Share

Keputusan

Penulis: Akina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sini, Bi. Makasih banyak,” kata Reva, mengambil alih tas yang berada di tangan Bi Ira.

“Hati-hati di jalan Reva. Pak jangan membawa mobil ngelantur, ya!” pesan Bi Ira membuat Reva terkekeh pelan

Reva bersalaman kepada Bi Ira, lantas memasuki mobil. Sebelum berangkat, Reva melambaikan tangannya kepada Bi Ira.

“Kalau sudah sampai, kabari bibi, ya.”

***

“Halo?”

“Bi apakah Reva sudah berangkat?”

“Sudah, den.”

“Baik terimksih!”

Tut!

Roy memutuskan sambungan sepihak, dia menghembuskan nafasnya dengan pasrah. Sungguh dia sangat tidak ingin, jika Reva balik ke kampung.

“Tidak apa Roy, satu Minggu lagi kita akan pulang ke rumah Reva, dan melamarnya,” gumam Roy dengan senang, senyum yang terlihat sangat senang.

Roy menatap kalender kecil yang nerada diatas mejanya, dia melingkari satu tanggal. Dia tersenyum, tidak menyangka jika apa yang dia lakukan sudah berhasil dengan mulus.

Lain halnya dengan Reva, ia masih berada di jalan. Reva menatap ke luar jendela, melihat pemandangan yang sangat inda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tamu Di Rumah   Make Up

    “Permisi, ini benar rumah Reva?” tanya seorang pengrias, kepada Mega yang berada di hadapannya.Mega dengan cepat menganggukkan kepalanya. “Iya, silahkan masuk,” jawab Mega. Dia sudah mengira jika itu adalah pengrias Reva, yang akan mempercantik kakaknya tersebut.“Siapa yang datang Mega?” tanya sang ibu, yang mempersiapkan makanan kecil di dapur.“Pengrias kak Reva, Bu!” Jawab Mega.Mega pun mengantarkan pengrias kedalam kamar Reva, Reva nampak baru selesai mandi dan pengrias tersenyum melihat Reva yang sangat cantik.“Wajahmu sangat cantik walau belum dirias, ahh aku tak bisa membayangkan bagaimana wajahmu sudah di rias nanti,” ujar Pengrias kagum, membuat Reva tersenyum canggung.“Tidak ada, kamu juga cantik,” jawab Reva.“Mau rias sekarang?” Tanya Pengrias.Reva hanya menganggukan kepalanya, pengrias menyiapkan alat-alat yang akan dipakai. Ditaruhnya diatas meja yang ada di kamar Reva. Reva memakaikan wajahnya pelembab sendiri, karena memakai pelembab pribadi. Pengrias mempersiap

  • Tamu Di Rumah   Acara Lamaran

    Pintu terbuka menampilkan Reva yang sudah duduk di meja rias, ibunya tersenyum melihat Reva yang sangat cantik. “Sangat cantik sekali anak ibu,” ujar ibu Reva dari ujung pintu.Reva tersenyum mendengarnya. “Makasih ya Bu.” Ibu Reva menganggukan kepalanya.“Mega, kamu dengarkan jika nanti ada yang datang. Ibu mau mandi dulu, lalu bersiap-siap,” pesan Ibu Reva, dibalas acungkan jempol oleh Mega. Ibu Reva pergi dari hadapan mereka, Mega pun mengambil ponselnya dan mengajak Reva untuk berfoto.“kau sangat cantik sekali,” ujar Mega, menatap hasil potretan mereka berdua. Reva tersenyum, dia melihat bagaimana hasilnya. “Kau juga sangat cantik.” Mega menaruh ponselnya, dan memegang kedua pundak Reva, sambil tersenyum dengan hangat. “Mbak sangat cantik sekali, aku menjadi iri melihatnya. Bagaimana jika Mas Roy tidak terpikat melihat mbak” ujar Mega, membuat Reva terkekeh pelan.“Kamu juga cantik. Kamu sudah berapa kali memuji mbak seperti itu,” jawab Reva, heran melihat Mega yang selalu s

  • Tamu Di Rumah   Perdebatan

    Lamaran berjalan dengan lancar, walau banyak sekali tantangan yang harus mereka lewati namun akhirnya terlewatkan juga.Masih sama, keluarga Roy dan Reva tidak akur, mereka sangat sinis seolah mereka ada musuh yang akan selalu menjadi musuh.“Kita tidak akan menunda banyak waktu lagi, pernikahan akan diselenggarakan satu bulan lagi,” ujar Pak Toni, dengan nada yang bisa terdengar jika ia malas mengatakan hal tersebut kepada mereka.Reva sedikit terkejut mendengarnya, namun ketika melihat cincin lamaran yang sudah terpasang di jarinya dengan indah, ia pun tersenyum dalam hati.“Iya, Roy setuju. Roy juga tidak ingin menunggu terlalu lama,” jawab Roy, membuat mereka menganggukan kepalanya secara serempak.Ibu Reva menatap Roy dengan tajam dan sinis, membuat Bu Wendah menatapnya juga dengan tajam. “Saya harap kamu bisa menjadi imam yang baik nantinya buat anak saya, saya tidak mau putri kesayangan saya salah jalan karena kamu,” ucap Ibu Reva berhasil memancing emosi Bu Wendah yang sudah

  • Tamu Di Rumah   Pernikahan

    Reva tak menjawab, dia hanya menghembuskan nafasnya dengan pasrah. Dia pasi yakin, jika ibunya sudah terpaksa untuk merias. Dan dia hanya bisa bersyukur.Pengrias pun datang, mereka menghiasi wajah Reva yang sedang tidak baik-baik Saja. Namun Mega selalu menghibur Reva, agar bisa kembali tersenyum dan tidak memikirkan masalah apapun yang nantinya akan terjadi ke depannya.“Resepsi akan di lakukan rumah pria kan?” tanya Pengrias membuat Mega menganggukan kepalanya dengan cepat.“sudah jelas itu mbak,” jawab Mega.“Mbak jangan terlalu di pikirkan apapun yang belum terjadi, semakin kita pikirkan itu pasti menjadi kenyataan,” kata pengrias lagi, kepada Reva. Namun Reva hanya bisa membalasnya dengan senyuman manisnya.Pengrias pun dengan cepat bisa menghiasi wajah Reva, Rambut dan juga memakai baju pengantin yang sangat bagus.Setelah selesai pengrias puk pergi, Reva hanya bisa diam di dalam kamar. Menunggu Roy untuk datang dan meminang dirinya. Lain haknya dengan Roy, yang baru saja bers

  • Tamu Di Rumah   Roy dan Reva Menikah

    Roy dan Reva kini sudah sah menjadi suami istri, pernikahan mereka berjalan dengan lancar. Walau banyak yang tak suka dengan hari pernikahan mereka, tapi setidaknya mereka bisa melangsungkan semuanya dengan baik.Roy dan Reva berada di rumah singgah milik Roy, dengan barang-barang yang sudah banyak berada di ruang tamu.“Gak apa kan, jika aku ajak kamu tinggal disini? Soalnya ada Bi Ira jadi kamu tidak kesepian berada disini,” ujar Roy.Reva membalasnya dengan senyuman manisnya. “Tidak apa, aku sudah senang jika berada disini,” jawab Reva, membuat Roy menghembuskan nafasnya.“Mari bibi bantu bawa barangnya,” ujar Bi Ira, dengan senyum senangnya. Membantu Roy dan Reva memindahkan barang-barang, yang mereka bawa ke dalam kamar baru mereka.Mereka membersihkan kamar, menata kamar dan barang-narang agar terlihat lebih rapi. Reva sungguh senang, melihat Bi Ira yang senantiasa membantu mereka, dan sangat senang dengan kehadiran Reva dimari.“Bi duduk dulu, bibi udah banyak bantu. Nanti keca

  • Tamu Di Rumah   Bahagia

    Bu Wendah pun pergi dari ruangan tersebut, Roy mengusap wajahnya dengan kasar. “Ada-ada aja,”, kesal Roy.Roy pun kembali melancarkan tugasnya untuk membuat proposal yang sempat tertunda, karena hari pernikahan nya membuat dia tidak sempat membuat proposal tersebut.Tiga jam waktu berlalu, Roy sudah selesai membuat proposal yang akan di setor. Dia meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat pegal, melirik jam tangan menujukkan pukul enam sore. “Aku harus pulang, sudah lewat,” gumam Roy. Dia membereskan barang-barang diatas meja. Lalu dengan cepat keluar dari ruangan, dan tak lupa untuk mengunci pintu.Roy menutup seluruh pintu ruangan, dan mengunci pintu utama di kantor. Dia hendak masuk ke mobil, namun pandanganya tertuju kepda sebuah mall baru di depan kantornya.Timbul niat Roy untuk memasuki mall tersebut, tanpa pikir panjang ia masuk ke mal. Melihat baju branded yang sangat indah, membuat dia ingin Reva memakainya.“Jika Reva yang memakai, mungkin akan terlihat sangat cant

  • Tamu Di Rumah   Rumah Lama Reva

    Rumah Lama RevaSetelah selesai makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Namun lain halnya dengan Reva dan Roy, yang berada di ruang tengah menonton televisi sambil berbicara banyak hal random. Reva sangat senang menonton film rekomendasinya, dengan kepala yang menyender di bahu Roy.“Besok aku libur, apakah kau tidak ingin Shopping atau jalan-jalan?” Tanya Roy, menatap Reva dari samping.Reva menggelengkan kepalanya. “Aku belum ada kepikiran, kalau kamu ada aku mau ikut aja,” jawab Reva dengan sedikit kekehan, membuat Roy tersenyum.“Baiklah-baiklah.” Roy mangut-mangutkan kepalanya. Dia juga beruntung memiliki pendamping seperti Reva, tidak meminta banyak hal. Tidak seperti wanita lain, yang meminta banyak hal kepada dirinya. Roy kembali menatap televisi, film di hadapannya sangat membuat mereka tertarik untuk menonton lebih jelasnya.“Reva, apakah kamu ingat rumah yang dulu kamu pernah tinggali?” ujar Roy, membuat Reva mengerutkan keningnya sambil menganggukkan kepal

  • Tamu Di Rumah   Bayangan Masa Lalu

    Pandangan Reva tertuju ke seluruh penjuru, melihat pemandangan yang membuat sekilas memorinya teringat. Reva benar menahan tangis, dia tak ingin Roy tahu jika dia mengingat suatu hal di sana. Namun dia merasa sedikit berbeda dari halaman depan rumah tersebut. “Lihat Reva, ini masih sangat bagus. Dari luar saja sudah terlihat sangat terawat,” ujar Roy, menjelaskan kepada Reva. Reva menganggukan kepalanya. “Kan kamu yang menjaganya, pasti sudah masih bagus,” jelas Reva. “Apakah kau juga mendekorasi halaman rumah ini?”Roy mengangguk. “Iya, tanaman disini sudah layu semua. Jadi saat aku ganti dengan yang baru, aku memutuskan untuk mendekorasi ulang,” jelas Roy.“Ini juga terlihat lebih bagus dari yang lama.” Reva menatap disekitar, banyak bunga-bunga yang tertanam, ada juga pot-pot bergantung di depan rumah.“Mau masuk lagi?” ajak Roy, Reva menghembuskan nafasnya sambil mengangguk-anggukan Kepalanya.“Ayo.”Roy mengandeng tangan Reva, membuka pintu rumah tersebut. Terlihat rumah itu y

Bab terbaru

  • Tamu Di Rumah   Kebahagiaan

    "Akhirnya kamu menikah, Mega," ucap Reva. Kandungan Reva sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya menunggu waktu lahir saja. Meskipun sebenarnya dokter tidak menyarankan untuk melakukan perjalanan perjalanan terutama jalan yang tidak rata. Tetapi Reva tetap memaksa untuk bisa datang di acara pernikahan adiknya."Terima kasih, kak. Ini juga semua berkat kak Reva. Sudah meyakinkan aku kalau jodoh tak akan kemana," sahut Mega. "Kamu harus raih cita-cita mu jadi dokter loh," peringat Reva."Tentu, kak. Aku akan fasilitasi Mega di rumah sakit yang aku pegang saat ini. Aku akan wujudkan cita-cita Mega untuk bisa jadi dokter. Kalau Mega mau aku akan menyekolahkan dia jadi dokter spesialis," sahut Ivan. Ia tak sengaja mendengar obrolan istri dan kakak iparnya."Iya, kamu jaga baik-baik adikku ya, Ivan! Aku harap kamu bisa mengerti dia kalau masih bersikap seperti anak kecil. Karena pada dasarnya Mega ini adalah anak yang manja yang kemudian tiba-tiba berstatus menjadi istri orang," tita

  • Tamu Di Rumah   Pernikahan Mega

    Satu minggu kemudian.Bu Ningsih sudah memulai aktivitas kembali. Dia membuka warungnya seperti biasa. Para pelanggan pun juga sudah berdatangan ke warungnya. Ada orang yang kebetulan lewat dan makan di sana. Ia ini dikirimkan oleh Ayahnya Ivan."Bu, nasi campur satu," pesan seorang tadi. "Lauk apa, Pak?" tanya Bu Ningsih."Telur pakai sayur nangka muda saja, Bu," jawab orang tadi.Bu Ningsih pun mengantarkan pesanan itu untuk orang tadi. "Bu, kok sering tutup sih warungnya?" tanya orang tadi."Ya, ada beberapa hal di kota dan harus diselesaikan." Bu Ningsih tak tertarik dengan obrolan dari pelanggan nya tersebut. Karena tak banyak respon akhirnya orang tadi pun diam. Tak berselang lama orang tua Ivan pun yang datang. Mereka memesan di warung Bu Ningsih tetapi masih memakai masker. Setelah selesai makan pun Ayahnya Ivan hendak membayar. "Berapa semua, bu?" "Empat puluh ribu rupiah, Pak,'' jawab Bu Ningsih. Ayahnya Ivan memberikan uang seratus ribu. Dan hendak mengembalikan Ay

  • Tamu Di Rumah   Surat dari Bu Wendah

    "Sebenarnya apa penyebab ibu saya meninggal?" tanya Roy pada petugas lapas."Jadi beberapa minggu terakhir ini ibu Anda memang sakit dan sudah beberapa kali juga kami antar ke rumah sakit. Tetapi kami menyarankan untuk memberitahukan pada pihak keluarga. Tetapi Bu Wendah menolak dan ingin merahasiakan semua penyakit nya dari keluarga. Menurutnya dia malu pada keluarga nya. Jadi lebih memilih untuk diam. Dan tadi malam kondisi Bu Wendah benar-benar menurun. Kami akan bawa ke rumah sakit dia menolak. Dia tetap ingin berada di sini dan justru menitipkan surat pada pihak kami. Lalu tadi pagi kata temannya Bu Wendah saat akan dibangunkan suhu tubuhnya sudah dingin dan tak sadarkan diri. Kami periksa dan ternyata sudah meninggal sejak tadi malam," terang petugas lapas panjang lebar.Roy dan ayahnya saling memandang. Mereka selama ini tak tahu kalau ternyata Bu Wendah sakit. Mereka hanya bisa menerima takdir. Tetapi sebuah surat yang dititipkan pada petugas lapas diterima Roy. Begini lah i

  • Tamu Di Rumah   Berita duka

    Reva merencanakan untuk mengadakan acara tujuh bulanan. Acara ini memang sengaja ia gelar untuk keselamatan ibu dan bayi serta juga media untuk berbagi sesama. Melihat kebahagiaan orang membuat Reva juga bahagia. Reva melihat kebahagiaan para tamu undangan dan diberikan hampers berupa kue dari tokonya. Ia merasa tak akan rugi membagikan itu semua. Ini adalah jalan untuk berbagi dan memperkenalkan secara luas kue buatannya. Bu Ningsih dan Pak Haris juga datang. Begitu juga dengan Pak Toni selaku ayah dari Roy. Kehangatan keluarga besar itu pun sangat terasa. Begitu juga dengan para anak panti asuhan yang sengaja diundang hadir oleh Reva. Kali ini Roy juga lebih senang karena ada perwakilan keluarga nya yang hadir di acara perayaan tujuh bulanan. Segala doa dilanjutkan dan minta diberikan keselamatan sampai anak Reva lahir. Kalau pun sudah lahir Reva dan bayinya juga didoakan untuk bisa sehat terus. Dan menjelang sore pun semua tamu undangan pulang. Reva mengadakan acara tujuh bulan

  • Tamu Di Rumah   laki-laki

    Reva tahu bagaimana perasaan adiknya. Ia memang tak pernah ada di posisi Mega. Hanya saja ia pernah ditolak oleh orangtua nya dan memilih untuk pergi dari rumah karena ingin mengejar cintanya pada Roy. Apakah Reva akan memberikan nasihat seperti itu pada Mega? Tentu saja tidak. Reva hanya ingin pengalaman di masa lalunya tidak terulang untuk adiknya. Karena Mega sebenarnya anak penurut tidak seperti Reva yang lebih bar bar. Apalagi Mega juga tak pernah macam-macam. Sehingga Mega akan tetap menurut apa kata orang tuanya. Baginya keputusan orang tuanya adalah hal yang baik baginya. Karena baginya ridho tuhan ada pada orang tuanya."Kak, apakah aku memang tidak berjodoh dengan Ivan?" tanya Mega lirih."Kalau jodoh nggak akan kemana kok. Kamu lihat aku kan? Bagaimana aku bisa mendapatkan restu ibu untuk bisa menikah dengan Roy? Pada saat Roy sudah jadi menantunya pun juga masih diuji dengan berbagai masalah. Tidak hanya sampai situ, Mega! Kamu harus berdoa dan berusaha selagi kamu bisa,"

  • Tamu Di Rumah   Dibohongi

    Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau

  • Tamu Di Rumah   Berbohong

    Reva menghela napas. Ia ingat betul saat pernikahan pertama nya dengan Tio yang kandas di usia pernikahan yang tergolong masih baru. Tapi apalah daya. Sekelas mungkin Reva berusaha tetapi Tio lah yang membawa tamu ke rumah. Tamu itu adalah madunya. Reva juga ingin menikah sekali seumur hidup. Tetapi ternyata keinginan nya tak tercapai. Ia baru merasakan kebahagiaan sebenarnya setelah menikah dengan Roy."Sebenarnya kalau sulit tidak. Hanya saja perlu adanya komitmen yang kuat antara kedua belah pihak. Kamu tahu kan aku juga pernah gagal di pernikahan ku yang pertama?" Mega terhenyak. Ia menyadari memang kakaknya pernah gagal dalam pernikahan pertama. "Iya, kak. Aku mengerti.""Kamu sudah yakin sama Ivan?" tanya Reva meyakinkan. "Sudah, kak. Aku memang suka sih sama Ivan. Tapi mana mungkin aku berani mengatakan kalau aku suka sama dia. Tapi ternyata Ivan juga suka sama aku. Aku nggak percaya akan hal itu,'' jawab Mega."Ya sudah kalau kamu memang yakin. Masalah pekerjaan itu bukan la

  • Tamu Di Rumah   Mega dilamar

    Mereka pun duduk bersama di ruang tamu. Hanya Reva saja yang masih belum hadir di sana. "Mega, ngomong-ngomong kakakmu nggak pulang?" tanya Ivan."Ada, dia sedang tidur. Baru datang tadi pagi. Maklum ibu hamil begitu," jawab Mega. Sebenarnya ia malu kalau berbicara dengan Ivan di hadapan keluarga mereka masing-masing. "Yah, maksud kedatangan kami ini untuk melamar Mega, Pak, Bu. Ivan ini memang anak kami satu-satunya. Dia ingin menikahi Mega. Tetapi seperti yang Ivan katakan kalau dia hanyalah office boy. Apakah Bapak dan Ibu setuju?" tanya ayahnya Ivan."Sejak awal Mega mengatakan kami memang tidak keberatan dengan pekerjaan apapun. Kami juga dari kampung dan saya juga hanya membuka warung di sini. Bukan lah orang kaya. Yang penting pekerjaan halal dan Ivan juga serius dengan Mega bagi kami tak masalah," jawab Bu Ningsih.Orang tua Ivan pun saling memandang. Mereka saling melemparkan senyum. "Hanya saja untuk menikah kami sarankan untuk menunggu minimal Mega lulus kuliah, Pak. Kan

  • Tamu Di Rumah   Pulang Kampung

    Roy mengajak Reva makan di tempat yang Reva inginkan yaitu di ayam geprek. Roy memesan tempat yang nyaman untuk Reva. Reva kemudian memesan ayam geprek level satu meskipun sebenarnya Reva ingin yang super pedas. Tetapi ia tahu kalau Roy tak akaN mengizinkan. Dan kalau pun memaksa dirinya lah yang akan sakit perut sendiri. Tak berselang lama pesanan Reva pun tiba. Ia sudah tak sabar untuk makan ayam krispi yang digeprek lengkap dengan sambal. Ia ingin makan dengan segera. Setelah datang pun Reva tak lupa berdoa agar ia makan juga baik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungan nya. Roy hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sang istri. Ia juga ikut makan di samping Reva. Reva makan dengan lahap dan tak butuh waktu lama ayam geprek dan nasi pun sudah ludes. "Enak banget nih," ucap Reva setelah selesai mencuci tangan."Mau dibawa pulang juga?" usul Roy."Boleh tuh." Reva dengan semangat untuk membawa pulang ayam geprek. Reva dan Roy pun pulang. Reva merasa lelah. Ia but

DMCA.com Protection Status