Delia menarik nafas panjang dan mulai mengatakan dengan detail tentang semua berkas yang menumpuk di meja sekretaris Tania hanya karena Ethan sibuk dengan urusan pribadinya. Padahal pria itu memiliki seorang asisten pribadi yang seharusnya bisa mengatur waktunya dengan baik.“Saya tidak bermaksud menggurui Tuan Adam karena Tuan yang lebih tahu semuanya tentang Tuan Ethan. Tapi kami sedang berusaha menjalankan apa yang kami sebut sebagai tempat mencari makan. Saya tidak takut datang kemari dan mengganggu Tuan Ethan hanya untuk meminta tanda tangannya. Karena bagi saya hal ini sangat penting. Terlambat sedikit saja, perusahaan mungkin akan mengalami kerugian dan kami yang akan disalahkan hanya karena berkas yang terlambat ditandatangani.”Delia menarik nafas panjang setelah mengeluarkan semua uneg-unegnya dengan berani di hadapan Adam. Sedetik kemudian, dia melirik ekspresi kepala pelayan Tan dan Adam bergantian lalu nyengir lebar. Wanita cantik itu menyibak rambut pendeknya lalu menyel
Kedua mata Delia melotot kaget mendapati perbuatan Adam yang tiba-tiba. Kedua tangannya mengepal keras sebelum terangkat dan mendorong tubuh Adam dengan keras. Tubuh Adam terdorong ke belakang selangkah dan hampir jatuh terjengkang ke selokan di belakangnya.“Kau! Apa yang kau lakukan?!” bentak Delia galak sambil menggosok bibirnya dengan kuat.Bahkan setelah Delia mengusap kasar bibirnya, Adam masih bisa melihat warna cherry yang menyegarkan tertinggal di bibir wanita itu. Adam masih penasaran dengan benda lembut sedikit lembab yang beraroma strawberry itu. Tanpa mengindahkan sikap Delia, Adam kembali mendekati wanita itu lalu menciumnya sekali lagi.“Augh!” jerit tertahan Delia yang syok mendapatkan perlakuan yang sama dari pria yang menjadi atasannya itu.Delia memberontak, mendorong tubuh Adam agar menjauh darinya. Tetapi usahanya sia-sia saja karena tubuh Adam sudah menguncinya dengan baik. Kepala Delia terus menghindar dari bibir Adam yang belum puas menikmati ranumnya bibir Del
Delia buru-buru menghabiskan burger di tangannya setelah aksi Adam yang tidak tahu malu. Mereka bahkan tidak memiliki hubungan spesial pakai telor. Tetapi pria itu sudah berbuat seenaknya mencium Delia sebanyak tiga kali. Sebentar lagi Delia akan menghadiahi Adam sebuah piring cantik untuk dilemparkan ke wajahnya.“Kamu tinggal dimana?” tanya Adam setelah keheningan sekian purnama.Layar billboard besar di seberang jalan tiba-tiba menyala terang menerangi wajah Delia dan Adam. Keduanya saling menatap satu sama lain seolah mata mereka berdua yang saling bicara. Delia dengan cepat menyadarkan dirinya dan menjawab pertanyaan Adam dengan cepat.“Saya tinggal di dekat Kastil Emperor, tuan,” ucap Delia jujur.“Dimananya rumah Megan Larasati?” tanya Adam lagi.“Tuan kenal dengan Megan? Rumah saya 3 rumah setelah rumah Megan,” sahut Delia bersemangat. Wanita itu menatap Adam dan buru-buru memalingkan wajahnya. Dia mengambil float yang ada di tempat minuman lalu menyeruputnya pelan-pelan.“Sia
Sementara itu di Mansion Wibisana,Megan baru selesai membersihkan dirinya setelah makan malam. Dia berjalan keluar dari kamar mandi lalu masuk ke dalam walk in closet Ethan. Sebagian isi walk in closet itu sudah diisi dengan barang-barang Megan. Tentu saja bukan sembarangan barang-barang wanita, tetapi barang-barang branded keluaran terbaru.“Hmm … Coba kita lihat ada apa di sini,” gumam Megan lalu menyibak satu per satu dress yang menggantung di dalam lemari. Dia hanya mengangguk-angguk melihat betapa cantiknya semua dress itu. Pandangannya lalu tertuju pada selembar kain tipis berwarna hitam. Megan mengangkat kain itu dan melihat tembus pandang ke balik kain itu."Kenapa tipis sekali? Seperti gorden saja," gumamnya lalu menggantung kembali kain itu di lemari.Megan melihat kain tipis berikutnya dan mengerutkan keningnya. Semua kain yang tersisa sangat tipis hampir tidak ada bedanya. Penasaran ingin mencoba satu, Megan pun celingak-celinguk dulu sebelum mengambil salah satu kain tip
Adam menarik nafas panjang sebelum mengatakan apa yang barusan dilihatnya ketika mengantar Delia pulang. Tadi bodyguard yang masih berjaga-jaga di depan rumah orang tua Megan, mendekati mobilnya sambil membawa payung. Adam tentu saja tidak bisa melakukan apa-apa lagi pada wanita itu, selain mengantar Delia sampai di depan rumahnya lebih dulu.Setelah memastikan Delia menutup pintu rumahnya rapat-rapat, Adam berjalan cepat kembali ke dekat mobilnya. Bodyguard itu langsung melaporkan apa yang terjadi tadi di rumah Megan. Beberapa orang datang ke rumah Megan dan sempat menahan bodyguard itu agar mereka bisa mengetuk pintu rumah Megan.Adam memang melihat ada mobil lain yang berhenti di depan rumah Megan. Tetapi melihat bodyguardnya baik-baik saja, dia pun bertanya siapa yang ada di dalam rumah Megan saat ini. Ketika mendengar nama Gregory dan Marco, jantung Adam rasanya hampir berhenti berdetak. Kalau hanya Gregory, mungkin dirinya tidak sewaspada ini.[“Tuan, Gregory dan Marco saat ini
Ethan dan Megan yang mendengar cerita Ayah Romi hanya bisa diam mengetahui kenyataan yang terjadi saat itu. Di hari kelahirannya, Megan sudah ditinggalkan sendirian begitu saja oleh seorang pria yang tidak dikenal.“Saya tidak bisa melakukannya.” Ayah Romi menggelengkan kepalanya lalu memejamkan matanya yang terasa berat.“Kenapa? Seharusnya bapak mengantar bayi itu ke mansion kami. Dia--Megan akan dirawat dengan baik oleh kami, keluarganya sendiri.” Gregory hampir kehilangan kesabarannya. Tetapi ketika dia melihat wajah cemas Megan di layar ponsel Adam, pria itu mengembalikan ketenangannya dengan cepat.“Tolong jawab, pak,” pintanya sambil memijit pelipisnya yang sakit.“Saya melihat sorot mata orang itu. Orang yang tega meninggalkan seorang bayi di samping bangunan tua yang sepi dan sering dilewati binatang liar. Dia bukan manusia. Saya tidak tahu apa orang itu ada hubungannya dengan kecelakaan mobil Tuan Stephenson atau tidak. Tapi saya tidak bisa membiarkan seorang bayi yang tidak
[“Iya iya. Perkara nasi Padang berapa bungkus saja. Adam, belikan saja semuanya. Aku juga mau.”]“Baik, tuan,” sahut Adam cepat.Belum sempat Adam beranjak dari duduknya, Ethan memanggilnya lagi. [“Adam, tunggu. Ada urusan apa kamu tadi ke rumah mertuaku?”] tanya Ethan curiga. Pria itu teringat kalau Adam berpamitan pulang. Kecil kemungkinannya Adam berinisiatif untuk datang ke rumah Megan tanpa diminta.“Saya kebetulan lewat, tuan.” Adam tidak bisa memberikan alasan yang lebih baik dari itu dalam waktu singkat. Mengingat wajah Delia hanya membuatnya tidak bisa berpikir rasional.[“Sejak kapan apartemenmu pindah kesana? Kebetulan lewat apa? Jangan bohong!”]Adam benar-benar merasa tidak enak mendengar desakan Ethan untuk jujur saja. Bosnya itu lupa kalau ada Marco disana. Adam tidak mau menyebutkan nama Delia dan memberi kesempatan kepada saudara kembarnya itu untuk mengancam dirinya kelak.“Kata tuan, saya harus sering melihat rumah Nyonya. Apa tuan lupa pernah bilang gitu?” elak Ada
Megan menepuk keningnya melihat keduanya masih saja bertengkar. Saat itu pelayan datang membawakan dua bungkus nasi Padang untuk Ethan dan Megan. Seorang pelayan lain juga mengikuti pelayan itu sambil membawa meja untuk makan di atas tempat tidur. Kepala pelayan Tan sudah mempersiapkan pengaturan makan malam kedua untuk Ethan dan Megan.Bersamaan dengan datangnya nasi Padang ke kamar Ethan, pintu rumah Megan pun diketuk seseorang. Wajah kepala pelayan Tan muncul ketika Ibu Susan membukakan pintu. Pria paruh baya itu rupanya sudah menyiapkan peralatan makan untuk Gregory dan Marco.“Selamat malam, Nyonya. Saya datang untuk menghidangkan nasi Padang,” ucapnya sambil tersenyum ramah pada Ibu Susan.Sedikit bingung, Ibu Susan membuka pintu lebih lebar agar kepala pelayan Tan bisa masuk. Beberapa pelayan pun ikut masuk ke dalam rumah Megan lalu menyiapkan nasi Padang untuk semua orang di rumah itu. Hanya Gregory, Marco, dan Adam yang memakai peralatan makan untuk menikmati hidangan itu. Si