Beranda / Romansa / Tamu Di Rumah / Mulai membaik

Share

Mulai membaik

Penulis: Akina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kalau ada pekerjaan yang mudah mendatangkan uang kenapa nggak dari dulu saja sih?" gumam Mila dengan merasa penuh percaya diri.

Setelah semuanya selesai ia menyewa pick up untuk membawa semua barang belanjaan ke rumah baru nya. Ia pun meminta bantuan orang dari toko tadi untuk mengangkut barang-barang yang menurutnya berat. Jadi ia hanya membawa barang yang ringan saja.

Tepat pukul dua belas siang semuanya telah beres. Ia kemudian bisa tidur di tempat tidur baru yang baru saja ia beli tadi di pasar. "Uh, capek banget deh," keluhnya.

Baru saja ia berbaring tiba-tiba terdengar pintu diketuk.

Tok tok tok.

"Siapa sih? Nggak tahu orang lagi capek,'' gerutu Mila. Ia kemudian beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu. Ia melihat beberapa orang bertubuh kekar berada di depannya. "Mau cari siapa?" tanyanya sedikit takut.

"Kami mau bertemu sama yang bernama Mila," jawab salah satu lelaki kekar yang ada di hadapan Mila.

"Sa-saya yang bernama Mila. Ada apa?" tanya Mila. Hatinya menciut karen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tamu Di Rumah   Orang tua Reva datang

    "Oh, masih keluar. Ya sudah, kita tunggu Reva datang saja," sahut Bu Ningsih. Ia tak menaruh curiga. Ia memang ingin datang ke kota untuk bertemu dengan Reva. "Iya, silakan duduk di dalam, Pak, Bu. Saya buatkan minum dulu," ucap Bi Ira kemudian masuk ke dalam. Sembari Ia masih bingung harus mengatakan apa sama mereka tentang Reva. Bi Ira kemudian keluar membawa minuman jeruk serta makanan ringan. Serta kue kering yang diproduksi oleh tokonya Reva sendiri. "Jadi apa ini kue yang diproduksi Reva?" tanya Bu Ningsih. Ia tahu karena Reva sempat memberikan kabar kalau dirinya membuka toko kue kering. Jadi ia juga sedikit penasaran bagaimana kue yang dihasilkan Reva. Yang ia tahu Reva tak pernah bisa membuat kue."Iya, Bu. Itu salah satu dari kue yang diproduksi oleh Bu Reva," jawab Bi Ira. Ia seminimal mungkin untuk menjawab agar tidak sampai salah bicara. Dalam hatinya berdoa agar Roy cepat pulang dan bisa menjelaskan sendiri bagaimana kondisi Reva."Apakah Reva masih lama? Kan dia puny

  • Tamu Di Rumah   'Pagar'

    "Biar saya antar, Bu," ucap Roy."Nggak perlu! Nggak sudi aku bersama sama orang yang munafik. Berapa kali aku berikan kamu kesempatan untuk menjaga anakku? Tapi semua nya seakan kamu abaikan dan kamu mengulang kesalahan terus. Dan bagiku ini sangat fatal, Roy. Kamu tak bisa dimaafkan. Cukup sampai di sini saja pernikahan kalian! Kamu memaksa untuk bisa terus sama anakku hanya membuat Reva makin sakit saja. Cepat katakan dimana Reva dirawat!" Bu Ningsih pun membentak Roy. Ia sudah muak berhadapan dengan Roy."Di rumah sakit Medika, Bu. Di ruang ICU," jawab Roy lirih."Apa? ICU? Kalau nggak sampai parah juga Reva nggak bakal ada di ruang ICU. Ya Tuhan. Malang sekali nasib kamu, Reva. Ayo, Yah, kita segera ke sana. Jangan percayakan anakku kita sama lelaki itu! Dia sama sekali tak bertanggung jawab. Pernikahan Reva selalu saja membawa sial untuk Reva. Kurang apa coba Reva memberikan cintanya. Cintanya terlalu membuat matanya buta dan tak tahu lagi apa yang dia rasakan kalau semua nya s

  • Tamu Di Rumah   Reva Sadar

    Malam harinya suster keluar dari ruang ICU. Bu Ningsih sedang menunggu Reva kemudian bangkit. "Maaf, apakah ada keluarga pasien?" tanyanya."Saya ibunya. Bagaimana kondisi anak saya?' Balas Bu Ningsih. "Oh, pasien sudah sadar. Hanya satu keluarga yang bisa masuk ke dalam,'' jawab Suster. Bu Ningsih segera masuk ke dalam bersama dengan suster. Ia mengenakan pakaian khusus agar Reva juga tak terkontaminasi dari luar ruangan yang sudah di set steril. Tak lupa juga Bu Ningsih memakai hand sanitizer sebelum bertemu dengan Reva."Ibu," lirih Reva."Kamu sudah sadar, Reva? Sejak tadi aku menunggu kamu sadar. Dan syukur lah kamu sudah sadar. Apa yang kamu keluhkan?" tanya Bu Ningsih "Nggak ada, Bu. Cuma terasa kram di perut saja," jawab Reva."Kamu cepat sembuh, ya? Setelah pulang dari rumah sakit aku akan bawa kamu ke kampung. Dan tak usah lagi kamu di kota. Kamu justru terlalu banyak celaka di kota. Lebih baik kamu hidup di kampung dan aku tetap bisa mengawasi kamu. Karena suamimu terlal

  • Tamu Di Rumah   Puding Jagung

    "Ibuku menyuruh aku untuk pulang ke kampung, Roy. Aku nggak mau," ucap Reva."Sudah, kamu jangan kepikiran apapun! Yang paling penting saat ini adalah kondisi kamu dulu saja. Sebentar lagi kamu akan dipindahkan ke ruang rawat inap biasa. Jadi bisa lebih leluasa. Apa kamu ada keluhan?" tanya Roy. Meskipun tak tanya, Roy sudah merasa kalau Reva sebenarnya merasa sakit di perutnya tentunya. Apalagi setelah operasi juga sudah habis obat bias dan menurut masa pemulihan setelah operasi kurang lebih satu bulan. Hampir sama seperti operasi caesar. Hanya ini lebih parah karena sampai organ usus. Dimana organ pencernaan juga sampai terluka. Reva harus benar-benar bedrest. Dan ia juga dipasang alat khusus karena ususnya juga belum berfungsi dengan baik. Sehingga mungkin Reva agak kesulitan bergerak karena begitu banyak alat yang terpasang pada tubuhnya.Tak lama kemudian Reva dipindahkan ke ruang rawat inap dengan fasilitas satu bed pasien, satu bed penunggu, satu sofa bed, Ruang keluarga, Over

  • Tamu Di Rumah   Bubur terus

    "Iya, perasaanku tak tenang kepikiran sama kamu, Reva. Jadi aku datang untuk menengok. Tapi perasaan Ibu mungkin kuat jadi tak tenang melihat kamu sakit. Selain Jagung, ibu dan ayah juga bawa pisang dan Ubi. Itu Bi Ira bawa pisang juga ke sini. Ada roti pisang juga. Bi Ira pandai sekali mengolah makanan. Karena sebentar lagi pisang itu juga akan membusuk kalau tidak segera dimakan." Bu Ningsih juga sambil menyuapi Reva.Dokter datang hendak memeriksa Reva. Wajah tampannya lengkap dengan senyum menambah kharisma ketampanan nya. "Bu Reva, apa kabar?" tanya dokter."Baik, Dok. Ini lagi makan puding jagung," jawab Reva."Iya bagus itu. Kalau memang tak mau makanan dari rumah sakit juga nggak apa-apa. Hanya saja makanannya harus halus ya. Mirip seperti bubur. Dan biar bisa cepat pulih bisa makan makanan dari bahan-bahan seperti Daging ayam dan telur, Ikan kaya asam lemak omega-3, Tahu dan tempe, Alpukat, Sayuran hijau, Wortel, Buah beri dan Roti gandum utuh. Apakah Bu Reva ada alergi terh

  • Tamu Di Rumah   Mega Datang menjenguk

    "Uhuk, uhuk, uhuk." Bu Wendah yang sedang makan tersedak mendengar ucapan putra bungsu nya. Meskipun ia kini ada di meja makan.Roy pun mendengar kalau ibunya batuk di dalam."Kalau begitu aku pun akan membantu kamu. Ini sudah perbuatan sangat kriminal," sahut Pak Toni."Iya. Kalau begitu aku pamit dulu, Yah,'' balas Roy.Bu Wendah menghampiri suaminya. "Ada apa sih?" "Reva di tusuk sama orang yang nggak dikenal. Roy mencoba mencari tahu. Apakah ibu tahu?" balas Pak Toni.Bu Wendah menaikkan bahunya dan menggeleng tanda tak tahu. Ia beralih dari tempat nya saat ini. Ia sebenarnya sedikit khawatir. Karena yang ia tahu kalau suaminya bertindak pasti akan ketahuan juga. Masalah di masa lalu dengan mudah Pak Toni ungkap meskipun sebenarnya hal itu sulit. Apalagi cuma mencari tahu siapa yang menyuruh orang untuk menusuk Reva. Itu bahkan bisa dibilang pasti akan ketahuan.Bu Wendah tahu kalau Mila sudah dibebaskan dari penjara. Sesuai permintaan nya dan Dewi juga Mila tak mengatakan apap

  • Tamu Di Rumah   Kehangatan keluarga

    Roy datang ke rumah sakit. Ia membawa kabar gembira sekaligus mengejutkan untuk Reva. Ia melihat mertua dan adik iparnya sedang berada di dalam kamar rawat inap Reva."Ngapain kamu ke sini?" Sambutan Bu Ningsih sudah Roy duga. Ia tak marah kepada ibu mertuanya itu."Bu, dia kan suamiku. Jadi sudah sewajarnya dia ke sini," sahut Reva."Maaf, Bu. Saya memang mau melihat kondisi Reva. Dan sekaligus mau bicara sama Reva juga. Saya sudah mengantongi siapa yang menusuk Reva," jawab Roy.Semua mata pun tertuju pada Roy. "Yang benar kamu? Siapa?" tanya Reva."Mila," jawab Roy singkat.Mata Reva membulat sempurna. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja suaminya katakan. "Apa? Mila?""Iya, Mila. Orangnya ayah sudah mengatakan kalau Mila yang menyuruh orang untuk menusuk kamu. Itu semua drama Mila dengan berbagai tuduhan yang mengarah pada Mila. Serta orang yang menusuk kamu juga sudah ditangkap polisi dan mengatakan kalau menyuruh dia adalah Mila," jelas Roy.Dada Reva seakan sesak. Ia tak

  • Tamu Di Rumah   Makan di kantin

    "Iya, hati-hati!" sahut Reva."Itu ada lalapan, tadi ayahmu beli. Makan saja! Karena aku juga nggak selera mau makan," ucap Bu Ningsih menunjuk ke arah box makan yang ada di meja.Mega akhirnya memilih untuk ke kantin saja sambil jalan-jalan. Rumah sakit bagi Mega sudah akan menjadi kebiasaan. Ia yang bercita-cita jadi dokter sudah harus mulai siap melihat orang sakit. Tetapi kalau melihat kakaknya terluka seperti itu ia masih belum bisa. Itu masih ditangani oleh dokter spesialis. Sedangkan ia masih berstatus sebagai mahasiswa sarjana strata satu kedokteran.Belum sampai ke kantin tak sengaja Mega menabrak seseorang sampai ia sendiri yang terjatuh. "Aduh," keluhnya."Maaf, kamu nggak apa-apa?" tanya orang yang ditabrak oleh Mega tadi. Mega melongok melihat siapa yang ia tabrak. "Ah, Ivan? Kamu Ivan, bukan?" tanya Mega memastikan. Ia kemudian dibantu untuk berdiri."Ya, aku Ivan. Kamu Mega? Kenapa ada di sini?" balas Ivan. Ia adalah salah teman Mega di kampus. Ivan mengenakan kaos obl

Bab terbaru

  • Tamu Di Rumah   Kebahagiaan

    "Akhirnya kamu menikah, Mega," ucap Reva. Kandungan Reva sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya menunggu waktu lahir saja. Meskipun sebenarnya dokter tidak menyarankan untuk melakukan perjalanan perjalanan terutama jalan yang tidak rata. Tetapi Reva tetap memaksa untuk bisa datang di acara pernikahan adiknya."Terima kasih, kak. Ini juga semua berkat kak Reva. Sudah meyakinkan aku kalau jodoh tak akan kemana," sahut Mega. "Kamu harus raih cita-cita mu jadi dokter loh," peringat Reva."Tentu, kak. Aku akan fasilitasi Mega di rumah sakit yang aku pegang saat ini. Aku akan wujudkan cita-cita Mega untuk bisa jadi dokter. Kalau Mega mau aku akan menyekolahkan dia jadi dokter spesialis," sahut Ivan. Ia tak sengaja mendengar obrolan istri dan kakak iparnya."Iya, kamu jaga baik-baik adikku ya, Ivan! Aku harap kamu bisa mengerti dia kalau masih bersikap seperti anak kecil. Karena pada dasarnya Mega ini adalah anak yang manja yang kemudian tiba-tiba berstatus menjadi istri orang," tita

  • Tamu Di Rumah   Pernikahan Mega

    Satu minggu kemudian.Bu Ningsih sudah memulai aktivitas kembali. Dia membuka warungnya seperti biasa. Para pelanggan pun juga sudah berdatangan ke warungnya. Ada orang yang kebetulan lewat dan makan di sana. Ia ini dikirimkan oleh Ayahnya Ivan."Bu, nasi campur satu," pesan seorang tadi. "Lauk apa, Pak?" tanya Bu Ningsih."Telur pakai sayur nangka muda saja, Bu," jawab orang tadi.Bu Ningsih pun mengantarkan pesanan itu untuk orang tadi. "Bu, kok sering tutup sih warungnya?" tanya orang tadi."Ya, ada beberapa hal di kota dan harus diselesaikan." Bu Ningsih tak tertarik dengan obrolan dari pelanggan nya tersebut. Karena tak banyak respon akhirnya orang tadi pun diam. Tak berselang lama orang tua Ivan pun yang datang. Mereka memesan di warung Bu Ningsih tetapi masih memakai masker. Setelah selesai makan pun Ayahnya Ivan hendak membayar. "Berapa semua, bu?" "Empat puluh ribu rupiah, Pak,'' jawab Bu Ningsih. Ayahnya Ivan memberikan uang seratus ribu. Dan hendak mengembalikan Ay

  • Tamu Di Rumah   Surat dari Bu Wendah

    "Sebenarnya apa penyebab ibu saya meninggal?" tanya Roy pada petugas lapas."Jadi beberapa minggu terakhir ini ibu Anda memang sakit dan sudah beberapa kali juga kami antar ke rumah sakit. Tetapi kami menyarankan untuk memberitahukan pada pihak keluarga. Tetapi Bu Wendah menolak dan ingin merahasiakan semua penyakit nya dari keluarga. Menurutnya dia malu pada keluarga nya. Jadi lebih memilih untuk diam. Dan tadi malam kondisi Bu Wendah benar-benar menurun. Kami akan bawa ke rumah sakit dia menolak. Dia tetap ingin berada di sini dan justru menitipkan surat pada pihak kami. Lalu tadi pagi kata temannya Bu Wendah saat akan dibangunkan suhu tubuhnya sudah dingin dan tak sadarkan diri. Kami periksa dan ternyata sudah meninggal sejak tadi malam," terang petugas lapas panjang lebar.Roy dan ayahnya saling memandang. Mereka selama ini tak tahu kalau ternyata Bu Wendah sakit. Mereka hanya bisa menerima takdir. Tetapi sebuah surat yang dititipkan pada petugas lapas diterima Roy. Begini lah i

  • Tamu Di Rumah   Berita duka

    Reva merencanakan untuk mengadakan acara tujuh bulanan. Acara ini memang sengaja ia gelar untuk keselamatan ibu dan bayi serta juga media untuk berbagi sesama. Melihat kebahagiaan orang membuat Reva juga bahagia. Reva melihat kebahagiaan para tamu undangan dan diberikan hampers berupa kue dari tokonya. Ia merasa tak akan rugi membagikan itu semua. Ini adalah jalan untuk berbagi dan memperkenalkan secara luas kue buatannya. Bu Ningsih dan Pak Haris juga datang. Begitu juga dengan Pak Toni selaku ayah dari Roy. Kehangatan keluarga besar itu pun sangat terasa. Begitu juga dengan para anak panti asuhan yang sengaja diundang hadir oleh Reva. Kali ini Roy juga lebih senang karena ada perwakilan keluarga nya yang hadir di acara perayaan tujuh bulanan. Segala doa dilanjutkan dan minta diberikan keselamatan sampai anak Reva lahir. Kalau pun sudah lahir Reva dan bayinya juga didoakan untuk bisa sehat terus. Dan menjelang sore pun semua tamu undangan pulang. Reva mengadakan acara tujuh bulan

  • Tamu Di Rumah   laki-laki

    Reva tahu bagaimana perasaan adiknya. Ia memang tak pernah ada di posisi Mega. Hanya saja ia pernah ditolak oleh orangtua nya dan memilih untuk pergi dari rumah karena ingin mengejar cintanya pada Roy. Apakah Reva akan memberikan nasihat seperti itu pada Mega? Tentu saja tidak. Reva hanya ingin pengalaman di masa lalunya tidak terulang untuk adiknya. Karena Mega sebenarnya anak penurut tidak seperti Reva yang lebih bar bar. Apalagi Mega juga tak pernah macam-macam. Sehingga Mega akan tetap menurut apa kata orang tuanya. Baginya keputusan orang tuanya adalah hal yang baik baginya. Karena baginya ridho tuhan ada pada orang tuanya."Kak, apakah aku memang tidak berjodoh dengan Ivan?" tanya Mega lirih."Kalau jodoh nggak akan kemana kok. Kamu lihat aku kan? Bagaimana aku bisa mendapatkan restu ibu untuk bisa menikah dengan Roy? Pada saat Roy sudah jadi menantunya pun juga masih diuji dengan berbagai masalah. Tidak hanya sampai situ, Mega! Kamu harus berdoa dan berusaha selagi kamu bisa,"

  • Tamu Di Rumah   Dibohongi

    Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau

  • Tamu Di Rumah   Berbohong

    Reva menghela napas. Ia ingat betul saat pernikahan pertama nya dengan Tio yang kandas di usia pernikahan yang tergolong masih baru. Tapi apalah daya. Sekelas mungkin Reva berusaha tetapi Tio lah yang membawa tamu ke rumah. Tamu itu adalah madunya. Reva juga ingin menikah sekali seumur hidup. Tetapi ternyata keinginan nya tak tercapai. Ia baru merasakan kebahagiaan sebenarnya setelah menikah dengan Roy."Sebenarnya kalau sulit tidak. Hanya saja perlu adanya komitmen yang kuat antara kedua belah pihak. Kamu tahu kan aku juga pernah gagal di pernikahan ku yang pertama?" Mega terhenyak. Ia menyadari memang kakaknya pernah gagal dalam pernikahan pertama. "Iya, kak. Aku mengerti.""Kamu sudah yakin sama Ivan?" tanya Reva meyakinkan. "Sudah, kak. Aku memang suka sih sama Ivan. Tapi mana mungkin aku berani mengatakan kalau aku suka sama dia. Tapi ternyata Ivan juga suka sama aku. Aku nggak percaya akan hal itu,'' jawab Mega."Ya sudah kalau kamu memang yakin. Masalah pekerjaan itu bukan la

  • Tamu Di Rumah   Mega dilamar

    Mereka pun duduk bersama di ruang tamu. Hanya Reva saja yang masih belum hadir di sana. "Mega, ngomong-ngomong kakakmu nggak pulang?" tanya Ivan."Ada, dia sedang tidur. Baru datang tadi pagi. Maklum ibu hamil begitu," jawab Mega. Sebenarnya ia malu kalau berbicara dengan Ivan di hadapan keluarga mereka masing-masing. "Yah, maksud kedatangan kami ini untuk melamar Mega, Pak, Bu. Ivan ini memang anak kami satu-satunya. Dia ingin menikahi Mega. Tetapi seperti yang Ivan katakan kalau dia hanyalah office boy. Apakah Bapak dan Ibu setuju?" tanya ayahnya Ivan."Sejak awal Mega mengatakan kami memang tidak keberatan dengan pekerjaan apapun. Kami juga dari kampung dan saya juga hanya membuka warung di sini. Bukan lah orang kaya. Yang penting pekerjaan halal dan Ivan juga serius dengan Mega bagi kami tak masalah," jawab Bu Ningsih.Orang tua Ivan pun saling memandang. Mereka saling melemparkan senyum. "Hanya saja untuk menikah kami sarankan untuk menunggu minimal Mega lulus kuliah, Pak. Kan

  • Tamu Di Rumah   Pulang Kampung

    Roy mengajak Reva makan di tempat yang Reva inginkan yaitu di ayam geprek. Roy memesan tempat yang nyaman untuk Reva. Reva kemudian memesan ayam geprek level satu meskipun sebenarnya Reva ingin yang super pedas. Tetapi ia tahu kalau Roy tak akaN mengizinkan. Dan kalau pun memaksa dirinya lah yang akan sakit perut sendiri. Tak berselang lama pesanan Reva pun tiba. Ia sudah tak sabar untuk makan ayam krispi yang digeprek lengkap dengan sambal. Ia ingin makan dengan segera. Setelah datang pun Reva tak lupa berdoa agar ia makan juga baik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungan nya. Roy hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sang istri. Ia juga ikut makan di samping Reva. Reva makan dengan lahap dan tak butuh waktu lama ayam geprek dan nasi pun sudah ludes. "Enak banget nih," ucap Reva setelah selesai mencuci tangan."Mau dibawa pulang juga?" usul Roy."Boleh tuh." Reva dengan semangat untuk membawa pulang ayam geprek. Reva dan Roy pun pulang. Reva merasa lelah. Ia but

DMCA.com Protection Status