***
Evan pov:
Aku masih berada di kampung halaman, aku tinggal di rumah orangtuaku. Saat ini aku bekerja sebagai penjual martabak, aku selalu menginginkan hal baru, bukan dalam pekerjaan saja, tapi dalam hal memilki pasangan juga. Menurutku hal baru itu menyenangkan dan tidak membuatku bosan.
mendengar kabar bahwa Kamila hamil dan sudah melahirkan, sudah berbulan-bulan aku tidak menjenguk keadaannya dan keadaan anakku.
Sebenarnya aku ingin berangkat ke Jakarta untuk menjenguk anakku dan kehamilannya yang kedua. namun aku ragu, di kehamilannya yang kedua ini, apa dia sungguh anakku? Apa dia hamil dengan laki-laki lain? Namun jika umur kehamilannya di perhitungkan pada saat kami pisah, dan itu tepat, berarti dia adalah anakku.
Back to Kamila:
Di pagi hari aku menjalankan aktifitasku, yaitu mengurus anak-anakku, mulai dari memandikannya sampai memberin
" Hai Mil? " Terdengar suara laki-laki menyapaku ketika aku sedang menyapu.Aku membalikkan tubuhku, ahh~ ternyata Billy rupanya.Aku membalas sapaannya dengan tersenyum, lalu aku mempersilahkannya untuk duduk." Mau minum apa? " Tanyaku.Dia menolaknya, dia tak ingin merepotkanku katanya, akupun ikut duduk di kursi sampingnya. Aku penasaran ada keperluan apa dia ingin bertemu? Aku menatap wajahnya seraya menunggunya bicara.Ekspresinya terlihat gugup, dan sepertinya ia malu untuk mengatakannya, aku jadi semakin penasaran." Mil? Kau kan sudah lama tidak bersuami, kau dan anak-anak mu pasti membutuhkan sosok kepala rumah tangga, Jika kau menerima, aku siap membiayai kehidupanmu dan anak-anakmu "Hah? Apa maksudnya? Apa dia bermaksud ingin menjalin hubungan denganku? Kenapa ini sangat tiba-tiba?Aku dilema harus membuat keputusan yang seperti apa. Aku masih tidak bisa melupakan Evan, tapi di sisi lain anakku membutuhkan so
Terdengar suara adzan subuh berkumandang, aku bangun dari tidur ku, berjalan ke kamar mandi, kemudian sholat subuh bersama ibu dan adik-adikku, namun salah satu adikku yaitu Yanti tak mau di bangunkan untuk sholat, karna dia susah sekali di bangunkan, kamipun sholat tanpanya.Aku menoleh ke arah kanan dan mengucap salam lalu menoleh ke arah kiri dan mengucap salam juga. Menandakan akhir dari kegiatan sholat.aku mencium tangan ibu, kemudian menadahkan tanganku dan berdoa pada Tuhan, dan memohon ampun padanya.Setelah selesai aku melipat mukenahku, dan menaruhnya di lemari.Ku lihat Ibu sedang memasak sarapan di dapur, aku menghampirinya berniat membantunya." Bu biar aku yang memasak telurnya ya? "" Tak usah, biar ibu saja. Kamu bangunkan adikmu takut sekolahnya terlambat! " tolak ibu lembut.Aku mengangguk kemudian berjalan menuju kamar Yanti.aku membuka pintu kamarnya, ternyata dia masih terlelap dalam tidurny
Saat aku memberi sarapan pada Abidal dan Tiara, ibu datang dari pasar dengan membawa beberapa kantung belanjaan yang berisikan sayur, bumbu dapur, ikan dan lainnya.Aku meletakkan sendok dan piring di atas meja, menghentikan aktifitasku menyuapi anakku sarapan. Dan berdiri kemudian menjangkau barang belanjaan ibu guna membantunya." Sudah biar ibu saja, kamu selesaikan aktifitasmu kasihan anakmu masih lapar "tolak ibu kemudian tersenyum pada Tiara dan Abidal.Aku pun melanjutkan menyuapi anakku sarapan.***Hari ini aku tidak membantu ibu jualan, karna hari ini Billy mengajakku jalan-jalan. Kami pergi ke sebuah taman hiburan, kedua anakku terlihat sangat gembira mereka berlari kesana kemari.Setelah sudah lelah bermain, kami mampir ke sebuah restoran kecil, kami memesan makanan lalu makan bersama.Billy terlihat bersenang-senang dengan anakku, dia pria yang baik, dia juga terlihat sepert
Aku dan anak-anak menunggu di pintu keluar, sementara Billy masih di kasir membayar belanjaan.Di malam hari ketika kami sampai di rumah, aku telah berjalan dengan Billy untuk waktu yang lama. Itu semua cukup untuk membuat aku dan anak-anak bahagia.Billy mengantarku pulang, setelah sampai di rumah. Aku menaruh tas belanjaanku di kamar, tak lupa juga menyerahkan oleh-oleh pada ibu dan adik-adikku."Duduk Bil, aku akan membuat kopi""Ya, terima kasih Mil"Billy duduk di kursi depan.Aku pergi ke dapur dan mulai membuat secangkir kopi, aku mencampur kopi bubuk dan gula yang telah ku ukur ke dalam gelas, tuangkan air panas dan aduk, kopi sudah siap.Aku membawanya ke Billy, saat berjalan ke ruang depan, aku mendengar suara seseorang yang familiar mengucap salam,"Assalamualaikum"lalu saya menjawabnya dengan suara yang sedikit lebih keras"Waalaikumsalam".Aku bergegas ke ruang depan, a
Mendengar pernyataan dari Dito bahwa dia mengaku sebagai pacarku, aku tercengang dan membulatkan mataku, aku menatap Dito dengan penuh tanda tanya.Dito tak menghiraukanku" maksud kamu apa To? Aku pacar kamu? Sejak kapan kita pacaran? "Billy menoleh kearahku, kemudian menatap Dito." Sejak dulu aku menyukaimu Mil! Apa kau tak sadar, selama ini aku berbuat baik padamu? " Jawab Dito." Jadi kau berbuat baik padaku karna ada maksud tertentu? Karna kamu suka padaku?"" Iya! Itu semua karna aku mencintaimu, tapi sekarang kenapa kamu malah menerima tamu lain? "" Aku tidak menyangka ternyata selama ini kebaikan mu padaku semua bohong!" suaraku lirih." Sekarang balikin semua yang udah aku berikan padamu! "Tak pernah terbesit di pikiranku, bahwa Dito melakukan hal semacam itu, Aku tertegun tak menyangka Dito melakukan ini.
Kini aku duduk melamun di kamarku, merenungkan nasibku yang tak pernah beruntung.Terkadang aku iri terhadap orang lain yang lebih beruntung, mereka mudah menjalani kehidupan tak pernah ada halangan, selalu terdukung oleh orang-orang disekitar.Ya Tuhan permudahkanlah jalan hidupku, beri saja aku satu keberuntungan.Aku paham, Bahwa setiap ujian yang Tuhan berikan takkan melewati batas kemampuanku.Evan pov:Dengan tiba-tiba aku teringat akan Kamila, bagaimana kabarnya?Terlebih lagi aku belum pernah menjenguk anak-anakku, Rasanya aku rindu namun aku terlalu malu untuk menampakan wajahku di hadapannya, bagaimana jika Kamila mengusirku dan anakku tidak mengenalku? Aku tau Kamila pasti sangat benci terhadapku.Namun setelah berhari-hari aku memikirkan hal ini, aku membulatkan tekad ku untuk datang menemuinya.
Aku sampai di depan rumah Kamila, kulihat Kamila membawa sepiring makanan dan memberikannya pada salah satu pelanggan disana. Aku jadi ragu dan malu untuk menghampirinya, apa aku harus memberanikan diri?Back to Kamila:Pikiranku kacau namun aku memaksakan diri untuk melayani pelanggan walau sudah ibu larang. Lagi-lagi aku melawan larangannya, namun kali ini demi kebaikan, aku tak tega jika hanya ibu yang bekerja sendirian.Jadi aku memutuskan untuk membantunya, aku mengantarkan piring berisikan nasi dan lauk berikut air minumnya pada pelanggan yang memesan.Ketika keluar untuk mengantarnya, aku melihat seorang pria yang tak asing bagiku tengah berdiri tak jauh dari rumah.Aku segera meletakkan pesanan lalu kembali ke dapur, aku menggebrak meja dapur dengan sangat marah." Mengapa aku harus melihat dia!? "Mendengar namanya saja membuatku muak, apalagi melihat wajahnya.Kenangan pah
Evan pov:Aku pulang dengan lesu, bagaimana mungkin Kamila yang dulu sangat lemah lembut sekarang jadi galak seperti itu, apa perasaannya padaku sudah benar-benar berubah?Meski begitu aku berusaha terlihat tegar di hadapan temanku." Van kamu habis dari mana? Dari rumah Kamila ya? "" Ti...tidak kata siapa? "" Sudah lah ngaku saja, lagi pula wajar kalau kamu rindu padanya "Aku hanya menunduk malu, dari dulu temanku tau bahwa aku tidak lemah terhadap wanita, namun kali ini aku lemah terhadap Kamila.Tak lama kami berbincang, mantanku datang.dari mana ia tau bahwa aku ada di sini?" Evannn..kamu kemana saja sayang, aku sangat rindu padamu "Kaila memeluk lenganku erat-erat, kami sudah lama tidak bertemu semenjak aku berangkat ke kampung, sejak saat itu aku tak lagi menghubungi Kaila ataupun Kamila." Hei! Lepaskan tanganku, lagi pula dari mana kamu tau aku ada disini!? "" Alex memberitahuku, jadi
Mengapa tiba-tiba dia mengatakan hal itu, dan dari mana dia tahu bahwa Kamila punya pasangan baru?" Aku sudah tahu, lagipula itu bukan urusanmu. Sekarang kamu minggir "Kali ini dia tidak menghalangi jalanku, mungkin karna kecewa aku telah lebih dulu mengetahui hal itu dan mengabaikannya.Dia hanya berdiri disana, aku menariknya keluar lalu menutup pintu.Kutinggalkan dia yang masih berdiri didepan pintu, aku tak menghiraukannya dan sama sekali tak peduli dengannya.***Pov:Siang ini Kamila dan ibunya sibuk memasak untuk berdagang, sedangkan Yanti tidak bersekolah karena libur, hari minggu.Adiknya yang lain membantu ini dan itu, sedangkan Yanti hanya duduk menikmati hari liburnya, tapi kemudian ia mulai bergerak saat teringat akan perintah semalam.Ia mulai beraks
Kamila membuyarkan lamunanku, dia mengajak pulang namun aku masih ingin berada didekatnya, tapi apa boleh buat. Akupun menurutinya dan mengantarkannya pulang.Back to Kamila:Malam ini aku sudah cukup senang, sudah lama aku tidak sebahagia ini, sejak masuk dalam dunia pernikahan yang kelam aku terus berduka.Dan mulai hari ini aku harus melupakan semuanya dan memulai kehidupan yang baru, tak seharusnya aku mengingat akan peristiwa menyakitkan itu.Cukup lama kami berada disini dan bersenang-senang, aku lelah jadi kupinta pada Billy untuk mengantarku pulang, namun ia terus melamun, wajahnya mengarah kepadaku, apa yang dia lamunkan?Aku membuyarkan lamunannya, melambai-lambikan tanganku didepan wajahnya." Hei..hei..Billy? Ayok kita pulang, mengapa kamu melamun? "" E..eh? I..iya ayok ""Aneh sekali pria
Dan yap, gelang berhasil mengenai boneka beruang itu, ishh menyebalkan sekali kenapa dia yang harus berhasil sih! Aku cemburu akan kemenangannya, bibirku terus manyun menandakan sebal dengan Billy." Yeaayyy " mereka bertiga bersorak.Billy memberi boneka itu pada Tiara dan Abidal dia melihat wajahku yang masam lalu berusaha menghiburku." Eemm kok manyun begitu bibirnya, cantiknya hilang kan..ayo dong tersenyum hiii "Aku melipat kedua tanganku, entah mengapa sikap ku tiba-tiba kekanak-kanakan.Billy lalu menghampiri penjual permen kapas, dia membelinya lalu menyerahkannya padaku." Apa ini!? Memangnya aku anak-anak? "" Kamu tau tidak? Permen kapas itu menggambarkan dirimu "Aku terdiam heran, menggambarkan aku? Maksudnya?" Rasa manis dalam permen kapas membuat orang tersenyum, maka j
Akupun tak bisa melarang keras, jadi kubiarkan ibu memutuskan keinginanya.Lama kami berbicara, Yanti baru keluar dari kamarnya penampilannya sangat rapih, ingin pergi kemana dia? Hari sudah mulai malam tapi dia masih ingin keluyuran.Dia meminta izin pada ibu untuk main dengan temannya, kebetulan malam ini adalah malam minggu, disetiap malam minggu diadakan sebuah pasar malam yang terletak di jl.Dermaga Raya tak jauh dari kawasan rumah kami.Ibu memperingati Yanti untuk tidak keluar malam-malam, tapi Yanti tetap menolak dengan alasan butuh hiburan, ibu juga tidak bisa mencegah anak untuk mencari kebahagiaannya.Karna jika orangtua mengekang maka mereka akan membangkang pada orangtuanya, oleh karena itu ibu mengizinkan Yanti untuk keluar dengan syarat harus pulang tidak lebih dari pukul 09:00.Yanti dengan riang keluar rumah, entah dengan siapa ia bersenang-senang, mungkin dengan
Aku hampir sampai ke pabrik, kulihat dari kejauhan para pekerja yang berada diluar sangat sibuk kesana kemari, apa aku harus kesana? Tapi aku ragu dan takut karna disana banyak sekali laki-laki, bahkan tak ada wanita disana.Aku mendekati pabrik lalu salah seorang pria menggodaku." Hai cantik, mau kemana "" Disini aja sama abang "" Kok sendirian? "Begitulah mereka menggodaku, aku agak takut dengan itu, dan merasa sangat tidak nyaman tapi aku mengabaikannya.aku nekad untuk masuk kedalam pabrik, aku menoleh kesana kemari mencari Billy." Dimana sih dia " aku bergumam.Lalu saat aku ingin masuk lebih dalam seseorang menarik tanganku, aku terkejut dan menghempaskan tangannya.aku menoleh kebelakang dan melihat siapa yang menarik tanganku, dan ternyata itu adalah Billy, orang yang kucari
Selesai mengurusi ibu, aku pergi kedapur lagi untuk memotong apel yang sudah kubeli untuk ibu." Assalamualaikum "Seseorang mengucap salam, aku segera kedepan untuk melihat siapa yang datang.Yanti membuka pintu lalu masuk, kulihat beberapa buku baru berada di tangannya, itu membuatku curiga pasti Kaila yang membelikannya, pantas saja tadi mereka menuju ke toko buku." Kamu baru pulang? "" Iya "" Dari mana semua buku itu? "" A..aku mengumpulkan u...uang untuk membeli buku ini "Yanti menjawab dengan terbata-bata, mungkin ia ingin merahasiakannya dariku dan tidak ingin memberitahuku bahwa Kaila membelikannya untukku.Apa Kaila yang melarang Yanti untuk memberitahuku? Aku sudah tahu sebelum dia menyembunyikannya, jadi aku tak begitu penasaran.Yanti masuk kedalam kamarnya, mungkin ia tak mau per
Lalu Ku alihkan pembicaraan dengan mengajaknya makan siang." Kita makan siang dulu yuk, setelah itu tidur. Sorenya kita main lagi "Mereka menurut, apalagi Tiara yang doyan makan. Nafsu makannya besar hingga tak heran jika pipinya gembul.Aku menggendong Tiara dan menggandeng Abidal, kami menuju meja makan.Setelah selesai makan, aku menggiring mereka kekamar untuk tidur siang.Mereka akhirnya tertidur pulas, aku keluar rumah untuk membeli bubur dan beberapa buah-buahan untuk ibu.***Di tengah perjalanan yang terik akhirnya aku menemukan tukang bubur, tanpa berlama-lama aku menghampirinya dan memesan satu bungkus bubur ayam." Mang buburnya satu bungkus ya "" Oke siap neng "Aku duduk dikursi sementara menunggu buburnya siap, tak lama aku melihat dua orang perempuan yang familiar, perempuan disebelahnya memakai seragam sekolah.Dia melintas disebrang jalan, aku terus mem
Ibu memintaku untuk membiarkan Evan masuk, dengan terpaksa aku membukakan pintu atas permintaan ibu, jika bukan karna ibu, aku tak akan membiarkan laki-laki itu masuk kerumah ini.Evanpun memasuki rumah kupersilahkan ia duduk diruang tamu, aku menuntun ibu masuk kedalam kamarnya.Dikamar aku berbicara dengan ibu, aku bertanya padanya kenapa dia membiarkan Evan masuk sedangkan ibu tau bahwa aku sangat membencinya, kukira juga ibu pasti membencinya." Bu. Kenapa ibu membiarkan ia masuk? "" Ibu tau kau membencinya, ibu juga sama bencinya denganmu, tapi dia juga memiliki hak atas anaknya. Jika kau melarangnya bagaimana perasaan anakmu? Dia pasti merindukan sosok ayah, apa kamu juga tidak merindukan ayahmu "" Tidak! Ayah pergi meninggalkan kita, aku takkan rindu dengannya "Air mataku berlinang namun kutahan, Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan hal itu, sejujurnya aku juga rindu dengan ayah.Aku pergi keluar dari kamar ibu, menemui Evan
Malam ini tidurku tak nyenyak, aku selalu terbangun setiap beberapa jam, aku adalah tipe orang yang tak bisa melupakan suatu masalah walau masalah itu sepele.Perilaku Yanti membuatku tak bisa tenang dan terus memikirkan, mau sampai kapan dia bersikap angkuh padaku? Padahal saat masih kecil kami sering main bersama, kenangan bersamanya membuatku rindu, rindu akan tingkah manisnya, mengapa waktu begitu cepat? Mengapa Yanti begitu cepat melupakan kenangan kami?dan itu semua membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak, aku terjaga selama beberapa jam, namun Sekitar pukul 03:30 kantuk menyerang tanpa sadar mataku menutup, entah mengapa diakhir malam tidurku sangat nyenyak sampai-sampai membuatku melewatkan sholat waktu subuh.***Hari ini aku bangun terlambat, aku bangun pukul 07:12 itupun masih mengantuk, tak ada yang membangunkanku, ibu juga pasti tidak bisa turun dari ranjangnya dan membangunkanku, aku tak belanja kebutuhan warung sehingga hari