Verlyn terpaksa mengukir senyuman di wajahnya setelah Kaze memperkenalkan Varsel kepadanya lalu membungkukkan badannya sedikit ke arah Varsel."Senang bertemu dengan Anda, Nyonya Varsel! Perkenalkan, nama saya Verlyn Carlveria Alreo.." ujar Verlyn sopan.'Wajahnya–terlihat–menyeramkan! Seperti, seorang dosen killer!' batin Verlyn sedikit takut.Verlyn kembali mengangkat kepalanya dan melihat Varsel yang terdiam sesaat setelah Verlyn memperkenalkan dirinya dan berjalan mendekat."Kau adalah.. Verlyn?" tanya Varsel.Verlyn menelan ludah dan mengangguk cepat. "Iya, Nyonya Varsel.." jawab Verlyn pelan."Hm.." Varsel berpikir sejenak sembari menyentuh dagu dan menatap tajam ke arah Verlyn yang membuatnya langsung menundukkan kepalanya.'Apa aku sudah membuat–kesalahan?!' batin Verlyn panik.Suasana di sana sunyi sesaat sebelum Varsel tiba-tiba memeluk Verlyn lalu menyentuh kedua pipinya."Kaze, apa ini benar putrimu ?! Dia sangat cantik!" puji Varsel sembari tersenyum lebar.'Eh?'Verlyn m
"Hm.." Varsel berpikir sejenak setelah mendengar jawaban singkat dari Verlyn sembari menyentuh dagunya. Verlyn melihat sikap Varsel yang langsung terdiam setelah mendengar jawaban darinya dan menelan ludah. 'Apa aku sudah memberikan jawaban yang, benar?' batin Verlyn. Varsel menghela napas dan mengangguk pelan sembari menyeruput minumannya. "Walapun buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, alasanmu dan Kaze untuk menjadi seorang CEO di perusahaan Kizen itu, sangat–sangat–berbeda.." Verlyn menatap heran ke arah Varsel dan memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. "Apa maksud dari perkataan Anda itu, Nyonya Varsel?" Varsel tersenyum. "Aku sedikit terkejut setelah mendengar alasanmu ingin menjadi seorang CEO. Wajar saja jika seorang CEO itu serakah, bukan?" jawab Varsel santai. Verlyn menatap tajam ke arah Nyonya Varsel. 'Kenapa aku merasa, dia sedang bertele-tele, ya..' Varsel melipat tangannya lalu menyandarkan punggungnya ke sofa sembari menyilangkan kakinya. "Apa kau t
"Singkat, padat dan jelas–kan, Verlyn?" tanya Varsel.Verlyn tidak menjawab pertanyaan Varsel dan masih terdiam setelah mendengar cerita soal Kaze darinya.'Alasan Ayah menjadi seorang penerus dan CEO sama singkatnya dengan alasan, milikku. Hanya berbeda makna, saja..' batin Verlyn."Verlyn?" panggil Varsel.Verlyn tersadar dari lamunannya dan langsung menoleh."I–iya, Nyonya Varsel? Maaf, saya terlalu berlarut dalam pikiran saya.." jawab Verlyn pelan.Varsel tersenyum lalu mengangguk dan menyeruput sedikit minumannya."Tidak apa-apa, aku mengerti. Kau sudah tahu kan, sekarang? Alasan milikmu dan milik Kaze itu sama tapi, berbeda makna.."Verlyn mengangguk cepat. "Iya, Nyonya Varsel. Tapi, bagaimana kelanjutan cerita Anda, tadi? Apa para petinggi memilih untuk memihak Ayah setelah mendengar alasannya atau malah, sebaliknya?" tanya Verlyn penasaran."Hm.. kalau soal–itu.." Varsel berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya.Dia melirik ke arah Verlyn yang sedang menatapnya dengan penuh
"Terima kasih untuk pelajarannya hari ini, Nyonya Varsel! Anda mengajarkan banyak hal pada, saya!" ujar Verlyn senang.Varsel menggeleng pelan. "Tidak perlu berterima kasih, Verlyn. Kita akan sering bertemu karena aku harus mengajarimu sampai waktu di mana kau telah resmi menjadi seorang CEO!"Senyum Verlyn memudar seketika setelah tahu bahwa dirinya akan terus belajar menangani masalah sulit sampai waktu pengumuman ahli waris tiba.'Jika begini terus, aku tidak akan memiliki waktu untuk bertemu–dengan–Kayn.. Itu tidak boleh terjadi!'Verlyn menoleh ke arah Varsel yang sedang menatap layar ponselnya dan melirik ke arah Verlyn."Ada yang ingin kau katakan, Verlyn?" tanya Varsel sembari tersenyum.Verlyn sedikit terkejut setelah matanya bertatapan dengan Varsel dan menoleh ke arah lain dengan cepat."Hehe.. a–apa kita harus belajar sampai–setiap–hari, Nyonya..?" tanya Verlyn pelan.Varsel terdiam sejenak sembari memperhatikan Verlyn. Tiba-tiba terlintas ide jahil di dalam pikirannya unt
"Verlyn?" panggil Kayn berusaha membangunkan Verlyn dari pingsannya.Verlyn tidak terbangun dari pingsannya dan tidak membuka kelopak matanya. Kayn sedikit panik melihat Verlyn tidak terbangun dan menghela napas sembari duduk di kasur sebelah Verlyn."Ternyata tubuhmu lebih lemah dari yang kukira.." ujar Kayn pelan lalu beranjak dari kasur dan melangkah pergi ke meja kerjanya.Kayn duduk di kursi dan melanjutkan mengerjakan proyek perusahaan Vyntie di laptopnya sembari menunggu Verlyn terbangun dari pingsannya.Beberapa saat setelah Kayn mengerjakan beberapa proyek di laptopnya, Verlyn tiba-tiba mengingau pelan."Ah, manisnya.." ucapnya sembari tersenyum.Kayn langsung menoleh dan menatap Verlyn heran. 'Dia tadi–mengingau?'Kayn memperhatikan Verlyn sebentar dan menghela napas lalu kembali menatap layar laptopnya."Akan terlihat aneh jika wanita sepertinya tidak pernah mengingau saat, tidur.." ujarnya lalu melihat jam di ujung layar laptopnya, waktu menunjukka pukul 05.10 PM.Kayn kem
"Aku tidak mengira akan sampai secepat, ini.." ujar Kayn pelan sembari menatap dua kotak besar bertumpuk yang berada di sebelah laptopnya juga dua minuman cup berukuran besar."Biasanya memesan makanan ini bisa mengantri sampai dua jam–an, kan? Tapi, sekarang.."Lima menit sebelumnya."Saya langsung segera mengantar pesanan Anda begitu saya tahu bahwa yang memesan adalah Anda, Tuan Muda Kayn! Saya sangat beruntung bisa mengantarkan pesanan ini secara langsung kepada, Anda!"Kurir makanan pria itu menatap Kayn dengan mata yang berbinar-binar sembari membawa pesanan Kayn dan tersenyum senang.Kayn memegangi kepalanya dan menghela napas sembari menggeleng pelan.'Kukira ada seseorang penting yang datang, ternyata hanya seorang kurir yang mengantar makanan yang aku pesan, tadi..' batin Kayn.Kurir makanan tersebut menyodorkan makanan yang Kayn pesan dan dia menerimanya lalu menatap ke arah kurir makanan tersebut."Biasanya pesananku akan sampai setelah dua jam dari waktu aku memesan, tapi
Kayn terdiam sembari menatap heran ke arah Verlyn setelah mendengar pertanyaanya itu."Verlyn, kau tahu bahwa pertanyaanmu itu tidak tersambung dengan rencana yang akan kita bicarakan sekarang, bukan?"Verlyn menghela napas dan mengangguk pelan."Iya! Tapi, aku hanya ingin tahu saja jika itu–benar–adanya, bagaimana pendapatmu, Kayn?" tanya Verlyn lalu menyeruput minumannya dan mengambil sepotong pizza.Kayn berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya, sedangkan Verlyn sibuk mengunyah pizza sembari menatap ke arah Kayn yang sedang berpikir keras memikirkan pertanyaannya tadi.'Dia sangat bersungguh-sungguh memikirkan jawaban untuk pertanyaanku, ya!' batin Verlyn lalu tersenyum kecil dan lanjut memakan potongan pizza yang lain.'Pertanyaannya sangat membebaniku, sekarang..' batin Kayn tertekan.Verlyn yang sedang sibuk mengunyah pizza di dalam mulutnya itu, tiba-tiba terlintas di pikirannya sebuah ide cemerlang yang menurutnya hal itu bisa membantunya untuk menemukan jawaban dari pertany
"Te–nang–lah, Verlyn!"Verlyn menepuk keras kedua pipinya yang masih memerah setelah masuk ke dalam mobilnya sendiri dan berusaha mengatur napasnya perlahan untuk menenangi jantungnya yang dari tadi berdetak begitu cepat.Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi dan memejamkan matanya.'Tetap saja aku bingung, mengapa dia tiba-tiba melakukan hal–seperti–itu?' batin Verlyn.Mobil yang berada di belakangnya tiba-tiba mengeluarkan suara klakson yang cukup kencang dan Verlyn langsung tersadar setelah terlalu larut dalam pikirannya.Ponselnya berbunyi lalu memunculkan nontifikasi pesan dari Kayn dan Verlyn membacanya.Kayn: [Kenapa kau diam saja? Gerbang sudah terbuka dari tadi tahu!]'Eh?'Verlyn menatap ke arah gerbang yang sudah terbuka lebar di depannya lalu menoleh ke belakang dan melihat mobil milik Kayn masih berada di belakangnya.Kayn terlihat sedang menatap kesal ke arahnya dan Verlyn langsung menoleh cepat ke arah lain dan membalas cepat pesan dari Kayn.'Tatapannya–telihat–kesal, tad