hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Siang hari, di salah satu rumah gadang yang ada di kota Tanah datar. “Kenapa?” “Ini... tuan mudo. Kami tidak berhasil mengacau di penginapan itu.” kata seorang pemuda dengan sedikit takut. “Apa masalahnya?” tanya dengan suara yang tenang. “Riri datang dan mengganggu aksi kami.” “Bagaimana bisa dia datang begitu cepat?” sosok pemuda yang tenang itu bertanya. “Ini....” pemuda itu tampak sedikit berkonflik. “Apakah ada lagi?” bertanya dengan sedikit malas, jelas dia tidak tertarik dengan apa yang terjadi. “Tidak ada tuan mudo.” “Ya Sudah kau bisa keluar.” Pemuda tenang itu memerintahkan. Mendengar perkataan ini, pemuda yang ada di hadapannya mulai merunduk dan Keluar dari ruangan itu. Sosok yang keluar dari ruangan itu berjalan pelan namun dengan sedikit canggung ke satu arah. setelah dia berjalan cukup jauh, pemuda itu akhirnya menghela nafas lega. “Huft, selalu saja auranya mengerikan. Bagaimana orang yang usia nya tidak berbeda jauh dengan ku bisa memiliki atmosfer yang t
Di salah satu ruas jalan yang ada di kota Tanah datar. Tampak seorang pemuda sedang berjalan menenteng sebuah kota yang tidak terlalu berat. Pemuda itu tampak sedikit berpikir. “Sial sebenarnya apa itu lelang? Mereka bahkan melihatku dengan tatapan aneh saat menanyakan hal itu.” Sosok pemuda itu adalah Surya, dia bisa dengan jelas melihat ekspresi pihak lain Ketika dia sedang berbicara dengan bapak yang ada di toko tadi. Orang-orang yang ada di sekitar Surya melihatnya dengan tertegun seolah menganggap bahwa Surya sedang bergurau. Surya yang melihat kecanggungan itupun akhirnya dia tidak betah. Dengan itu dia bergegas pergi. “Huff sebaiknya aku tanya kepada Rohid setelah sampai di penginapan.” Surya sedikit mengeluh. Dia sadar bahwa di sangat kurang dalam ilmu pengetahuan di dunia ini. meskipun Surya sangat cerdas dikarenakan efek dari benih rimaunya, namun itu semua percuma jika dia bahkan tidak tahu tentang hal yang mendasar. Dia menjadi bodoh seperti sekarang tidak lain karen
Di sebuah ruangan kotor dan berdebu, sosok dua orang pemuda sedang melihat lihat. “Ini...” Surya berkata dengan terkejut. Dia baru saja membuka buku tipis yang ada di hadapannya. dia hanya berniat untuk melihat isi dari buku rusak itu sekilas. Namun semakin dia melihat, semakin dia tidak percaya. Dengan sangat hati-hati, Surya mulai membaca tiap kata yang terjalin di buku itu. dia sangat berkonsentrasi dan tidak menghiraukan area di sekelilingnya. Sementara itu di sudut lain, sosok pemuda yang ada di sekitar Surya hanya bisa merajut alisnya. Jelas dia sangat penasaran tentang buku yang telah diambil Surya. “Buku sialan macam apa itu yang membuat Surya sampai seperti kesurupan?” Ruas bertanya dalam hati. Surya yang semakin lama semakin tenggelam dalam lamunannya pun akhirnya berteriak senang. “Ahahahah sial, ini adalah buku yang sangat aku butuhkan.” Surya tertawa tidak karuan. Melihat hal ini, Ruas semakin bingung. Karena itu dia mulai mendekat ke arah Surya. dia mulai melihat
Di salah satu jalan yang ada di kota Tanah datar, tampak ramai orang menuju ke satu arah. “Hei bukankah ini terlalu ramai?” tanya Surya keheranan. “Ya mau bagaimana lagi, aku dengar lelang ini hanya akan diadakan setahun sekali setiap menjelang akhir tahun.” Rohid menjelaskan kepada Surya. dia tampak sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan teman barunya itu. “Oh seperti itu, pantas banyak orang yang datang.” Surya sedikit paham. Saat kedua sosok itu berjalan, mereka menemukan sejumlah keributan. Surya dan Rohid melirik satu sama lain. Dengan itu mereka mulai bergegas mendekat area keributan. “Dasar sampah, apakah kau tidak lihat bajuku baru. Berani sekali kau menodai bajuku dengan tubuh kotor mu itu.” Sebuah teriakan tinggi terdengar di antara keramaian. Surya dan Rohid yang bergegas sebelumnya akhirnya sampai ke tempat kejadian. Mereka berdua bisa melihat satu orang yang tampak congkak sedang berdiri dan seorang dengan pakaian lusuh sedang bersujud di
Di salah satu tempat yang ada di kota Tanah datar. “Benarkah? bukan kah itu terlalu di buat-buat?” tanya Surya. “Aku tidak tau juga, namun rumor yang terdengar memang begitu.” Riri tampak juga sedikit tidak percaya. "Memangnya sejak kapan rumor itu menyebar?” Rohid bertanya. “Aku sudah mendengar rumor itu cukup lama ku rasa...” Riri berkata sedikit berpikir. Surya tampak sedikit mengingat tentang harinya yang dihabiskan bersama Ruas, jelas dia tidak merasa sesuatu yang aneh kecuali respon pihak lain dan orang di sekitarnya. Meskipun tampak rumor itu benar, namun Surya masih merasa ada yang terasa janggal. Karena itu Surya hanya bisa melupakannya untuk sementara. Dia mengajak dua teman lainnya untuk segera masuk ke dalam Gedung lelang. “Sudahlah, kita lupakan itu untuk sekarang. Lelang jelas akan segera dimulai.” Kedua teman Surya yang mendengarkan saran Surya hanya bisa setuju. Dengan itu ketiga orang itu berjalan ke satu arah yang cukup ramai. Setelah berjalan beberapa saat,
Di ruangan vvip pelelangan yang ada di kota Tanah datar. Tampak seorang pemuda sedang menggenggam pedang lusuh miliknya dengan susah payah. Kejadian yang mencolok itu tidak bisa luput dari perhatian dua pemuda lain di ruangan itu. “Apa yang terjadi?” tanya Rohid. Dia sama sekali tidak mengerti mengapa Surya berakting seperti itu sekarang. Riri yang penasaran juga mendekat ke arah Surya. alangkah terkejutnya dia ketika melihat apa yang dipegang Surya. Rohid yang memperhatikan perubahan ekspresi pihak lain hanya bisa menjadi lebih penasaran. Dengan itu dia mulai mendekat juga dan melihat ke arah Surya. Yang bisa di lihat Rohid adalah Surya yang sedang menggenggam pedangnya dengan sangat erat. Tampak tidak ada yang aneh dari itu kecuali lelucon yang dibuat Surya. “Mengapa dia harus melucu dengan pedangnya saat ini?” Rohid tampak bingung dengan tingkah laku Surya. Dia melihat Surya dengan tatapan aneh. Namun Ketika dia melihat ke satu arah, dia bisa samar-samar merasakan bahwa peda
Di suatu tempat yang aneh, sosok pemuda dapat melihat dunia yang berwarna merah darah. Dia tampak terkejut sekaligus heran dengan apa yang sebenarnya terjadi. “Apa ini? apakah aku terkena ilusi Saluang Badarah itu lagi?” sosok pemuda itu ternyata adalah Surya, dia hanya bisa bertanya dengan khawatir ketika melihat ke sekeliling. Melihat ke sekeliling lagi, Surya kini tampak tersadar bahwa apa yang dia lihat memang terlihat sama namun jelas berbeda dengan ilusi yang ditimbulkan Saluang Badarah. Dia kini tidak terjebak di dalam satu dunia aneh, melainkan dia menjadi pengamat dari dunia yang aneh. Ini jelas berbeda karena perbedaan sudut pandang yang dijalani Surya sebelumnya adalah sudut pandang orang pertama, namun kini dia malah menjadi sudut pandang orang ketiga. Karena Surya mulai paham tentang apa yang terjadi, dia mencoba melihat peristiwa yang ada di depannya. peristiwa itu jelas sangat hidup dan tampak asli, namun suasananya sungguh suram meskipun tokoh yang ada di dimensi it
Di ruangan vvip pelelangan Cahayo Pagi. tampak tiga orang pemuda melihat ke arah yang sama dengan perasaan berkonflik. Mereka sedang melihat pedang yang tampak lusuh sedang bergetar tanpa alasan. Surya menjadi bingung sekaligus cemas, dia mau tidak mau melompat ke arah pedang itu berharap bisa menahannya. setelah lompatan itu akhirnya Surya bisa menggenggam pedang itu dengan sekuat tenaga. Rohid dan Riri tidak tahu harus berkata apa, mereka hanya bisa berteriak dalam hati. “Sial aku akan menjadi gila! Apakah pedang itu bergetar seperti itu sebelumnya?” Jelas Rohid tidak mau mengakuinya. Namun bukti sudah jelas dan bahkan langsung melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Rohid memang tau bahwa pedang itu bergetar sebelumnya, namun dia tidak pernah berharap bahwa pedang itu bergetar dengan sangat menakutkan. Sebelumnya meski dia sudah tau pedang itu bergetar, dia masih bisa mendebatnya dengan mengatakan bahwa Surya sengaja bermain lucu dengan pedangnya itu, namun kini dia bahkan t
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga