Clara menyuruh Niko untuk kembali ke hotel lebih dulu namun Niko menolak dan terus menempel padanya seperti prangko saat Clara hendak membereskan barang-barang penting miliknya."Berhenti mengikutiku, pergi bereskan barangmu yang ada di hotel." Clara kesal setiap kali Niko mengikuti kemanapun dia pergi di dalam rumahnya yang tidak terlalu besar."Tidak, bagaimana nanti jika kamu kabur?" Niko duduk di sofa dan menatap Clara dengan tatapan menggoda."Bodoh! Bagaimana aku bisa kabur jika putriku bersama keluargamu?" Clara bertolak pinggang."Hei, kamu tidak boleh bicara kasar pada suamimu." Niko memeluk Clara dan mencium pipi Clara dengan mulutnya yang terbuka seperti hendak memakan burger."Ish, ludahmu. Ini jorok," ujar Clara merasa jijik."Semakin banyak kamu mengeluh semakin sering dan gila aku akan mengganggumu. Lihat saja," ujar Niko kembali duduk dan menyeringai.Clara terlihat bolak balik dan mengisi kopernya dengan barang-barang penting serta pakaian Ameera yang mahal yang ia da
Semua orang terlihat sedang sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kehadiran dan kepulangan Clara.Rumah Yola didekorasi seperti acara ulang tahun anak kecil yang dipenuhi oleh balon dan juga bunga.Dan dari semua yang terjadi di rumah Yola adalah ide dari Abimanyu dan Yola langsung sebagai ucapan penyambutan dan juga terima kasih karena telah memberikan mereka karunia seorang cucu.Yulia dan Adnan juga senang membantu mereka mendekorasi rumah dan juga senang akhirnya keluarga mereka bersatu.Raja sudah mengabarkan pada Abimanyu jika mereka sudah hampir sampai agar Abimanyu dan yang lain bisa mempersiapkan diri dengan kejutan mereka.Dari dalam rumah sudah terdengar suara mobil masuk ke halaman depan rumah Yola dan dapat dipastikan jika itu mobil Raja.Dengan perasaan gugup, Yola dan Abimanyu berdiri di depan pintu masuk dengan memegang sebuah bucket bunga yang cukup besar untuk diberikan pada Clara."Aduh, Pa. Jantung Mama kok degdegan ya," ujar Yola pada Abimanyu sedang
Clara sedikit berpikir apa yang akan ia lakukan di Jakarta dan akan tinggal dimana. Tapi sebelum Clara menjawab, Niko menyahut lebih dulu dan membuat Clara malu dan juga kesal."Clara? Tentu saja dia akan fokus mengurusku dan Ameera di rumah. Apalagi? Kami juga akan berusaha agar memberi Ameera adik. Bagaimana, Sayang?"Rasanya ingin sekali Clara memukul kepala Niko dengan piring yang ia pegang saat ini jika tidak ada orang. Niko dengan mudahnya mengatakan hal-hal ambigu seperti itu di depan umum."Untuk saat ini sepertinya Clara dan Ameera akan pergi ke Padang, pulang sama Ayah dan Bunda sekalian bawa Ameera jalan-jalan." Clara mengemukakan pendapatnya."Iya, Ameera mau ke rumah nenek sama kakek!" Ameera menyahut setuju dan mengalahkan keputusan Niko."Berdua aja, Ra? Kalau kita ikut gimana? Sekalian kita liburan keluarga, Ra. Lagian kan kita juga gak pernah liburan bareng. Boleh, ya?" Yola menyela."Boleh, kok. Semuanya boleh ikut. Tapi nanti kita nginapnya di hotel ya. Soalnya ruma
Sedang Ameera diurus oleh kakek, nenek, oma dan opanya. Clara Sang Mami malah diurus oleh Niko, tepatnya Niko, Sang Papa yang sibuk memandikan Clara.Apa mereka hanya sekedar mandi?Tentu tidak!Jika tadi yang basah hanya Clara, maka sekarang mereka berdua sudah sama-sama basah. Basah dengan air yang mengguyur mereka dan juga basah dari area sensitif Clara.Ini sudah lebih dari 30 menit, namun Niko belum ada tanda-tanda ingin memulai permainannya karena sibuk membelai mesrah tubuh Clara yang masih memakai piama yang telah basah."Sayang, kamu semakin seksi aja." Niko mulai memberi kehangatan dan menyebarkannya melalui bibir yang ia tancapkan di leher Clara yang bersandar pada dinding kamar mandi."Uda 30 menit, kita selesai. Aku sudah kedinginan," ujar Clara yang mulai menggigil."Belum, ini masih pemanasan. Kita harus memberikan adik pada Ameera." Niko dengan cepat melepas pakaian miliknya dan juga Clara hingga sama-sama polos."Aku tidak mau melahirkan lagi. Apa kamu tau betapa meny
Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. Sesuai yang telah disepakati semua orang yang ikut dalam daftar liburan akan berkumpul di rumah Yulia.Kali ini keluarga besar Niko dan Clara tidak memakai pesawat biasa namun jet pribadi yang bisa memuat mereka dan barang mereka semua."Semuanya sudah hadir? Sudah lengkap? Coba aku cek dulu." Raja membuka bukunya dan memulai mengabsen."Oke, sudah lengkap semua. Ayo silahkan masuk dan cari tempat duduk kalian." Raja memulai komando.Di dalam jet.Semuanya sudah duduk di tempat pilihan masing-masing dan pilot juga sudah siap bertugas untuk menerbangkat mereka ke kota Padang.Semua orang sudah duduk namun Niko dan Raja masih sibuk mengecek segalanya agar lebih aman dan nyaman seperti sudah menjadi kebiasaan mereka."Sayang, duduklah. Kita akan segera berangkat." Clara memanggil Niko agar segera duduk karena mereka akan segera berangkat."Mami, Ameera sudah di sini." Sepertinya Clara lupa jika dirinya juga mamakai kata 'sayang' pada Ameera dan itu membua
Sesuai dengan yang Raja janjikan pada Ameera dan Steve bahwa setelah makan siang selesai, Raja akan mengajak Ameera dan Steve berenang di kolam yang disediakan hotel.Tadi setelah mengantarkan Niko dan yang lain ke hotel, Yulia dan Adnan langsung pulang ke rumah mereka untuk beristirahat padahal Niko juga mengajak mereka menginap, tapi mereka menolak dengan berbagai alasan.Raja, Bik Surti dan Kania menunggu Ameera dan Steve hingga puas bermain air di kolam sedang yang lain pergi ke rumah Yulia untuk melepaskan rasa penasaran mereka."Aduh, maaf ya semuanya. Rumahnya memang sederhana seperti ini dan sedikit berserak. Ayo silakan duduk," ujar Yulia pada Yola, Abimanyu, Niko dan Clara."Ih, gak apa-apa, Mbak. Gini juga bagus. Lagian kan Mbak gak mungkin kesepian kalau cuman berdua sama Mas Adnan." Yola mencoba menghibur Yulia dengan kata-kata ambigunya."Mbak Yola bisa aja. Pada mau minum apa nih? Kita cuman punya teh, kopi sama air biasa," ujar Yulia menawarkan minuman."Teh dingin aja
Clara dan Raja mendapat telepon dari para pengasuh anak mereka dan merasa lega setelah sejak tadi pikiran mereka sudah mulai kacau. Raja tidak lupa menelpon Abimanyu dan Niko untuk meminta agar mereka kembali karena Ameera dan Steve sudah kembali. Clara ditemani Yola mendatangi kamar Bik Surti dan Kania untuk menjemput anaknya, Ameera yang terlihat sudah tertidur yang kemudian di susul oleh Raja, Niko dan Abimanyu. "Kalian dari mana saja sih? Mana gak pada bawa ponsel!" Clara yang khawatir spontan memarahi pengasuh anaknya walaupun Clara tidak berniat memarahi mereka. Hanya saja karena khawatir, nada suara Clara menjadi lebih tinggi dan terdengar marah. "Ma-maaf, Buk. Tadi baby Ameera maksa agar kita pergi beli es krim di kedai es krim bawah waktu lagi renang." Bik Surti tergagap karena takut dimarahi Niko dan Clara. "Iya, kita gak ada yang bawa ponsel soalnya kita gak tau kalau Ameera sama Steve bakal ngajak pergi makan es krim. Soalnya tadi niatnya hanya berenang saja, Pak, Bu
Raja berdiri dan berpindah duduk di bawah seperti anak-anak sebagai kode jika Raja mengalah pada Niko. Ameer dan Steve melihat Raja dan mulai bingung kenapa Raja duduk bersama dengan mereka."Uncle, kenapa duduk di bawah?" Ameera bingung."Tidak apa-apa, cantiknya Uncle. Steve, ayo kita kembali ke kamar." Raja mengajak Steve kembali ke kamar mereka."Sekarang, Pa? Steve masih mau main sama Ameera," ujar Steve takut."Yaudah, gak apa-apa, Kak. Kalau Kakak mau kembali ke kamar yaudah biar Steve main di sini. Lagi pula kamar kita juga berdekatan, 'kan?" Clara yang peka memberi respon pada Raja dan Steve."Yaudah. Steve baik-baik ya main sama Ameera. Ingat, jangan bertengkar dan mengalah saja pada Ameera. Oke?" Raja mengalah dan kemudian pergi sendirian."Bagaimana, Honey?" Clara bertanya pada Niko dan memegang tangannya."Aku sudah pesan, Sayang. Besok barangnya akan datang. Tidak apa-apa, 'kan?" Niko menjawab dengan senang hati."Kerja bagus," ujar Clara membelai lembut rambut Niko sepe
Raja mulai menikmati waktunya saat ini bersama Kania dengan saling menyalurkan hasrat yang sempat tertahan sebelumnya.Tanpa melepas panggutannya Raja mulai membuka kancing baju Kania satu persatu. Kania yang kaget hanya tersentak sejenak dan melepaskan panggutan mereka namun kembali menyesap menikmati manisnya bibir Raja sembari memejamkan mata.Selesai dengan pemanasan singkat, Raja membawa Kania masuk ke dalam kamar dengan menggendongnya dari arah depan sedang Kania menyilangkan kakinya di punggung Raja untuk melanjutkan aktivitas halalnya.Raja membaringkan tubuh Kania dengan lembut ke atas ranjang dan mulai mengungkung Kania.Kania mulai bergetar geli saat bibir Raja berjalan dari dagunya ke leher lalu berhenti di atas gunung kembar milik Kania dan Raja bisa merasakan getaran tak biasa itu.Kania memejamkan mata sembari mwnggigit bibir bawahnya menikmati setiap sentuhan yang Raja berikan padanya.Tubuh Kania kini menggelinjang tegang dengan dada membusung saat tangan Raja dengan
"Yasudah, kamu tunggu disini. Aku akan segera kembali membawa makanan dan juga pakaian untukmu." Raja segera berlalu setelah memakai kembali pakaiannya dan meninggalkan Kania sendirian di dalam kamar hanya dengan handuk."Oke," singkat Kania membenarkan posisi handuknya.Kania tidak tahu harus memanggil Raja dengan sebutan apa sekarang karena sebelumnya Raja memarahinya karena masih menggunakan panggilan secara formal pada Raja.Sembari menunggu Raja datang, Kania keluar dari kamarnya masih dengan menggunakan handuk untuk melihat-lihat isi rumah yang tidak begitu besar tersebut."Apa yang kamu lakukan?" tanya Raja yang muncul tiba-tiba di belakang Kania dan mengejutkan Kania yang asik melihat-lihat lukisan yang terpajang di sekitar kamar."Ah itu, aku, aku cuman lihat-lihat aja kok." Kania yang kaget pun menjawab sembari tergagap."Ambil, ini pakaianmu. Aku akan menyiapkan makanan." Raja menyerahkan sebuah kantung tas berisi pakaian baru yang baru Raja beli di toko terdekat untuk Kani
Setelah acara doa selesai, Kania dan Raja menandatangi semua berkas dan juga buku nikah mereka yang diurus secara kilat dan express oleh anak buah Raja.Kini Raja dan Kania telah resmi menjadi sepasang suami dan istri. Dan orang tua Kania berarti juga akan menjadi orang tua Raja.Setelah semua acara selesai, Kania dan Raja serta Burhan dan Sulis berpisah karena Raja dengan terang-terangan ini berduaan dengan Kania."Bapak, Ibuk, anak buah Raja nanti akan bawa Bapak dan Ibuk ke rumah Raja yang baru. Di sana belum ada orang, jadi itu kesempatan untuk Bapak dan Ibuk untuk beradaptasi. Saya dan Kania akan berada di sini untuk malam ini dan akan menyusul besok. Oke?" Raja menjelaskan."Baiklah, Nak." Burhan dan Sulis menjawab sembari menahan tawa sedang Kania bersemu merah."Hati-hati ya, Pak, Buk." Kania mencium tangan kedua orang tuanya yang hendak berangkat.Anak buah Raja membawa Burhan dan Sulis ke Jakarta tepatnya di rumah baru Raja yang belum dihuni oleh siapapun.Sedang Raja kembal
"Hmm, kamu sangat polos atau bodoh? Atau, apakah kamu berpura-pura?"Raja menarik kedua tangan Kania ke pinggangnya dan mulai menempelkan bibirnya ke bibir hangat Kania.Kania yang kaget juga takut, memaksa agar Raja melepaskan tangannya.Plakkk!Satu tamparan mendarat ke wajah dingin Raja dari Kania."Maaf!" Kania perlahan berjalan menjauh dan hendak kabur karena takut Raja akan berbuat tak senonoh padanya dan Kania tidak ingin hal itu terjadi."Pergilah, maka aku akan menyiksa keluargamu!" Kania terhenti saat mendengar ancaman Raja yang sangat menakutkan.Rasanya Raja yang saat ini sedang bersama dengan Kania bukanlah Raja yang biasa, Raja yang membuat Kania kagum padanya.Saat ini Kania telah kehilangan perasaan bangga dan takjubnya pada Raja dan berubah menjadi perasaan kesal dan juga takut."Jangan, aku mohon ...." Kania kembali dan memohon di bawah kaki Raja."Itu tergantung bagaimana perlakuanmu terhadapku!""Aku akan menuruti anda, tapi jangan dengan hal ini." Kania memelas de
Raja membawa Kania dan keluarganya ke sebuah tempat. Bukan mereka, tapi hanya Burhan dan Sulis.Raja meminta anak buahnya yang mengikuti mobilnya dari belakang agar membawa Burhan dan Sulis ke sebuah penginapan yang masih berada di sekitar Bandung sedang Raja membawa Kania ke tempat berbeda.Sedang anak buah Pak Darto pergi mendatangi rumah Pak Darto dan memberi kabar jika ada sebuah komplotan yang menyerang mereka dan menculik Kania serta keluarganya.Pak Darto yang murka setelah mendengar laporan anak buahnya mulai mengepalkan tinjunya, mengeraskan rahangnya dan memukuli anak buahnya."Dasar kalian bodoh! Gak becus! Cari sampai ketemu siapa orang yang berani membawa calon istriku! Siapa yang berani menantangku?" Pak Darto mengamuk dan menghancurkan barang-barang di rumahnya dan membuat kedua istrinya ketakutan.Pak Darto segera berganti pakaian untuk mendatangi rumah Kania dan mencari tahu apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu."Pasti pria sombong itu yang membawa calon istr
Clara menoleh ke arah terakhir kali Clara melihat Ameera dan Steve bermain. Clara kebingungan dan mulai berjalan mendekati ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki.Seketika kepanikan Clara menyerang saat tidak dapat menemukan Ameera dan Steve di sekitar odong-odong ataupun mereka.Clara berbalik dengan wajah paniknya dan membuat Niko juga panik."Sayang, anak-anak gak ada. Tadi mereka di sini." Clara menarik tangan Niko ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki."Maksud kamu gak ada gimana, Sayang?" Niko bergegas menyisir pandangan untuk mencari Ameera dan Steve."Sayang, dimana mereka?""Ayo coba kita cari. Tenang, Sayang. Tolong tenang, jangan panik." Niko berusaha menemangkan Clara walau dirinya juga sebenarnya panik.Di sini, Niko dan Clara panik karena kehilangan Ameera dan Niko sedang di tempat lain, Raja sibuk dengan masalah Kania.Dari kejauhan Raja memantau Pak Darto dan anak buahnya mendatangi rumah Kania dengan membawa beberapa gaun dan juga perhiasa
Raja bingung mendengar Pak Darto yang sejak tadi terus memanggil Kania calon istrinya dan menatap Pak Darto dengan tajam."Kania? Apa kamu pulang kampung hanya untuk menikahi pria tua beristri ini?" Raja dengan santai menunjuk ke wajah Pak Darto dengan tangannya."Apa karena hutang itu? Kalau gitu katakan berapa hutang mereka, saya akan membayarnya!" "Tadinya saya kira anda pegawai bank, ternyata tidak. Ckk, kalau gitu anda siapa?" Pak Darto menuding Raja dengan jarinya."Ckk, hahahahh." Raja tertawa setelah melepar ke arah Pak Darto sebuah cek kosong dan menghinanya.Pak Darto sangat tersinggung dan marah saat Raja menghinanya namun Pak Darto semakin murka saat melihat kedua istrinya berjongkok dan hendak berebut cek yang Raja lemparkan."Berdiri! Hentikan! Kemarikan cek itu!" Pak Darto merampas ceknya dari salah satu istrinya dan merobeknya."Terserah saja, yang penting berarti hutang mereka lunas, 'kan?" Raja berjalan maju dan menarik kerah baju Pak Darto."Beraninya anda, orang a
Raja sudah berada di rumah Kania dan bertemu dengan orang tua dan adik perempuan Kania sedang Kania sedang pergi ke pasar terdekat.Keluarga Kania menyambut Raja dengan baik setelah Raja memperkenalkan diri sebagai bos Kania dan tujuan Raja datang ke rumah Kania tidak lain adalah ingin membantu membiayai pengobatan ayah Kania, Burhan.Kania yang baru pulang dari pasar bersama ibunya, Sulis merasa terkejut melihat mobil yang seperti Kania kenali berada di halaman rumahnya.Namun Kania mencoba tetap berpikir positive tentang hal itu dan bersikap biasa saja di hadapan ibunya."Mobil siapa ini ya, Nia?" Sulis bertanya pada Kania walau tidak menuntut Kania untuk menjawab."Kania gak tau, Buk. Yuk kita masuk dulu," ujar Kania santai.Mata Kania melotot kaget saat dirinya baru saja masuk ke dalam rumah dan melihat Raja di sana sedang mengobrol dengan ayahnya yang sedang sakit.Perasaan bingung, malu dan juga sedih bersatu dalam benak Kania. Tapi sebisa mungkin Kania harus mengatur perasaanny
Di tempat lain, Raja masih belum tidur sampai dini hari karena sibuk dengan laptopnya. Steve tidur dengan cepat tadi saat Raja memberinya susu hangat dan menidurkannya di ranjang kamarnya."Aku menemukanmu, Kania." Raja bermonolog dengan suara pelan saat layar laptopnya menunjukkan posisi Kania berada."Dia tidak menelpon aku ataupun Steve, apa dia merencanakan sesuatu?" Pikir Raja sembari mengusap wajah lelahnya."Aku akan mencoba mencari tau soal ini besok. Steve sudah nyaman dengan wanita ini, akan sulit bagi Steve untuk beradaptasi dengan pengasuh baru jika Kania tidak kembali dalam waktu dekat." Raja bermonolog lagi namun kali ini sembari menatap Steve yang tengah terlelap."Steve butuh Kania. Bukan aku yang butuh," ujar Steve lagi yang masih tidak ingin mengakui perasaannya.Setelah selesai dengan tugasnya, Raja membaringkan tubuhnya sejenak di samping Steve dan mengistirahatkan matanya yang terasa kering dan lelah karena harus bekerja sejak pagi.Pagi hari.Setelah Steve bangun