Kedua mata Delia melotot kaget mendapati perbuatan Adam yang tiba-tiba. Kedua tangannya mengepal keras sebelum terangkat dan mendorong tubuh Adam dengan keras. Tubuh Adam terdorong ke belakang selangkah dan hampir jatuh terjengkang ke selokan di belakangnya.“Kau! Apa yang kau lakukan?!” bentak Delia galak sambil menggosok bibirnya dengan kuat.Bahkan setelah Delia mengusap kasar bibirnya, Adam masih bisa melihat warna cherry yang menyegarkan tertinggal di bibir wanita itu. Adam masih penasaran dengan benda lembut sedikit lembab yang beraroma strawberry itu. Tanpa mengindahkan sikap Delia, Adam kembali mendekati wanita itu lalu menciumnya sekali lagi.“Augh!” jerit tertahan Delia yang syok mendapatkan perlakuan yang sama dari pria yang menjadi atasannya itu.Delia memberontak, mendorong tubuh Adam agar menjauh darinya. Tetapi usahanya sia-sia saja karena tubuh Adam sudah menguncinya dengan baik. Kepala Delia terus menghindar dari bibir Adam yang belum puas menikmati ranumnya bibir Del
Delia buru-buru menghabiskan burger di tangannya setelah aksi Adam yang tidak tahu malu. Mereka bahkan tidak memiliki hubungan spesial pakai telor. Tetapi pria itu sudah berbuat seenaknya mencium Delia sebanyak tiga kali. Sebentar lagi Delia akan menghadiahi Adam sebuah piring cantik untuk dilemparkan ke wajahnya.“Kamu tinggal dimana?” tanya Adam setelah keheningan sekian purnama.Layar billboard besar di seberang jalan tiba-tiba menyala terang menerangi wajah Delia dan Adam. Keduanya saling menatap satu sama lain seolah mata mereka berdua yang saling bicara. Delia dengan cepat menyadarkan dirinya dan menjawab pertanyaan Adam dengan cepat.“Saya tinggal di dekat Kastil Emperor, tuan,” ucap Delia jujur.“Dimananya rumah Megan Larasati?” tanya Adam lagi.“Tuan kenal dengan Megan? Rumah saya 3 rumah setelah rumah Megan,” sahut Delia bersemangat. Wanita itu menatap Adam dan buru-buru memalingkan wajahnya. Dia mengambil float yang ada di tempat minuman lalu menyeruputnya pelan-pelan.“Sia
Sementara itu di Mansion Wibisana,Megan baru selesai membersihkan dirinya setelah makan malam. Dia berjalan keluar dari kamar mandi lalu masuk ke dalam walk in closet Ethan. Sebagian isi walk in closet itu sudah diisi dengan barang-barang Megan. Tentu saja bukan sembarangan barang-barang wanita, tetapi barang-barang branded keluaran terbaru.“Hmm … Coba kita lihat ada apa di sini,” gumam Megan lalu menyibak satu per satu dress yang menggantung di dalam lemari. Dia hanya mengangguk-angguk melihat betapa cantiknya semua dress itu. Pandangannya lalu tertuju pada selembar kain tipis berwarna hitam. Megan mengangkat kain itu dan melihat tembus pandang ke balik kain itu."Kenapa tipis sekali? Seperti gorden saja," gumamnya lalu menggantung kembali kain itu di lemari.Megan melihat kain tipis berikutnya dan mengerutkan keningnya. Semua kain yang tersisa sangat tipis hampir tidak ada bedanya. Penasaran ingin mencoba satu, Megan pun celingak-celinguk dulu sebelum mengambil salah satu kain tip
Adam menarik nafas panjang sebelum mengatakan apa yang barusan dilihatnya ketika mengantar Delia pulang. Tadi bodyguard yang masih berjaga-jaga di depan rumah orang tua Megan, mendekati mobilnya sambil membawa payung. Adam tentu saja tidak bisa melakukan apa-apa lagi pada wanita itu, selain mengantar Delia sampai di depan rumahnya lebih dulu.Setelah memastikan Delia menutup pintu rumahnya rapat-rapat, Adam berjalan cepat kembali ke dekat mobilnya. Bodyguard itu langsung melaporkan apa yang terjadi tadi di rumah Megan. Beberapa orang datang ke rumah Megan dan sempat menahan bodyguard itu agar mereka bisa mengetuk pintu rumah Megan.Adam memang melihat ada mobil lain yang berhenti di depan rumah Megan. Tetapi melihat bodyguardnya baik-baik saja, dia pun bertanya siapa yang ada di dalam rumah Megan saat ini. Ketika mendengar nama Gregory dan Marco, jantung Adam rasanya hampir berhenti berdetak. Kalau hanya Gregory, mungkin dirinya tidak sewaspada ini.[“Tuan, Gregory dan Marco saat ini
Ethan dan Megan yang mendengar cerita Ayah Romi hanya bisa diam mengetahui kenyataan yang terjadi saat itu. Di hari kelahirannya, Megan sudah ditinggalkan sendirian begitu saja oleh seorang pria yang tidak dikenal.“Saya tidak bisa melakukannya.” Ayah Romi menggelengkan kepalanya lalu memejamkan matanya yang terasa berat.“Kenapa? Seharusnya bapak mengantar bayi itu ke mansion kami. Dia--Megan akan dirawat dengan baik oleh kami, keluarganya sendiri.” Gregory hampir kehilangan kesabarannya. Tetapi ketika dia melihat wajah cemas Megan di layar ponsel Adam, pria itu mengembalikan ketenangannya dengan cepat.“Tolong jawab, pak,” pintanya sambil memijit pelipisnya yang sakit.“Saya melihat sorot mata orang itu. Orang yang tega meninggalkan seorang bayi di samping bangunan tua yang sepi dan sering dilewati binatang liar. Dia bukan manusia. Saya tidak tahu apa orang itu ada hubungannya dengan kecelakaan mobil Tuan Stephenson atau tidak. Tapi saya tidak bisa membiarkan seorang bayi yang tidak
[“Iya iya. Perkara nasi Padang berapa bungkus saja. Adam, belikan saja semuanya. Aku juga mau.”]“Baik, tuan,” sahut Adam cepat.Belum sempat Adam beranjak dari duduknya, Ethan memanggilnya lagi. [“Adam, tunggu. Ada urusan apa kamu tadi ke rumah mertuaku?”] tanya Ethan curiga. Pria itu teringat kalau Adam berpamitan pulang. Kecil kemungkinannya Adam berinisiatif untuk datang ke rumah Megan tanpa diminta.“Saya kebetulan lewat, tuan.” Adam tidak bisa memberikan alasan yang lebih baik dari itu dalam waktu singkat. Mengingat wajah Delia hanya membuatnya tidak bisa berpikir rasional.[“Sejak kapan apartemenmu pindah kesana? Kebetulan lewat apa? Jangan bohong!”]Adam benar-benar merasa tidak enak mendengar desakan Ethan untuk jujur saja. Bosnya itu lupa kalau ada Marco disana. Adam tidak mau menyebutkan nama Delia dan memberi kesempatan kepada saudara kembarnya itu untuk mengancam dirinya kelak.“Kata tuan, saya harus sering melihat rumah Nyonya. Apa tuan lupa pernah bilang gitu?” elak Ada
Megan menepuk keningnya melihat keduanya masih saja bertengkar. Saat itu pelayan datang membawakan dua bungkus nasi Padang untuk Ethan dan Megan. Seorang pelayan lain juga mengikuti pelayan itu sambil membawa meja untuk makan di atas tempat tidur. Kepala pelayan Tan sudah mempersiapkan pengaturan makan malam kedua untuk Ethan dan Megan.Bersamaan dengan datangnya nasi Padang ke kamar Ethan, pintu rumah Megan pun diketuk seseorang. Wajah kepala pelayan Tan muncul ketika Ibu Susan membukakan pintu. Pria paruh baya itu rupanya sudah menyiapkan peralatan makan untuk Gregory dan Marco.“Selamat malam, Nyonya. Saya datang untuk menghidangkan nasi Padang,” ucapnya sambil tersenyum ramah pada Ibu Susan.Sedikit bingung, Ibu Susan membuka pintu lebih lebar agar kepala pelayan Tan bisa masuk. Beberapa pelayan pun ikut masuk ke dalam rumah Megan lalu menyiapkan nasi Padang untuk semua orang di rumah itu. Hanya Gregory, Marco, dan Adam yang memakai peralatan makan untuk menikmati hidangan itu. Si
Adam bangkit dari duduknya ketika melihat Alex berjalan memasuki rumah Lin. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Manta adalah Alex yang bekerja sebagai bodyguard Gregory sekaligus penanggung jawab untuk pelayan di Mansion Stephenson.“Paman, apa kabar? Adam, kita bertemu lagi,” sapa Alex santai.Pria itu berjalan mendekati kepala pelayan Tan lalu memeluknya untuk melepas rindu. Sudah lama sekali dia tidak pernah bertemu dengan pamannya itu. Kepala pelayan Tan pun balas memeluk Manta. Terakhir kali dia melihat keponakannya itu adalah saat pemakaman ibu Manta. Selama ini hanya Lin yang menjadi penghubung kabar mereka.“Duduklah dulu. Aku akan mengganti pakaian di dalam,” ucap Alex a.k. Manta.Kepala pelayan Tan dan Adam pun harus bersabar menunggu sampai Alex siap menceritakan kejadian puluhan tahun yang lalu. Mereka juga tidak bisa berharap banyak. Saat itu usia Alex masih bisa dikatakan belum cukup untuk mengingat sesuatu dalam waktu yang lama. Apalagi Alex melihat sendiri bagaimana
“Iya, sayang. Aku sudah pulang. Dimana yang sakit, sayang?” tanya Ethan sambil menggenggam tangan Megan.Megan tidak menjawab, tapi meringis merasakan sakit lagi. Suster-suster yang bertugas membantu persiapan Megan untuk melahirkan, meminta Ethan untuk mundur sebentar. Mereka mengganti pakaian Megan dengan baju rumah sakit, lalu memasang alat penyangga kakinya. Megan terus merintih kesakitan di antara kesibukan dokter dan suster yang sedang bersiap untuk membantunya melahirkan.Tiba-tiba dokter Helena masuk ke dalam ruang bersalin itu. Dia sudah berganti pakaian dengan pakaian dinas dokter dan tampak sudah siap dengan sarung tangan karetnya. Dokter Helena tidak mengatakan apa-apa pada Ethan dan Megan, tetapi langsung bertanya pada rekan dokternya. Setelah mendapatkan laporan lengkap tentang kondisi Megan dan posisi bayinya, dokter Helena kembali fokus pada pasiennya itu.“Megan, dengarkan aku. Kamu ingat ‘kan dengan latihan nafas saat senam hamil? Sekarang ikuti petunjukku ya,” pinta
Baru saja Ethan ingin memejamkan matanya, ia merasakan Megan bergerak di sampingnya. Pria itu membuka matanya lalu menoleh ke samping. Tubuh Megan tampak bergerak gelisah dalam tidurnya. Ethan buru-buru bangkit bersamaan dengan Alex lalu mendekati Megan.“Sayang? Megan …,” panggil Ethan cemas.Ethan mengguncang perlahan tubuh Megan sambil menepuk-nepuk pipinya. Tetapi Megan tetap memejamkan matanya dan terlihat semakin pucat. Megan juga gemetar dan meringis menahan sakit. Saat Ethan menepuk pipi Megan lagi, Alex menghentikan pria itu. Alex menunjuk bagian bawah tubuh Megan yang sudah basah.“Tuan, sepertinya Nona akan melahirkan,” ucap Alex dengan nada gemetar. Sorot mata pria itu jelas menunjukkan kekhawatiran melihat keadaan Megan. Istrinya, suster Hanna sudah menjelaskan gejala akan melahirkan diantaranya keluar cairan yang sangat banyak dari bagian inti Megan.“Kenapa diam saja? Cepat kita ke rumah sakit!” bentak Ethan menyadarkan Alex.Pria itu segera melesat meninggalkan Ethan d
Enam bulan kemudian,Di Mansion Stephenson, Megan sedang berjalan-jalan di halaman samping mansion itu. Dia menghirup udara pagi yang segar lalu menatap jauh ke kebun buah dan sayur di seberang mansion. Tanah bekas mansion Billy Aomori yang sudah diratakan dengan tanah, disulap menjadi kebun buah dan sayuran oleh Gregory atas permintaan Megan.Semua bahan makanan untuk catering Ibu Susan, dipetik langsung dari kebun itu. Untuk memperkenalkan kebun itu, Megan mendirikan sebuah rumah kecil dan showroom agar orang-orang yang mengelola kebun itu bisa beristirahat disana. Dan hasil kebun itu juga bisa dijual kepada warga di sekitar mansion.Gudang yang ada di sekat Mansion Stephenson juga sudah dipindahkan ke tempat yang lebih dekat dengan rumah tinggal untuk bodyguard. Halaman samping dan belakang Mansion Stephenson sudah di rombak ulang untuk memperkecil kemungkinan adanya penyusup ke dalam mansion itu.“Alex, apa suamiku sudah menelpon?” tanya Megan ketika teringat pada EthanSudah bebe
[“Katakan saja,”] ucap dokter Helena.[“Bisakah kakak ipar bersabar menemani kakakku seumur hidupnya? Maksudku, aku minta maaf karena sudah memaksa kalian untuk menikah. Aku akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu padamu, kakak ipar,”] ucap Megan terdengar kasihan.Dokter Helena menarik nafas panjang lalu tersenyum lagi mendengar ucapan Megan. Sejujurnya menikah dengan Gregory tidak buruk juga. Toh, dia bukan lagi anak remaja yang harus merasakan cinta berbunga-bunga. Apalagi perlakuan Gregory padanya bisa dibilang cukup lembut.[“Aku bisa bertanggung jawab terhadap hidupku sendiri, Megan. Takdir yang membawa kami bertemu lalu menikah. Kamu hanya perantaranya saja. Well, jangan memikirkan yang seharusnya tidak perlu kau pikirkan. Aku dan kakakmu baik-baik saja. Ada atau tidak ada anak, kakakmu sudah bilang tidak apa-apa. Kalau sudah seperti itu, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk bersamanya selamanya,”] ucap dokter Helena.“Wifey, makanannya sudah datang. Kamu mau sampai kap
Dokter Helena meremat keras sprei yang menjadi alas tidurnya. Gregory sudah berhasil mendobrak masuk pertahanan Dokter Helena. Membuat wanita itu menjerit kesakitan sekaligus mendesis penuh gairah. Tidak lagi pembuktian yang perlu diungkapkan dengan kata-kata ketika noda merah tercetak jelas di atas sprei.Gregory terus menggerakkan tubuhnya dengan konstan. Setiap kali bergerak masuk, dokter Helena merasakan antara tubuhnya terasa terbelah sekaligus nikmat yang amat sangat. Gregory tahu betul bagaimana membuat dokter Helena tidak berhenti memanggil namanya dengan suara yang terdengar sangat menggoda.“Terus! Percepat!” Dokter Helena tidak bisa menahan dirinya dan ikut bergerak mencari kepuasannya.Gregory semakin bersemangat menghujam tubuh dokter Helena sampai mereka mencapai klimaks bersamaan. Dokter Helena menjambak rambut Gregory, membenamkan kelelakiannya ke dalam tubuh istrinya dan memuntahkan benih calon anak mereka. Masih belum puas, Gregory kembali menggerakkan tubuhnya sampa
Gregory tidak sabaran membawa dokter Helena ke dalam kamar pengantin mereka. Dia bahkan sudah menyiapkan helikopter untuk membawa mereka ke sebuah hotel termahal di sana. Mereka akan menghabiskan tiga hari bermalam dan bersantai di president suite room hotel itu.“Tidak apa-apa kita meninggalkan pesta begitu saja?” tanya dokter Helena sambil melihat keluar jendela helikopter yang sudah terbang ke langit.“Kau juga tidak senang dengan pesta semacam itu ‘kan? Mulai sekarang biasakan. Ada waktunya kau harus menghadiri pesta bersamaku. Sebagai Nyonya Stephenson, hanya itu yang perlu kau perhatikan,” ucap Gregory juga menatap keluar jendela.“Benarkah? Gampang sekali menjadi istrimu, Tuan Stephenson. Bagaimana dengan anak? Kau mau atau tidak?” tanya dokter Helena masih penasaran.“Aku sudah pernah bilang ‘kan. Megan yang akan melakukannya. Tapi kalau kau bersikeras, aku juga tidak keberatan membantumu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berolahraga,” sahut Gregory sambil tersenyum s
“Jadi kapan pernikahan kalian akan diadakan? Aku boleh usul?” tanya Ethan sambil mengelus lembut punggung Megan.Sejak beberapa hari ini Megan tidak mau melepaskannya sama sekali. Ethan harus selalu berada dalam jarak pandangnya atau Megan akan menjerit-jerit memanggil pria itu. Megan bahkan ikut ke kantor Wibisana Corp. hanya untuk menatap Ethan yang sedang sibuk bekerja. Untung saja kondisi kesehatan Megan dan kehamilannya sudah baik-baik saja.“Usul apa?” tanya Gregory memicingkan matanya curiga.“Boleh, usul aja yang banyak. Aku lagi malas mengurus pernikahanku,” sahut dokter Helena menyindir Gregory.Sejak dokter Helena menyetujui pernikahan itu, Gregory tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Gregory memilih semua keperluan untuk pesta pernikahan dan juga mengundang banyak orang untuk merencanakan pernikahannya. Pendapat dokter Helena bahkan tidak didengar Gregory sama sekali.“Kamu ngambek, ya? Aku kan ingin yang terbaik untuk pernikahan kita. Sekali seumur hidup, kita berdua
“Eh, itu Alex sama siapa?” tanya dokter Helena sambil menunjuk ke arah Alex dan wanita itu.Keduanya secara bersamaan menoleh menatap dokter Helena dan berjalan mendekati mereka. Saat itu dokter Helena baru menyadari siapa wanita yang bersama dengan Alex.“Loh, suster Hanna? Kok bisa kesini? Ada apa?” tanya dokter Helena yang mengenali salah satu suster di rumah sakit Wibisana.“Dokter Helena, saya diminta mengantarkan obat untuk Nyonya Megan. Kebetulan ketemu Alex tadi di depan,” ucap suster Hanna lugas.Ucapan suster Hanna membuat Ethan, Gregory, dan dokter Helena saling pandang lalu tersenyum curiga. Ketiganya kompak memicingkan matanya menatap Alex yang terlihat salah tingkah. Wajah pria itu sudah memerah dan terlihat tidak berani menatap balik pada Tuannya.“Kalian kok sepertinya sangat akrab ya. Apa ada sesuatu?” tanya Gregory curiga.“Itu .. Tuan. Anu ….” Alex menelan salivanya sebelum memberanikan dirinya untuk menjawab.“Kami bersahabat waktu SMA, Tuan. Sudah lama kami tidak
Beberapa hari kemudian di Mansion Stephenson, semua orang sedang berkumpul untuk merayakan ulang tahun Megan. Gregory sudah menyiapkan sebuah pesta kebun di samping kolam renang hanya untuk keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Bahkan bodyguard dan pelayan juga berkumpul untuk ikut merasakan hari bahagia bertambahnya usia Megan.Adam dan Marco sudah membaik dari luka-luka mereka dan datang ke mansion itu bersama istri masing-masing. Gwen dan Delia sekarang sibuk membantu suami mereka yang sedang memanggang daging dan ayam. Moji dan Boni juga tidak kalah datang membawa para istri mereka. Dan tampaknya kedua istri mereka saat ini sedang hamil muda.Ilham dan Michela tampak duduk berduaan di gazebo kayu di dekat kolam renang. Orang tua Ethan itu sedang bicara tentang rencana mereka untuk kembali rujuk. Michela berencana untuk tinggal di Mansion Wibisana untuk menjaga Megan yang sedang hamil. Sedangkan Ilham akan menyerahkan semua sahamnya pada Megan. Keputusan itu sudah Ilham sampaik