"Biar saya antar, Bu," ucap Roy."Nggak perlu! Nggak sudi aku bersama sama orang yang munafik. Berapa kali aku berikan kamu kesempatan untuk menjaga anakku? Tapi semua nya seakan kamu abaikan dan kamu mengulang kesalahan terus. Dan bagiku ini sangat fatal, Roy. Kamu tak bisa dimaafkan. Cukup sampai di sini saja pernikahan kalian! Kamu memaksa untuk bisa terus sama anakku hanya membuat Reva makin sakit saja. Cepat katakan dimana Reva dirawat!" Bu Ningsih pun membentak Roy. Ia sudah muak berhadapan dengan Roy."Di rumah sakit Medika, Bu. Di ruang ICU," jawab Roy lirih."Apa? ICU? Kalau nggak sampai parah juga Reva nggak bakal ada di ruang ICU. Ya Tuhan. Malang sekali nasib kamu, Reva. Ayo, Yah, kita segera ke sana. Jangan percayakan anakku kita sama lelaki itu! Dia sama sekali tak bertanggung jawab. Pernikahan Reva selalu saja membawa sial untuk Reva. Kurang apa coba Reva memberikan cintanya. Cintanya terlalu membuat matanya buta dan tak tahu lagi apa yang dia rasakan kalau semua nya s
Malam harinya suster keluar dari ruang ICU. Bu Ningsih sedang menunggu Reva kemudian bangkit. "Maaf, apakah ada keluarga pasien?" tanyanya."Saya ibunya. Bagaimana kondisi anak saya?' Balas Bu Ningsih. "Oh, pasien sudah sadar. Hanya satu keluarga yang bisa masuk ke dalam,'' jawab Suster. Bu Ningsih segera masuk ke dalam bersama dengan suster. Ia mengenakan pakaian khusus agar Reva juga tak terkontaminasi dari luar ruangan yang sudah di set steril. Tak lupa juga Bu Ningsih memakai hand sanitizer sebelum bertemu dengan Reva."Ibu," lirih Reva."Kamu sudah sadar, Reva? Sejak tadi aku menunggu kamu sadar. Dan syukur lah kamu sudah sadar. Apa yang kamu keluhkan?" tanya Bu Ningsih "Nggak ada, Bu. Cuma terasa kram di perut saja," jawab Reva."Kamu cepat sembuh, ya? Setelah pulang dari rumah sakit aku akan bawa kamu ke kampung. Dan tak usah lagi kamu di kota. Kamu justru terlalu banyak celaka di kota. Lebih baik kamu hidup di kampung dan aku tetap bisa mengawasi kamu. Karena suamimu terlal
"Ibuku menyuruh aku untuk pulang ke kampung, Roy. Aku nggak mau," ucap Reva."Sudah, kamu jangan kepikiran apapun! Yang paling penting saat ini adalah kondisi kamu dulu saja. Sebentar lagi kamu akan dipindahkan ke ruang rawat inap biasa. Jadi bisa lebih leluasa. Apa kamu ada keluhan?" tanya Roy. Meskipun tak tanya, Roy sudah merasa kalau Reva sebenarnya merasa sakit di perutnya tentunya. Apalagi setelah operasi juga sudah habis obat bias dan menurut masa pemulihan setelah operasi kurang lebih satu bulan. Hampir sama seperti operasi caesar. Hanya ini lebih parah karena sampai organ usus. Dimana organ pencernaan juga sampai terluka. Reva harus benar-benar bedrest. Dan ia juga dipasang alat khusus karena ususnya juga belum berfungsi dengan baik. Sehingga mungkin Reva agak kesulitan bergerak karena begitu banyak alat yang terpasang pada tubuhnya.Tak lama kemudian Reva dipindahkan ke ruang rawat inap dengan fasilitas satu bed pasien, satu bed penunggu, satu sofa bed, Ruang keluarga, Over
"Iya, perasaanku tak tenang kepikiran sama kamu, Reva. Jadi aku datang untuk menengok. Tapi perasaan Ibu mungkin kuat jadi tak tenang melihat kamu sakit. Selain Jagung, ibu dan ayah juga bawa pisang dan Ubi. Itu Bi Ira bawa pisang juga ke sini. Ada roti pisang juga. Bi Ira pandai sekali mengolah makanan. Karena sebentar lagi pisang itu juga akan membusuk kalau tidak segera dimakan." Bu Ningsih juga sambil menyuapi Reva.Dokter datang hendak memeriksa Reva. Wajah tampannya lengkap dengan senyum menambah kharisma ketampanan nya. "Bu Reva, apa kabar?" tanya dokter."Baik, Dok. Ini lagi makan puding jagung," jawab Reva."Iya bagus itu. Kalau memang tak mau makanan dari rumah sakit juga nggak apa-apa. Hanya saja makanannya harus halus ya. Mirip seperti bubur. Dan biar bisa cepat pulih bisa makan makanan dari bahan-bahan seperti Daging ayam dan telur, Ikan kaya asam lemak omega-3, Tahu dan tempe, Alpukat, Sayuran hijau, Wortel, Buah beri dan Roti gandum utuh. Apakah Bu Reva ada alergi terh
"Uhuk, uhuk, uhuk." Bu Wendah yang sedang makan tersedak mendengar ucapan putra bungsu nya. Meskipun ia kini ada di meja makan.Roy pun mendengar kalau ibunya batuk di dalam."Kalau begitu aku pun akan membantu kamu. Ini sudah perbuatan sangat kriminal," sahut Pak Toni."Iya. Kalau begitu aku pamit dulu, Yah,'' balas Roy.Bu Wendah menghampiri suaminya. "Ada apa sih?" "Reva di tusuk sama orang yang nggak dikenal. Roy mencoba mencari tahu. Apakah ibu tahu?" balas Pak Toni.Bu Wendah menaikkan bahunya dan menggeleng tanda tak tahu. Ia beralih dari tempat nya saat ini. Ia sebenarnya sedikit khawatir. Karena yang ia tahu kalau suaminya bertindak pasti akan ketahuan juga. Masalah di masa lalu dengan mudah Pak Toni ungkap meskipun sebenarnya hal itu sulit. Apalagi cuma mencari tahu siapa yang menyuruh orang untuk menusuk Reva. Itu bahkan bisa dibilang pasti akan ketahuan.Bu Wendah tahu kalau Mila sudah dibebaskan dari penjara. Sesuai permintaan nya dan Dewi juga Mila tak mengatakan apap
Roy datang ke rumah sakit. Ia membawa kabar gembira sekaligus mengejutkan untuk Reva. Ia melihat mertua dan adik iparnya sedang berada di dalam kamar rawat inap Reva."Ngapain kamu ke sini?" Sambutan Bu Ningsih sudah Roy duga. Ia tak marah kepada ibu mertuanya itu."Bu, dia kan suamiku. Jadi sudah sewajarnya dia ke sini," sahut Reva."Maaf, Bu. Saya memang mau melihat kondisi Reva. Dan sekaligus mau bicara sama Reva juga. Saya sudah mengantongi siapa yang menusuk Reva," jawab Roy.Semua mata pun tertuju pada Roy. "Yang benar kamu? Siapa?" tanya Reva."Mila," jawab Roy singkat.Mata Reva membulat sempurna. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja suaminya katakan. "Apa? Mila?""Iya, Mila. Orangnya ayah sudah mengatakan kalau Mila yang menyuruh orang untuk menusuk kamu. Itu semua drama Mila dengan berbagai tuduhan yang mengarah pada Mila. Serta orang yang menusuk kamu juga sudah ditangkap polisi dan mengatakan kalau menyuruh dia adalah Mila," jelas Roy.Dada Reva seakan sesak. Ia tak
"Iya, hati-hati!" sahut Reva."Itu ada lalapan, tadi ayahmu beli. Makan saja! Karena aku juga nggak selera mau makan," ucap Bu Ningsih menunjuk ke arah box makan yang ada di meja.Mega akhirnya memilih untuk ke kantin saja sambil jalan-jalan. Rumah sakit bagi Mega sudah akan menjadi kebiasaan. Ia yang bercita-cita jadi dokter sudah harus mulai siap melihat orang sakit. Tetapi kalau melihat kakaknya terluka seperti itu ia masih belum bisa. Itu masih ditangani oleh dokter spesialis. Sedangkan ia masih berstatus sebagai mahasiswa sarjana strata satu kedokteran.Belum sampai ke kantin tak sengaja Mega menabrak seseorang sampai ia sendiri yang terjatuh. "Aduh," keluhnya."Maaf, kamu nggak apa-apa?" tanya orang yang ditabrak oleh Mega tadi. Mega melongok melihat siapa yang ia tabrak. "Ah, Ivan? Kamu Ivan, bukan?" tanya Mega memastikan. Ia kemudian dibantu untuk berdiri."Ya, aku Ivan. Kamu Mega? Kenapa ada di sini?" balas Ivan. Ia adalah salah teman Mega di kampus. Ivan mengenakan kaos obl
"Mila katakan saja apa yang ada kalau kamu memahami disuruh orang untuk menusuk Reva! Sudah kurang apa dia sama kita?" desakan Tio. Ia merasa bersalah kalau istrinya seperti itu. Ia merasa gagal menjadi suami kalau membiarkan istrinya seperti itu."Kamu ngomong apa sih? Aku nggak melakukan apapun kok,'' kilah Mila yang tak pernah berubah sejak awal meskipun orang yang telah menusuk Reva juga sudah ditangkap. Rupanya mulut Mila ini terkunci dengan rapat sehingga ia tak goyah meskipun sudah ditangkap dua kali. Dan mungkin yang kali ini ia akan benar-benar ditahan sebagai tersangka. Hanya saja otak dalam masalah ini belum disebutkan oleh Mila.Roy merasa sangat marah tetapi ia juga harus meredam emosinya. Ia tak mungkin harus menghajar Mila. Kalau menuruti nafsu tentu ia sudah melakukan itu. Karena kalau itu terjadi justru masalah baru terjadi. Ia bisa dilaporkan dalam kasus tindak penganiayaan. Tetapi baginya Mila terlalu menyebalkan. Ia memilih untuk pulang sementara waktu. Entah kenap