Di sebuah area gelap yang ada di kota Bukit curam, sejumlah air berwarna merah terus saja bergerak naik ke atas mencoba untuk membuat sebuah bola warna merah yang besar.Adegan ini terus saja berlanjut hingga akhirnya bola berwarna merah darah itu benar-benar menutupi setiap sisi dari bola transparan yang telah ada sejak sebelumnya.Setelah merasa cukup, sosok paruh baya yang telah memuntahkan sejumlah darah sebelumnya itu pun mulai berhenti kemudian mendongak dengan tatapan bangga.Jelas dia begitu percaya diri dengan kekuatan yang baru saja ditampilkannya.Dengan ini paruh baya itu menggelap darah yang ada di bibirnya dengan senyum sombong penuh percaya diri.“Mari kita lihat, apakah masih ada yang berani meremehkan ku setelah ini!” kata sosok itu mengejek saat karakternya berubah seratus delapan puluh derajat dari karakternya sebelumnya.Jelas karakter dingin dan juga tenang dari sosok paruh baya sebelumnya telah digantikan oleh sifat sombong dan haus darah.Namun meski begitu, pa
Area kacau dengan sejumlah genangan air berwarna merah darah tampil begitu buruk di salah satu sudut kota Bukit curam.Tempat itu begitu menyeramkan saat tampil dengan suasana gelap meski masih dalam keadaan siang hari. Di area itu juga terlihat sekelompok orang yang terbaring buruk di tanah secara tak beraturan. Ini semua menambah kesan menyeramkan yang terasa di tempat itu.Sementara itu, ada sosok paruh baya yang dengan santainya berjalan di daerah itu. dia bahkan tampil tidak peduli saat wajahnya tersenyum puas meski tubuhnya telah berlumur dengan sejumlah darah.Sosok paruh baya itu jelas merupakan ayah dari Luruih, pemuda yang sedang terbaring nyaman di tanah. namun entah mengapa, aura dan tampilan yang dibawa sosok paruh baya itu saat berjalan begitu berbeda dengan tampilannya yang tenang dan dingin saat sebelumnya.“Hahahahaha aku... sudah.. tidak sabar untuk bermain-main dengan mu...” kata sosok paruh baya itu dengan suara pelan.Sosok paruh baya itu terus saja berjalan ke
Di sebuah area yang kacau, sebuah tawa histeris terdengar menakutkan saat memenuhi area gelap itu.Sosok paruh baya yang sedang berdiri menjambak rambut seorang pemuda tampak begitu puas karena satu alasan.Setelah paruh baya itu terus tertawa hingga beberapa saat, ayah dari Luruih itu akhirnya berhenti tertawa dengan tampilan yang tersengal-sengal.Jelas bahwa paruh baya itu tertawa begitu lepas hingga dia kehabisan nafasnya.Sesaat setelah sosok paruh baya itu selesai tertawa, sebuah suara datar yang malas mulai terdengar di keheningan.“Apakah kau sudah selesai tertawa pak tua aneh?” suara itu begitu tenang dan juga biasa.Sosok paruh baya yang mendengar hal ini hanya bisa melihat ke arah sumber suara dengan tidak percaya.Sosok yang berbicara dengan sombong itu adalah pemuda angkuh yang baru saja ngompol dan dipermalukan olehnya.Sikap pemuda itu begitu pengecut di saat sebelumnya, namun kini tampaknya sosok pemuda aneh itu sudah kembali ke sifat aslinya.Dengan ini kelompok orang
“Duar!”“Duar!”Suara petir menggelegar mulai muncul di langit gelap yang tertutup dengan tirai warna merah.Penutup langit warna merah itu merupakan sebuah pelindung yang telah dibuat oleh paruh baya ayah si Luruih di saat sebelumnya. Sosok itu menggunakan perisai itu untuk menyelamatkan orang sekitar dari dampak serangan.Kini setelah ledakan terakhir selesai, perisai itu terus saja menggantung di langit membuat area itu menjadi gelap.Setelah beberapa waktu mengambang di udara, akhirnya perisai merah itu mulai bergerak membentuk partikel air kental yang akhirnya berubah menjadi awan.Saat awan saling bertabrakan, dengan ini Guntur dan kilat akhirnya diciptakan.“Wiswesswiswsiisisisiwwseiswiewie.” Paruh baya itu komat kamit dengan tidak jelas.Namun meski terdengar tidak jelas, sosok itu tampil begitu khusyuk layaknya orang berdoa.Abar yang masih tertanam di tanah entah mengapa menjadi semakin ngeri dibuatnya.Entah kebetulan atau bukan, lehernya yang tidak terbenam di tanah tiba-t
“Syur... Syuar... Cebyur...”Suara ricuh ombak besar mulai merendam area di sekitar.Suara memekakan itu berasal dari sejumlah besar cairan merah yang menggulung di udara.Cairan itu adalah serangan yang dilancarkan oleh paruh baya yang merupakan ayah Luruih di saat sebelumnya. Ombak besar itu kini bergerak dengan cepat menuju ke satu arah yang tidak jauh.Abar yang melihat ombak besar itu bergegas ke arahnya hanya bisa pucat pasi di buatnya. Jelas bahwa tampilan ombak itu begitu menakutkan.Bahkan kelompok orang di sekitar yang tahu bahwa ombak itu tidak mengarahkan serangan ke arah mereka, tetap saja pucat pasi tidak kurang dari Abar setelah melihat keagungannya.“Sungguh layak menjadi kepala keluarga besar...” kata Surya takjub.Dengan ini Surya lagi-lagi menggunakan pedang yang di tancapkan ke tanah sebagai pondasi untuk dirinya agar tidak terbang akibat dampak serangan yang telah di lancarkan.Sementara setiap orang di tempat itu menjadi pucat karena ketakutan, sosok paruh baya i
Di sebuah area kacau yang ada di kota Bukit curam, tampak sekelompok orang tengah terdiam saat tidak percaya dengan informasi yang baru saja mereka terima. Informasi tentang penyerangan yang dilakukan oleh orang asing ke setiap basis keluarga besar di kota ini merupakan sesuatu yang tidak masuk akal untuk mereka, bahkan sosok pembawa pesan itu berkata bahwa kantor walikota juga termasuk salah satu titik yang di serang. Jelas kelompok orang di sekitar menjadi ragu karenanya. Namun meskipun ragu, kelompok itu hanya bisa yakin ketika melihat tampilan dari sosok yang menyampaikan informasi itu. Walikota sendirilah yang memberi informasi ini agar orang menjadi percaya dan mengurangi masalah. Dan lagi, tampilan berantakan walikota saat datang bisa membuktikan bahwa informasi yang dibawa olehnya merupakan sebuah kebenaran. Namun tetap saja kelompok itu ragu saat walikota memutuskan untuk menyelamatkan pemuda gila sebelumnya. Dengan ini ayah Luruih menjadi bimbang dibuatnya. Jika dia p
Di bawah pohon besar yang terletak di area kacau dengan genangan darah dan material reruntuhan di sekitarnya, tampak seorang pemuda lusuh sedang terduduk dengan tampilan wajah serius seolah sedang berpikir sesuatu hal yang rumit.Pemuda itu begitu berpikir saat dia mengerutkan jidatnya dan juga menyipitkan matanya.“Apakah hanya pikiranku saja atau memang ada yang aneh dengan kota ini?” tanya Surya sedikit khawatir.Surya yang telah di serang saat sebelumnya jelas merasakan hawa yang tidak bersahabat di tempat ini.Terlebih lagi ada pertanyaan yang mengganjal di hatinya sekarang.“Bagaimana bisa sosok pemuda naif seperti itu memegang benda yang bahkan bisa menjadi pembunuhan massal bagi satu kota seperti itu?” tanya Surya bingung.Jelas bahwa pemuda itu bukan orang biasa, namun bagaimana caranya agar dia mendapatkan benda itulah yang menjadi misterinya.Surya berpikir, jika benda itu bisa dengan mudah di pegang oleh pemuda yang disebut lima jenius saja, bukankah akan banyak kota yang
Di bawah pohon besar, seorang pemuda kini tengah duduk dengan nyaman seolah berada di pemandian air panas.“Ahhhh tampaknya memang benih rimau bisa membuat tubuhku menjadi jauh lebih baik.” Kata Surya paham.Namun meskipun terlihat paham, pemuda itu masih belum jelas dengan apa yang sebenarnya dilakukan benihnya itu pada tubuhnya. Yang dia tahu hanyalah benih itu membantu tubuhnya untuk segera kembali pulih seperti sebelumnya.Karena merasa sudah cukup dengan pengamatan anehnya, Surya mulai memberhentikan utas kuning transparan itu untuk terus bisa berselancar di bawah tubuhnya.Setelah sosok itu melihat bahwa utas kuning transparan itu sudah benar-benar berhenti, dia mulai sekali lagi menatap ke arah teko sambil bergumam pelan.“Wessewessewewseeasas.” Dengan ini Surya terus membaca mantra.Setelah Surya melantunkan mantra-mantra aneh sekali lagi, teko gelap yang ada di titik benihnya kemudian bergetar, sebelum akhirnya memuntahkan utas berwarna merah transparan.Jelas bahwa itu adala