandangan George kini beralih ke arah kunci yang tengah di pegang Gabby, lalu ke pintu ruang kerjanya, hingga kembali menatap Gabby mulai terlihat pucat. Kedua mata George terpicing, melayangkan tatapan penuh kecurigaan. Sepertinya benar apa yang dia pikirkan, bahwa Gabby baru saja keluar dari ruangan itu. “Kenapa tak menjawab? Apa kau baru saja memasuki ruanganku?” Gabby menelan ludahnya, lalu mengeluarkan pistol milik George secara perlahan dari tasnya. “Apa itu?” Melihat pergerakan Gabby

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 90

    George nekat mengejar Gabby yang sudah mulai berlari di pekrangan rumahnya untuk menuju gerbang luar. Dia masih penasaran, siapa sosok gadis yang selama ini mengaku sebagai Angella dan membuatnya jatuh cinta sekaligus terjebak oleh permainannya. ‘Aku nggak akan lepasin kamu sebelum kamu ngaku, Ngell!’ Di depan Gerbang, Raizel sudah menunggu sambil membukakan pintu mobil, agar Gabby bisa masuk dengan mudah. Gadis itu pun bergergas membuka gerbang dengan napas yang tersenggal, tapi gerbangnya tidak dapat terbuka. ‘Sial! Masih digembok!” Gabby menendang gerbang tersebut saking kesalnya, sedangkan George sudah mulai mendekat. Kemudian, dia teringat akan kunci-kunci yang masih dia bawa dan segera mengeluarkannya dari dalam tas. ‘Yes, ada!’ Gabby menemukan kunci gembok yang bentuknya paling berbeda di antara kunci lain. Tanpa basa-basi, dia pun segera membuka gerbang lalu bergegas untuk kabur. Namun, baru saja Gabby melangkah ke luar, tiba-tiba George muncul dari belakang dan menahanny

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 91

    George membelalakkan matanya, merasa tak pecaya dengan apa yang sedang dia lihat. Jantungnya berdenyut ngilu dan seakan diremas oleh kenyataan pahit yang begitu menyesakkan. George menggeleng pelan dengan raut kesedihan yang sangat jelas terlihat. Dia mulai mengerti, rupanya sosok Angella yang dia kenal adalah kekasih Raizel, bukan hanya sekadar orang suruhannya. Raizel melepas ciumannya lalu memandang George dengan tatapan mengejek. “Dia bukan Angella, George!” ucap Raizel, menyunggingkan senyum. “Dia adalah calon istriku.” Gabby berdecak gusar. Tidak seharusnya Raizel bersikap seperti itu di depan George. Apa untungnya? Meskipun dalam hati Raizel dia hanya bermaksud pamer dan mengingatkan George untuk tidak berharap lebih tentang Gabby. “Sudahlah, Rai! Ayo kita pulang.” Kali ini Gabby benar-benar menarik lengan Raizel dan segera memasuki mobil. Namun, sebelum Gabby menutup pintu, dia meletakkan pistol milik George dan kunci-kunci di jalanan. Kemudian gadis itu berkata, “Sebaikn

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 92

    George menggeram dengan kedua tangan yang sudah mengepal tatkala barang bukti yang sudah susah payah dia kumpulkan kini raib tak tersisa. Dia termangu di ruang kerjanya, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dengan dada yang mulai naik turun akibat emosi yang kian meluap. George benar-benar Tak habis pikir jika Angella alias Gabby telah merencanakan semuanya hanya untuk mencuri seluruh barang bukti yang ada di rumahnya. 'Kenapa aku begitu bodoh dan terlalu percaya kepada gadis itu? Harusnya dari awal aku sudah curiga kenapa ada gadis yang tiba-tiba muncul di sekitarku dan mengaku tinggal di apartemen dekat kantorku? Bahkan sebelumnya aku tak pernah melihat ada gadis seperti dirinya berkeliaran di sekitar sana.'Lagi-lagi George menghela napas gusar. Dia harus menerima sebuah kenyataan pahit yang telah mengoyak hati dan jiwanya. Dia mulai sadar jika Raizel bukan lawan sembarangan. Sekali George menyerang, dia pasti akan membalas berkali-kali lipat. Namun, bukan berarti George taku

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 93

    Setelah reservasi dua hari sebelumnya, Eleven berhasil memesan Heaven Room beserta dengan Sarah, seperti biasa. Namun, ada yang berbeda kali ini. Tatapan hangat Sarah yang selalu terlihat berbinar saat bertemu Eleven kini sirna. Berganti dengan tatapan nanar yang menunjukkan rasa jijik dan kecewa. Sebenarnya melayani pria hidung belang hingga bersetubuh bukanlah hal yang asing bagi Sarah dan Fallen Angel lainnya. Hanya saja, saat itu Sarah menaruh hati dan berharap lebih kepada Eleven. Dia pikir Eleven tak akan segan menyentuh tubuhnya apalagi sampai menggagahinya. Rupanya sama saja. Sarah jadi malas-malasan melayani Eleven setelah keduanya memasuki Heaven Room. Dia sudah tak se-welcome dulu. Tak ada lagi inisiatif untuk memijit atau menyajikan teh hangat. Sarah memilih diam sebelum ditegur terlebih dulu. Hal itu cukup menimbulkan tanda tanya dalam benak Eleven. "Kamu kenapa dari tadi diem aja?" Sarah hanya menggeleng, tak mengeluarkan sepatah kata pun untuk menjawab. "Jika kamu t

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 94

    "Bagaimana, Gabby? Apa kau menemukan banyak bukti yang tersembunyi di rumah George?"Richardo bertanya setelah mengepulkan asap cerutunya di udara. Saat ini mereka tengah mengadakan rapat penting di ruang kerja Raizel. Tentu saja karena Gabby baru saja kembali dan Richardo ingin mengetahui hasil dari misinya selama ini. Sesuai kesepakatan, Gabby pun menyerahkan file rekaman yang ada pada dashcam mobil Raizel. "Maafkan aku, Paman. Aku hanya menemukan ini."Richardo berdecak gusar. Dia pernah mendengar jika mobil yang dipakai Raizel saat dicegat George bukanlah mobil utama yang sering dia pakai saat bertemu Richardo. Jadi, file rekaman yang disimpan oleh George tak berarti apa-apa baginya. Melihat reaksi pamannya yang kurang mengenakkan, Raizel berusaha menengahi. “Gabby terlanjur ketangkap basah saat geledah ruangannya.” Richardo menatap Gabby dengan mata terpicing. “Kok. Bisa?” Gadis itu hanya menggeleng. “Entahlah. Tiba-tiba dia terbangun begitu saja lalu muncul mengejutkanku.”

Bab terbaru

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 110

    Pucuk dicinta ulam pun tiba. Saat Gabby dan George mencari cara untuk mengawasi gerak-gerik Raizel secara intens, tiba-tiba saja Gabby mendapatkan tawaran sebagai asisten pribadinya dengan menggantikan sosok Lascrea. Bagaimana mungkin Gabby menolak jika hal tersebut dapat menguntungkannya? Dia akan jadi lebih mudah mengumpulkan bukti tentang bisnis kotor Raizel secara spesifik. Dengan menjadi asisten pribadinya, Gabby dapat mengikuti Raizel dengan mudah, kapan pun dan di mana pun. Di tengah lamunan yang diiringi perasaan antusias, tiba-tiba Gabby dikejutkan oleh pertanyaan Raizel yang tengah menanti jawabannya. "Jadi gmana, Gabby? Apa kamu mau jadi asisten pribadiku?"Sontak Gabby terperangah dan mengenyahkan lamunannya. Dia pun mengerjapkan mata seraya bertanya dengan raut kikuk. "Eh? Emang Lascrea ke mana?"Raizel menghela napas gusar. Sejujurnya dia enggan membahas wanita itu serta masalah yang tengah mereka alami. "Emm, Paniang ceritanya. Intinya Lascrea udah nggak tinggal di

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 109

    Sepulangnya dari taman, Raizel menemukan sepucuk surat yang tergeletak di atas kasur. Dia menautkan kedua alisnya saat meraih selembar kertas itu, lalu terduduk di tepi kasur untuk membacanya dengan hikmat. Dear, Raizel Eleizer. Terima kasih sudah memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga selama sepuluh tahun ini. Aku sangat bahagia pernah menemanimu walau hanya sebatas asisten. Tapi sekarang aku mau minta maaf kalau aku nggak bisa lanjut kerja dan tinggal sama kamu lagi. Jaga diri baik-baik, Rai. Aku akan berusaha buang perasaan terlarang ini buat kamu. Semoga kita bisa dipertemukan kembali sebagai partner yang lebih baik. Thanks, Lascrea Raizel meremas surat itu usai membacanya, lalu melempar kertas yang sudah berubah menjadi gumpalan ke sembarang arah. "Argh!" Pemuda itu mengerang dalam kamarnya seraya mengacak rambut sendiri. Dia tak pernah berekspektasi bahwa keadaannya akan brakhir seperti ini. "Kalau udah kayak gini, siapa yang akan hanndle pekerjaanku ke depann

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 108

    Raizel termenung di sebuah taman sambil membenamkan wajah di kedua telapak tangan. Kali ini ada yang berbeda darinya. Pria itu benar-benar sendiri tanpa ditemani ajudan maupun Lascrea. Dia cukup syok setelah mendengar kenyataan bahwa asisten sekaligus orang terdekatnya, ternyata memendam rasa. Terlebih lagi, pagi itu mereka terbangun tanpa busana setelah Raizel mabuk parah sebelumnya. "Aish! Apa yang udah gue lakuin malam itu? Kenapa gue nggak inget sedikit pun?" Raizel tampak frustrasi hingga mengacak-ngacak rambutnya sendiri. "Gue nggak mungkin segampang itu tidur sama dia kalau nggak ada sesuatu yang aneh." Raizel terus bermonolog hingga akhirnya raut yang tampak gusar itu seketika berubah setelah melihat kehadiran seseorang yang membuatnya terperangah. "Ga-Gaby?" Raizel tak berkedip sedetik pun. Bahkan kedua matanya terbelalak, disertai mulut yang terbuka lebar. "Ka-kamu Gabby, 'kan?" Raizel berdiri lalu mengucek matanya, seolah-olah tak percaya dengan apa yang dia lihat. Se

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 107

    Setelah memarkirkan mobilnya di halaman depan, George turun dengan menenteng beberapa kantung belanjaan dan memasuki villa yang kini ditempati oleh Gabby. Sorot matanya tampak berbinar disertai senyum merekah yang menghias wajah tampannya. Pria itu berlari kecil, memasuki villa sambil berseru, "Gabby ...!" Sementara sosok yang dipanggil tengah bersantai di depan televisi seraya memakan sepotong kue. Wanita itu menoleh ke arah seruan yang terdengar dari arah belakangnya. Sampai akhirnya dia melihat sosok George yang menenteng beberapa kantung belanjaan. "George?" lirih Gabby, tak kalah semringah. "Lihat, aku bawa apa!" George menaik-turunkan kedua alisnya sambil menunjukkan apa yang ada di tangannya. Sementara Gabby terlihat bingung hingga kedua alisnya bertaut. "Apa?" tanya Gabby. George pun terkekeh lalu melangkah, mendekati Gabby. "Aku beliin beberapa baju buat kamu. Nggak mungkin kan, kamu tiap hari pake baju papaku," jawab George seraya meletakkan kantung belanjaannya

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 106

    Raizel terbangun di kasurnya dengan tubuh polos yang sudah terbalut oleh selimut. Awalnya dia belum tersadar dan hanya bisa menguap seraya meregangkan otot-ototnya yang terasa sedikit pegal. Sampai akhirnya dia menoleh ke arah samping dengan mata terpicing. Samar-samar, terlihat sosok wanita yang tengah terlelap di sebelahnya. Raizel pun terpaku selama beberapa detik hingga akhirnya terperangah dengan apa yang dia lihat. "Lascrea?" pekik Raizel seraya terbelalak. Kenyataan yang begitu menghantam benaknya adalah saat menyadari bahwa Lascrea dan dirinya sama-sama tak berpakaian dan hanya dibalut oleh selimut. "Apa yang terjadi?" Berbagai macam pertanyaan terus bergelayut dalam benak. Raizel benar-benar tak ingat dengan apa yang sudah terjadi tadi malam. Pengaruh alkohol yang kuat telah membuatnya lupa diri bahkan menguasai alam bawah sadarnya. Raizel pun mendengus kasar seraya menjambak rambutnya sendiri. Pria itu khawatir jika dia benar-benar melalukan hal yang sama sekali tak d

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 105

    Lascrea berhasil melumat bibir Raizel hingga pria itu mengerutkan keningnya di tengah rasa pengar. Aroma alkohol yang menguar dari mulutnya tak menghentikan Lascrea untuk terus menjelajahi mulut pria itu, bahkan kini tangannya mulai beraksi untuk menanggalkan kemeja Raizel. Raizel yang mengira bahwa gadis di pangkuannya adalah Gabby pun hanya bisa pasrah dan membalas lumatan pada bibirnya. Kedua tangannya melingkar di pinggang Lascrea, sesekali mengelus punggung wanita itu yang masih dibalut oleh blazer hitam andalannya. Sementara Lascrea semakin gencar dengan aksinya. Ciuman yang semula intens di sekitar bibir, kini pindah ke leher jenjang Raizel. Sontak pria itu mulai melenguh indah, merasakan sensasi yang luar biasa di tengah rasa pengar. Jemari indah Lascrea kini melepas ikat pinggang Raizel dan berusaha untuk menanggalkan celananya. Dia tak ingin melewatkan kesempatan indah yang mungkin tak akan datang dua kali dalam hidupnya. Entah apa jadinya jika Raizel tahu bahwa wanita y

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 104

    Raizel hampir putus asa karena Gabby tak kunjung ditemukan. kehampaan bergelung dengan perasaan gundah karena tak ada lagi senyuman manis yang selalu menyejukkan hati. Hari-harinya menjadi berantakan karena fokusnya menjadi terpecah-belah. 'Sebenarnya pergi ke mana dia?'Raizel meneguk sebotol wine sambil terduduk di bangku kerjanya. Tersirat sebuah sesal karena sempat mengizinkan Gabby turut serta dalam menjalankan misi.'Andai dia nggak baper sama George, mungkin semuanya nggak akan kayak gini.' Tiba-tiba Raizel menggeleng kuat, menepis lamunannya. 'Nggak! Andai sejak awal aku nggak izinin dia buat jadi umpan, mungkin mereka nggak akan berhubungan sejauh itu." Raizel menggeram sambil meletakkan gelas wine dengan kasar hingga dia tak sadar akan kehadiran Lascrea yang tiba-tiba masuk ke ruangannya. "Boss?"tanya Lascrea pelan. Raut wajahnya terlihat meringis saat memperhatikan kondisi bosnya saat ini. Sementara Raizel melirik ke arah Lascrea dengan mata terpicing. Mungkin pengaruh

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 103

    Gabby menceritakan kronologis saat mengenal Raizel tanpa ada yang terlewat sedikit pun. Dia bahkan bercerita tentang pertemuannya dengan Elven hingga menemukan villa ini untuk bersembunyi. George menyimak seraya terduduk di sebelah Gabby. Dia mulai memahami situasi yang dialami oleh gadis itu. "Kalau begitu, kau bisa bersembunyi di sini untuk sementara waktu, Angella!" Ucapan George membuat kedua alis Gabby terangkat. Pria itu lupa kalau nama Gabby bukanlah Angella. Atau mungkin jauh di dalam lubuk hati George, dia masih menganggap sosok Gabby adalah Angella yang pernah dia cintai. Melihat raut wajah Gabby, seketika George tersadar bahwa dia salah ucap. "Ah, maaf! Maksudku.... " Perkataan George terhenti karena dia lupa siapa nama asli Angella."Gabby! Panggil saja aku Gabby!" Untung saja Gabby langsung memotong ucapan George dan memperkenalkan diri sehingga kecanggungan yang tercipta segera terempas. "Maaf, aku belum terbiasa memanggilmu dengan nama lain," ucap George seraya

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 102

    George memasuki pekarangan villa dengan mengendarai mobil SUV hitam miliknya. Setelah turun dari mobil, George melangkah menuju pot tempat dia biasa menyembunyikan kunci. Namun, baru saja pria itu menghentikan langkah, alangkah terkejutnya dia saat mendapati potnya jatuh dan terpecah belah. George bahkan tak dapat menemukan kunci villanya di sana. "Sial! Siapa yang udah ke sini?" George segera menghambur ke dalam untuk memastikan bahwa ada seseorang yang telah menerobos masuk ke villanya. Pemuda itu mengedarkan pandang ke seluruh ruangan hingga terdistraksi oleh suara televisi di ruang tengah. Dia bahkan melihat pantulan cahaya yang terpancar dari televisi. George melangkah secara perlahan untuk mendekati sumber suara. Setelah dia menghentikan langkah, kedua matanya membulat secara otomatis. Ternyata benar dugaannya. Ada seseorang yang menyelinap masuk ke dalam villa. Seorang wanita yang tengah bersantai di depan televisi dengan secangkir teh hangat dan memakai handuk kimono milik

DMCA.com Protection Status