Akhirnya Aku menemukan Evan, Aku mendapati Evan sedang bermain permainan sejenis judi dengan barang dagang di sampingnya, BERJUDI??
Aku benar-benar tak menyangka dengan kelakuan Evan, sebelumnya dia tidak pernah sepeti ini, siapa yang mempengaruhinya?
" Van kenapa kamu di sini? Bukankah seharusnya kamu langsung pulang? "
" kamu jadi istri jangan terlalu mengekang suami, biarlah dia disini sebentar dia juga butuh hiburan!! " Bentak bu Sumi sang pemilik warung.
Saat itu aku masih benar-benar polos dan kurang nyali, mendengar bentakannya di depan orang banyak aku merasa malu, semua orang melirikku, tentu aku sangat sedih dan marah di perlakukan seperti itu,tapi aku hanya bisa diam tak bisa menjawab bentakan bu Sumi. bukannya membelaku sebagai seorang suami Evan malah asyik main bersama temannya, apa Evan tidak merasa iba melihatku?
Aku akhirnya berlari pulang ke rumah, aku melampiaskan kekesalanku di rumah, aku menangis tapi aku berusaha tidak mengeluarkan suara, aku hanya menangis dalam hati berharap tidak ada yang mengetahui.
Kkreoott
suara pintu, seseorang datang.
Aku langsung mengusap air mataku.
" Kamu belum tidur Mil? "
" Kamu kenapa ada di sana? kenapa kamu tidak langsung pulang? Aku menunggumu sampai selarut ini "
" Apa salahnya sih Mil Aku senang-senang bersama temanku? "
" Aku bukannya melarang kamu, tapi alangkah baiknya sehabis kerja kamu pulang dulu ke rumah, aku khawatir dengan kamu "
" Aku tadi tidak jadi jualan, hari ini sepi jadi aku langsung pulang tapi temanku mengajak berkumpul jadi aku mengikuti mereka "
" Kamu tidak kerja!? Besok kita mau makan apa? "
" ya aku harus bagaimana lagi? "
" Tapi aku belum makan dari siang, aku butuh makan Van "
" Kamu minta dulu ke ibu "
" Aku kan punya suami untuk apa aku minta ke ibu "
" YA KAMU TAHAN DULU, TIDAK MENGERTI AKU SEDANG SUSAH!? "
" Kamu sekarang bentak aku? Kenapa tadi kamu tidak bentak bu Sumi yang mempermalukan aku di depan orang banyak? Di depan teman-temanmu juga? " Lirihku.
" SUDAHLAH AKU MAU TIDUR, suami baru pulang bukannya di sambut dengan senyuman ini malah ngajak ribut! "
Begitulah perdebatanku dengan Evan, masalah dalam rumah tangga pasti ada, aku harus berusaha tetap sabar dan bertahan, mungkin ini sedikit ujian dari Tuhan...
1 tahun kemudian aku memutuskan untuk pindah tempat, saat ini aku tinggal di sebuah rumah di dekat kali, tidak heran setiap hujan pasti rumahku banjir. Masalah demi masalah terjadi di rumah tangga kami, padahal sebelumnya baik-baik saja. Kini aku sudah memiliki satu anak laki-laki yang kuberi nama Abidal. Tingkah laku Evan semakin hari semakin menjadi, aku tak tahu harus bagaimana bertahan atau pisah? Abidal selalu menangis tak henti-hentinya, maklum dari pagi dia tidak makan aku hanya memberinya asi, aku juga tidak punya uang untuk membeli sebungkus nasi karna belum makan akupun lemas, di tambah lagi aku terus menyusui Abidal. " BRUG..BRUG..BRUG !! HEI, DIAMKAN ANAKMU ITU, BERISIK !! KAU TIDAK TAHU CARA MENGURUS ANAK HAH!! " teriak tentangga sebelah, yang tak lain adalah kaka ipar ku sendiri. Aku hanya diam tak berani menjawab, seketika air mataku menetes, aku hanya bisa menangis dalam diam.
Esoknya aku berdiri di depan rumahku sambil menggendong Abidal. Terlihat kakak ipar ku menggendong anak perempuannya, Indah namanya. " Lihatlah anakku cantik dan sehat, maklum anak yang terurus beda dengan anak yang tidak terurus, tidak seperti dia!, Anaknya kurus, kurang gizi seperti anak cacingan! " Sambil melirikku. Mendengar dia menyindir ku seperti itu, aku marah tapi tetap aku tahan. " Mil..ini Mil, suapkan anakmu, jangan dengarkan ocehan mereka " uwa Asong(ibu nya Andi) memberiku sedikit nasi dan sayur untuk Abidal. " Iya wa, makasih " Aku mulai menyuapi Abidal, namun Abidal tetap tak mau makan, aku memaksanya makan walaupun cuma sedikit, karna Abidal belum makan dari pagi. Ketika Abidal sudah kenyang, aku masuk ke dalam dan menutup pintu. Aku mulai memakan nasi sisaan Abidal, aku melahap nasi dengan gemetar. Sorenya seperti biasa aku menyusui Abidal hingga ia tertidur, dan pada saat Abidal sudah tidur, aku mengambil kes
esoknyaAku tak bisa tidur, karena memikirkan kejadian kemarin. Di tambah lagi dengan badan Evan yang sangat berbau alkohol, membuatku mual.Evan bangun dari tidurnya, dan menyuruhku membuat sarapan." Nih Mil...belikan tiga bungkus mie instan "Seperti biasa di pagi hari, aku hanya membeli tiga bungkus mie, dua untuk Evan, dan satu untukku. Aku hanya makan di pagi hari, di siang hari aku hanya menggigit jari.Selesai sarapan. tanpa berkata, Evan langsung berangkat untuk bekerja.Di siang hari yang terik ini, aku sangat haus dan lapar, aku sebenarnya tak tahan untuk mempertahankan ini. Aku juga tak tega dengan Abidal yang tiap hari menangis karna lapar. Aku tak berani untuk meminta pada ibuku, karna aku yang menginginkan ini semua, maka dari itu aku harus menanggungnya sendiri.Tok..tok..tok.."biiii...biii..."
Saat ini Evan beralih profesi menjadi tukang ojek. Walau aku tak di beri uang namun aku tetap mendoakan yang terbaik untuk suamiku. Namun mengapa profesinya saat ini membuatku semakin tersiksa? Dia selalu mengantar jemput Kaila! MANTANNYA! Terlihat tangan Kaila yang melingkari pinggang Evan. sebagai seorang istri tentu aku cemburu yang amat sangat, Rasanya ingin ku cabik-cabik Kaila. malamnya Evan pun pulang. Aku bertanya padanya mengapa dia terus menerus mengantar Kaila. apa tidak ada orang lain?Plak !!satu tamparan mengenai pipiku, perih rasanya." KAMU ITU SELALU SAJA CEMBURU AKU MUAK DENGAN SIKAPMU! " bentak Evan dengan meninggikan suaranya.Aku yang lebih muak dengan sikapmu Van! Aku berhak cemburu karna aku adalah istri sahmu, istri mana yang menerima suaminya berboncengan dengan wanita lain. Sakit rasanya hatiku terus di perlakukan seperti ini, setiap aku cemburu akan kedekatannya dengan
Aku melangkah pergi dengan berat hati, perjuangan ku mempertahankan hubungan ini telah berakhir, aku tak perlu lagi menahan rasa sakit yang ia berikan. Aku bebas....aku bebas dari ruang yang gelap!Evan pov:Aku terbangun dari tidur nyenyakku. saat itu aku tak melihat Kamila ataupun Abidal, di ruangan itu sepi, hanya ada aku. Lalu aku melihat sebuah kertas tergeletak di sampingku, aku mulai membuka nya, ternyata itu adalah sebuah surat, lalu aku membacanya. Aku permisi... Aku tak kuat menghadapi sikapmu yang terus menerus seperti itu. Aku tahu! Aku punya banyak kekurangan. Mungkin kau sudah bosan dan muak melihatku, mungkin dengan kepergianku bisa
Setiap menjelang petang, sudah menjadi kebiasaan Dito untuk datang ke rumah ku dengan membawa beberapa makanan dan lainnya.Kebaikan Dito membuatku tak ingin kehilangan sahabat seperti dia, bahkan aku menganggapnya sebagai kakak laki-lakiku. Aku anak pertama jadi aku merindukan sosok kakak yang bisa menyemangatiku seperti Dito.Dia sangat bersikap dewasa, kadang kala dia menasehatiku dan sangat menjagaku, apa lagi aku sedang hamil tanpa dampingan seorang suami.Kehidupanku yang sekarang sudah lebih baik, aku mulai merawat penampilanku. Tubuhku sekarang lebih berisi dibandingkan dulu yang sangat kurus dan lusuh. Aku tak mau lagi di hina oleh orang lain hanya karna penampilanku.Dito menemaniku dari awal hamil sampai melahirkan, aku melahirkan anak perempuan yang ku beri nama Tiara. Seperti biasa, Dito yang memberi segala macam kebutuhanku sampai kebutuhan bayiku.***Kini Tiara sudah berumur 1 tahun. Dia tumb
Setiap hari Billy selalu mampir ke warung untuk memesan kopi, kami jadi sering mengobrol dan akhirnya mengenal satu sama lain.Saat aku mengobrol dengan Billy, terdengar suara Tiara yang menangis dari dalam kamar. Aku langsung menghampiri Tiara ,menggendongnya, dan membawanya keluar kamar." Anak siapa? " Tanya Billy." Anak ku " jawabku tersenyum sambil menenangkan Tiara yang menangis.Billy mengelus pipi Tiara, guna menenangkannya. Dia memuji Tiara"cantik, sama seperti ibunya " katanya.Aku hanya tersenyum, Tiara akhirnya tak menangis lagi, dia tertawa karna candaan Billy. Aku ikut senang melihat tawa di bibir Tiara.Saat sudah beberapa jam, Billy pamit untuk kembali ke tempat kerjanya. Tiara menangis tak mau di tinggal Billy, dia seperti merindukan kasih sayang seorang ayah, tiara mengira bahwa Billy adalah ayahnya." Jangan menangis sayang, besok om akan kembali, Dan membawa mainan untuk Tiara" merayu Tia
***Evan pov:Aku masih berada di kampung halaman, aku tinggal di rumah orangtuaku. Saat ini aku bekerja sebagai penjual martabak, aku selalu menginginkan hal baru, bukan dalam pekerjaan saja, tapi dalam hal memilki pasangan juga. Menurutku hal baru itu menyenangkan dan tidak membuatku bosan.mendengar kabar bahwa Kamila hamil dan sudah melahirkan, sudah berbulan-bulan aku tidak menjenguk keadaannya dan keadaan anakku.Sebenarnya aku ingin berangkat ke Jakarta untuk menjenguk anakku dan kehamilannya yang kedua. namun aku ragu, di kehamilannya yang kedua ini, apa dia sungguh anakku? Apa dia hamil dengan laki-laki lain? Namun jika umur kehamilannya di perhitungkan pada saat kami pisah, dan itu tepat, berarti dia adalah anakku.Back to Kamila:Di pagi hari aku menjalankan aktifitasku, yaitu mengurus anak-anakku, mulai dari memandikannya sampai memberin
Mengapa tiba-tiba dia mengatakan hal itu, dan dari mana dia tahu bahwa Kamila punya pasangan baru?" Aku sudah tahu, lagipula itu bukan urusanmu. Sekarang kamu minggir "Kali ini dia tidak menghalangi jalanku, mungkin karna kecewa aku telah lebih dulu mengetahui hal itu dan mengabaikannya.Dia hanya berdiri disana, aku menariknya keluar lalu menutup pintu.Kutinggalkan dia yang masih berdiri didepan pintu, aku tak menghiraukannya dan sama sekali tak peduli dengannya.***Pov:Siang ini Kamila dan ibunya sibuk memasak untuk berdagang, sedangkan Yanti tidak bersekolah karena libur, hari minggu.Adiknya yang lain membantu ini dan itu, sedangkan Yanti hanya duduk menikmati hari liburnya, tapi kemudian ia mulai bergerak saat teringat akan perintah semalam.Ia mulai beraks
Kamila membuyarkan lamunanku, dia mengajak pulang namun aku masih ingin berada didekatnya, tapi apa boleh buat. Akupun menurutinya dan mengantarkannya pulang.Back to Kamila:Malam ini aku sudah cukup senang, sudah lama aku tidak sebahagia ini, sejak masuk dalam dunia pernikahan yang kelam aku terus berduka.Dan mulai hari ini aku harus melupakan semuanya dan memulai kehidupan yang baru, tak seharusnya aku mengingat akan peristiwa menyakitkan itu.Cukup lama kami berada disini dan bersenang-senang, aku lelah jadi kupinta pada Billy untuk mengantarku pulang, namun ia terus melamun, wajahnya mengarah kepadaku, apa yang dia lamunkan?Aku membuyarkan lamunannya, melambai-lambikan tanganku didepan wajahnya." Hei..hei..Billy? Ayok kita pulang, mengapa kamu melamun? "" E..eh? I..iya ayok ""Aneh sekali pria
Dan yap, gelang berhasil mengenai boneka beruang itu, ishh menyebalkan sekali kenapa dia yang harus berhasil sih! Aku cemburu akan kemenangannya, bibirku terus manyun menandakan sebal dengan Billy." Yeaayyy " mereka bertiga bersorak.Billy memberi boneka itu pada Tiara dan Abidal dia melihat wajahku yang masam lalu berusaha menghiburku." Eemm kok manyun begitu bibirnya, cantiknya hilang kan..ayo dong tersenyum hiii "Aku melipat kedua tanganku, entah mengapa sikap ku tiba-tiba kekanak-kanakan.Billy lalu menghampiri penjual permen kapas, dia membelinya lalu menyerahkannya padaku." Apa ini!? Memangnya aku anak-anak? "" Kamu tau tidak? Permen kapas itu menggambarkan dirimu "Aku terdiam heran, menggambarkan aku? Maksudnya?" Rasa manis dalam permen kapas membuat orang tersenyum, maka j
Akupun tak bisa melarang keras, jadi kubiarkan ibu memutuskan keinginanya.Lama kami berbicara, Yanti baru keluar dari kamarnya penampilannya sangat rapih, ingin pergi kemana dia? Hari sudah mulai malam tapi dia masih ingin keluyuran.Dia meminta izin pada ibu untuk main dengan temannya, kebetulan malam ini adalah malam minggu, disetiap malam minggu diadakan sebuah pasar malam yang terletak di jl.Dermaga Raya tak jauh dari kawasan rumah kami.Ibu memperingati Yanti untuk tidak keluar malam-malam, tapi Yanti tetap menolak dengan alasan butuh hiburan, ibu juga tidak bisa mencegah anak untuk mencari kebahagiaannya.Karna jika orangtua mengekang maka mereka akan membangkang pada orangtuanya, oleh karena itu ibu mengizinkan Yanti untuk keluar dengan syarat harus pulang tidak lebih dari pukul 09:00.Yanti dengan riang keluar rumah, entah dengan siapa ia bersenang-senang, mungkin dengan
Aku hampir sampai ke pabrik, kulihat dari kejauhan para pekerja yang berada diluar sangat sibuk kesana kemari, apa aku harus kesana? Tapi aku ragu dan takut karna disana banyak sekali laki-laki, bahkan tak ada wanita disana.Aku mendekati pabrik lalu salah seorang pria menggodaku." Hai cantik, mau kemana "" Disini aja sama abang "" Kok sendirian? "Begitulah mereka menggodaku, aku agak takut dengan itu, dan merasa sangat tidak nyaman tapi aku mengabaikannya.aku nekad untuk masuk kedalam pabrik, aku menoleh kesana kemari mencari Billy." Dimana sih dia " aku bergumam.Lalu saat aku ingin masuk lebih dalam seseorang menarik tanganku, aku terkejut dan menghempaskan tangannya.aku menoleh kebelakang dan melihat siapa yang menarik tanganku, dan ternyata itu adalah Billy, orang yang kucari
Selesai mengurusi ibu, aku pergi kedapur lagi untuk memotong apel yang sudah kubeli untuk ibu." Assalamualaikum "Seseorang mengucap salam, aku segera kedepan untuk melihat siapa yang datang.Yanti membuka pintu lalu masuk, kulihat beberapa buku baru berada di tangannya, itu membuatku curiga pasti Kaila yang membelikannya, pantas saja tadi mereka menuju ke toko buku." Kamu baru pulang? "" Iya "" Dari mana semua buku itu? "" A..aku mengumpulkan u...uang untuk membeli buku ini "Yanti menjawab dengan terbata-bata, mungkin ia ingin merahasiakannya dariku dan tidak ingin memberitahuku bahwa Kaila membelikannya untukku.Apa Kaila yang melarang Yanti untuk memberitahuku? Aku sudah tahu sebelum dia menyembunyikannya, jadi aku tak begitu penasaran.Yanti masuk kedalam kamarnya, mungkin ia tak mau per
Lalu Ku alihkan pembicaraan dengan mengajaknya makan siang." Kita makan siang dulu yuk, setelah itu tidur. Sorenya kita main lagi "Mereka menurut, apalagi Tiara yang doyan makan. Nafsu makannya besar hingga tak heran jika pipinya gembul.Aku menggendong Tiara dan menggandeng Abidal, kami menuju meja makan.Setelah selesai makan, aku menggiring mereka kekamar untuk tidur siang.Mereka akhirnya tertidur pulas, aku keluar rumah untuk membeli bubur dan beberapa buah-buahan untuk ibu.***Di tengah perjalanan yang terik akhirnya aku menemukan tukang bubur, tanpa berlama-lama aku menghampirinya dan memesan satu bungkus bubur ayam." Mang buburnya satu bungkus ya "" Oke siap neng "Aku duduk dikursi sementara menunggu buburnya siap, tak lama aku melihat dua orang perempuan yang familiar, perempuan disebelahnya memakai seragam sekolah.Dia melintas disebrang jalan, aku terus mem
Ibu memintaku untuk membiarkan Evan masuk, dengan terpaksa aku membukakan pintu atas permintaan ibu, jika bukan karna ibu, aku tak akan membiarkan laki-laki itu masuk kerumah ini.Evanpun memasuki rumah kupersilahkan ia duduk diruang tamu, aku menuntun ibu masuk kedalam kamarnya.Dikamar aku berbicara dengan ibu, aku bertanya padanya kenapa dia membiarkan Evan masuk sedangkan ibu tau bahwa aku sangat membencinya, kukira juga ibu pasti membencinya." Bu. Kenapa ibu membiarkan ia masuk? "" Ibu tau kau membencinya, ibu juga sama bencinya denganmu, tapi dia juga memiliki hak atas anaknya. Jika kau melarangnya bagaimana perasaan anakmu? Dia pasti merindukan sosok ayah, apa kamu juga tidak merindukan ayahmu "" Tidak! Ayah pergi meninggalkan kita, aku takkan rindu dengannya "Air mataku berlinang namun kutahan, Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan hal itu, sejujurnya aku juga rindu dengan ayah.Aku pergi keluar dari kamar ibu, menemui Evan
Malam ini tidurku tak nyenyak, aku selalu terbangun setiap beberapa jam, aku adalah tipe orang yang tak bisa melupakan suatu masalah walau masalah itu sepele.Perilaku Yanti membuatku tak bisa tenang dan terus memikirkan, mau sampai kapan dia bersikap angkuh padaku? Padahal saat masih kecil kami sering main bersama, kenangan bersamanya membuatku rindu, rindu akan tingkah manisnya, mengapa waktu begitu cepat? Mengapa Yanti begitu cepat melupakan kenangan kami?dan itu semua membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak, aku terjaga selama beberapa jam, namun Sekitar pukul 03:30 kantuk menyerang tanpa sadar mataku menutup, entah mengapa diakhir malam tidurku sangat nyenyak sampai-sampai membuatku melewatkan sholat waktu subuh.***Hari ini aku bangun terlambat, aku bangun pukul 07:12 itupun masih mengantuk, tak ada yang membangunkanku, ibu juga pasti tidak bisa turun dari ranjangnya dan membangunkanku, aku tak belanja kebutuhan warung sehingga hari