Gregory menggendong tubuh Celia dan membawanya mendekati tempat tidur besar di sudut kamar. Kedua bibir mereka masih saling berpagutan tanpa mau terlepas sedetikpun. Sekali lagi Gregory membaringkan Celia dengan lembut, kali ini diatas tempat tidur. Kecupan Gregory mulai turun ke leher, menghirup dalam-dalam aroma parfum kesukaannya tanpa memberi tanda kepemilikan disana.Celia tidak mau Gregory meninggalkan tanda kepemilikan di tubuhnya agar tidak dilihat para pelayan di rumahnya. Meskipun selalu memakai pakaian yang tertutup, tetapi Celia sangat berhati-hati ketika menyangkut nama baiknya.“Greg,” lirih Celia manja dengan hasrat yang mulai menggelora. Pria itu tersenyum, dia paling suka dipanggil Greg dalam setiap permainan mereka.“Apa kau juga akan menyebut nama Ethan saat kau bercinta dengannya nanti?” tanya Gregory di sela-sela kecupannya pada gundukan di depan dada Celia.“Aku hanya suka menyebutkan namamu, Greg,” rayu Celia lembut. Tubuhnya sudah melayang karena ulah Gregory.
CEKLEK!Pintu kamar mandi terbuka perlahan membuat Ethan yang sedang asyik mengunyah makanan menoleh cepat. Megan keluar pelan-pelan dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Fokus perhatiannya tertuju pada kamar tempat Megan meninggalkan Ethan tadi. Melihat pintu kamar terbuka lebar, Megan berharap pria itu masih berada di dalam sana.Megan pun menoleh ke meja dapur. Pandangan mata Megan bertemu dengan mata Ethan . Pria itu menelan paksa makanan yang belum selesai dikunyahnya dan tersedak dengan sukses. Ethan panik sambil memegangi lehernya karena makanan yang tersangkut di tenggorokannya.UHUK! UHUK! UHUK!Megan yang melihat Ethan kelimpungan, segera mengambil gelas dan mengisinya dengan air minum. Tanpa merasa takut atau curiga pada Ethan, Megan segera mendekatkan gelas air itu ke bibir Ethan. Hati Megan yang baik mendorongnya untuk berusaha membantu meredakan batuk Ethan.“Pelan-pelan minumnya,” ucapnya lembut.Ethan seperti terhipnotis suara Megan dan perlahan me
Megan masih terdiam memikirkan pilihan yang terbaik untuknya. Sebenarnya Ethan tidak memberinya pilihan sama sekali. Pria itu menuntut Megan mengikuti keinginannya. Pada akhirnya keputusan apapun yang diambil Megan, hanya akan membuatnya tetap bersama pria itu.“Baik. Aku terima syaratmu. Tapi berjanjilah tiga hal padaku,” pinta Megan sambil menatap tajam mata gelap Ethan.“Apa?” Ethan balik bertanya dengan perasaan gembira membuncah di dadanya. Perlahan tapi pasti, Megan akan jatuh ke dalam pelukannya.“Pertama, kau harus menepati janjimu untuk mengantarku pulang setelah tiga hari. Kedua, kau tidak boleh menyentuhku. Ke--.”“Apa?!” jerit Ethan melotot kaget mendengar permintaan Megan. Pria itu langsung memotong kata-kata Megan setelah mendengar permintaan keduanya.Kening Megan mengerut mendengar interupsi Ethan yang wajahnya mulai memerah. Melihat raut wajah Megan yang cemberut, ekspresi wajah Ethan berubah dengan cepat. Jangan sampai Megan ngambek atau usaha dan kesabarannya sampai
Ethan mengelus pipinya yang terasa panas akibat tamparan Megan. Tadi, pria itu belum bisa berhasil dan memutuskan membuka punggung Megan. Di luar dugaannya, Megan justru menoleh ke belakang. Hal itu mengundang Ethan untuk mendekat ke Megan. Tentu saja Ethan harus menerima ganjaran atas perbuatannya yang tiba-tiba mengejutkan Megan. "Aku nggak ada maksud apa-apa," lirih Ethan sambil membalik tubuhnya membelakangi Megan. "Tolong jangan--." "Tidurlah. Aku sudah meminjam 'kan?" sambar Ethan lalu memejamkan matanya. Megan menghela napas lega sebelum berbalik membelakangi Ethan kembali. Kedua sama-sama menutup mata dan biarkan alam mimpi menarik mereka lebih dalam. ***Derap langkah beberapa orang membuat Megan menoleh ke arah asal suara. Tampak bayangan hitam berjajar rapi terus berjalan melewati Mega tanpa berhenti. Setelah bayangan hitam itu menghilang, Megan melihat cahaya di jarak. Warna putih yang menyilaukan perlahan mendekati Megan. Salah satu tangan Megan mengangkat menahan s
Megan tercekat saat mendengar keputusan Pak Edi untuknya dan Ethan. Sebuah keputusan tanpa bertanya bagaimana pendapat Megan terlebih dahulu. Tetapi wanita itu tidak memiliki kuasa untuk menghentikannya. Bukti dan saksi sudah jelas mengatakan apa yang sedang dipikirkan warga kampung saat memergoki Megan dan Ethan.Sangat berbeda dengan Megan, Ethan justru merasa sangat bahagia dengan keputusan Pak Edi. Tujuannya akan segera tercapai dan Megan akan menjadi miliknya selamanya. Dia sama sekali tidak memikirkan apa Megan akan bahagia atau tidak bersamanya. Di lubuk hatinya, Ethan memuji Adam dan mengira kalau semua itu adalah rencananya.“Aku harus bicara pada Adam. Rencananya sangat luar biasa. Aku bahkan tidak bisa memikirkan bisa menikahi Megan dengan cara seperti ini,” pikir Ethan saat Pak Edi memintanya bersiap-siap untuk menikah.Pernikahan dadakan itu membuat Ethan tidak bisa mempersiapkan mas kawin untuk Megan. Dia bahkan tidak bisa meminta Adam membeli baju pengantin dan cincin u
“Lalu rencana siapa?” tanya Ethan heran.“Tuan, kita tinggal di kampung yang masih sangat sensitif untuk urusan tinggal bersama antara pria dan wanita. Apalagi Tuan dan Megan sudah kepergok oleh warga kampung di dalam kamar yang sama. Sesuai dengan adat mereka, Tuan memang harus dinikahkan dengan Megan,” jelas Adam yang tidak mau mengambil keuntungan menerima pujian dari Ethan.“Lalu apa rencanamu sebenarnya?”“Saya berpura-pura menjadi perampok dan mengganggu Megan. Saat itu, Tuan langsung datang dan menghajar saya. Dengan begitu, Tuan bisa dianggap pahlawan penyelamat oleh Megan. Bukankah korban selalu jatuh cinta pada penyelamatnya?” Adam mengatakan rencananya dengan ekspresi wajah dingin.Ethan menggebrak meja dengan keras sampai cangkir kopi di depannya bergejolak. Sebagian kopi itu pun tumpah mengotori meja. Pria itu mengumpat pada Adam dan mengatakan kalau rencana Adam itu sangat bodoh.“Aku sudah menyelamatkannya dari pedagang wanita sialan itu, tapi apa?! Apa?!” Ethan mencebi
Memikirkan tentang malam pertama pernikahan membuat wajah Megan memerah. Dia mengayunkan kuat-kuat lalu slap kedua pipinya. Tekadnya harus kuat untuk mempertahankan pendapatnya tentang pernikahan yang tidak sah. Ethan tidak boleh meminta haknya sebagai suami Megan. “Aku harus tetap bertahan. Pernikahan kami tidak sah,” gumam Megan sambil terus melipat pakaian bersih. Terlalu asyik melamun membuat Megan tidak menyadari kehadiran Ethan. Pria itu baru saja pulang dari Villa Pesona Biru. Dia menjadikan vila itu tempat kerjanya dan mengatur Wibisana Corp. dari sana. Dengan sedikit pengaturan dari Adam, semua orang saat ini mengira kalau Ethan sedang berada di luar kota.melihat gadis yang dinikahinya tadi pagi sedang melipat pakaian membuat Ethan menatap dalam. Senyum tipis malu-malu wajah cantik Megan. Sederhana dan polos tanpa sapuan make up tebal dengan warna mencolok. Megan terlihat sangat berbeda dengan wanita-wanita cantik yang menemani Ethan setiap malam. Ethan memperhatikan pena
Megan menurunkan kecepatan makannya saat mendengar ucapan Ethan barusan. Dia mulai gugup lagi dan akhirnya menghentikan makannya. Gadis itu melirik Ethan yang sudah menatapnya.“Kenapa berhenti makan? Nasinya nggak enak?” tanya Ethan tanpa rasa bersalah.“Pernikahan kita belum sah, mas. Aku nggak bisa memuaskan kamu,” ucap Megan takut sekaligus bingung.“Lalu?” Ethan balik bertanya sambil menghabiskan suapan terakhir makanan di mulutnya.“Tunggu dulu. Kita sedang bicara hal yang sama kan?” tanya Ethan sambil menaik turunkan alisnya.“Aku tahu maksudmu dengan ‘harus memuaskan’ itu. Ayah dan ibuku seringkali bicara seperti itu di tengah malam. Terus aku dengar suara tempat tidur berderit. Seperti ada orang yang naik dan turun dari atas tempat tidur. Habis itu ibuku berdesis kayak orang kepedesan. Ayah juga tiba-tiba teriak gitu seperti ada yang nyubit pinggangnya. Paginya, aku lihat ibu sudah keramas. Ayah juga senyum-senyum terus. Itu ‘kan yang namanya memuaskan?”Ethan melongo mendeng
“Iya, sayang. Aku sudah pulang. Dimana yang sakit, sayang?” tanya Ethan sambil menggenggam tangan Megan.Megan tidak menjawab, tapi meringis merasakan sakit lagi. Suster-suster yang bertugas membantu persiapan Megan untuk melahirkan, meminta Ethan untuk mundur sebentar. Mereka mengganti pakaian Megan dengan baju rumah sakit, lalu memasang alat penyangga kakinya. Megan terus merintih kesakitan di antara kesibukan dokter dan suster yang sedang bersiap untuk membantunya melahirkan.Tiba-tiba dokter Helena masuk ke dalam ruang bersalin itu. Dia sudah berganti pakaian dengan pakaian dinas dokter dan tampak sudah siap dengan sarung tangan karetnya. Dokter Helena tidak mengatakan apa-apa pada Ethan dan Megan, tetapi langsung bertanya pada rekan dokternya. Setelah mendapatkan laporan lengkap tentang kondisi Megan dan posisi bayinya, dokter Helena kembali fokus pada pasiennya itu.“Megan, dengarkan aku. Kamu ingat ‘kan dengan latihan nafas saat senam hamil? Sekarang ikuti petunjukku ya,” pinta
Baru saja Ethan ingin memejamkan matanya, ia merasakan Megan bergerak di sampingnya. Pria itu membuka matanya lalu menoleh ke samping. Tubuh Megan tampak bergerak gelisah dalam tidurnya. Ethan buru-buru bangkit bersamaan dengan Alex lalu mendekati Megan.“Sayang? Megan …,” panggil Ethan cemas.Ethan mengguncang perlahan tubuh Megan sambil menepuk-nepuk pipinya. Tetapi Megan tetap memejamkan matanya dan terlihat semakin pucat. Megan juga gemetar dan meringis menahan sakit. Saat Ethan menepuk pipi Megan lagi, Alex menghentikan pria itu. Alex menunjuk bagian bawah tubuh Megan yang sudah basah.“Tuan, sepertinya Nona akan melahirkan,” ucap Alex dengan nada gemetar. Sorot mata pria itu jelas menunjukkan kekhawatiran melihat keadaan Megan. Istrinya, suster Hanna sudah menjelaskan gejala akan melahirkan diantaranya keluar cairan yang sangat banyak dari bagian inti Megan.“Kenapa diam saja? Cepat kita ke rumah sakit!” bentak Ethan menyadarkan Alex.Pria itu segera melesat meninggalkan Ethan d
Enam bulan kemudian,Di Mansion Stephenson, Megan sedang berjalan-jalan di halaman samping mansion itu. Dia menghirup udara pagi yang segar lalu menatap jauh ke kebun buah dan sayur di seberang mansion. Tanah bekas mansion Billy Aomori yang sudah diratakan dengan tanah, disulap menjadi kebun buah dan sayuran oleh Gregory atas permintaan Megan.Semua bahan makanan untuk catering Ibu Susan, dipetik langsung dari kebun itu. Untuk memperkenalkan kebun itu, Megan mendirikan sebuah rumah kecil dan showroom agar orang-orang yang mengelola kebun itu bisa beristirahat disana. Dan hasil kebun itu juga bisa dijual kepada warga di sekitar mansion.Gudang yang ada di sekat Mansion Stephenson juga sudah dipindahkan ke tempat yang lebih dekat dengan rumah tinggal untuk bodyguard. Halaman samping dan belakang Mansion Stephenson sudah di rombak ulang untuk memperkecil kemungkinan adanya penyusup ke dalam mansion itu.“Alex, apa suamiku sudah menelpon?” tanya Megan ketika teringat pada EthanSudah bebe
[“Katakan saja,”] ucap dokter Helena.[“Bisakah kakak ipar bersabar menemani kakakku seumur hidupnya? Maksudku, aku minta maaf karena sudah memaksa kalian untuk menikah. Aku akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu padamu, kakak ipar,”] ucap Megan terdengar kasihan.Dokter Helena menarik nafas panjang lalu tersenyum lagi mendengar ucapan Megan. Sejujurnya menikah dengan Gregory tidak buruk juga. Toh, dia bukan lagi anak remaja yang harus merasakan cinta berbunga-bunga. Apalagi perlakuan Gregory padanya bisa dibilang cukup lembut.[“Aku bisa bertanggung jawab terhadap hidupku sendiri, Megan. Takdir yang membawa kami bertemu lalu menikah. Kamu hanya perantaranya saja. Well, jangan memikirkan yang seharusnya tidak perlu kau pikirkan. Aku dan kakakmu baik-baik saja. Ada atau tidak ada anak, kakakmu sudah bilang tidak apa-apa. Kalau sudah seperti itu, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk bersamanya selamanya,”] ucap dokter Helena.“Wifey, makanannya sudah datang. Kamu mau sampai kap
Dokter Helena meremat keras sprei yang menjadi alas tidurnya. Gregory sudah berhasil mendobrak masuk pertahanan Dokter Helena. Membuat wanita itu menjerit kesakitan sekaligus mendesis penuh gairah. Tidak lagi pembuktian yang perlu diungkapkan dengan kata-kata ketika noda merah tercetak jelas di atas sprei.Gregory terus menggerakkan tubuhnya dengan konstan. Setiap kali bergerak masuk, dokter Helena merasakan antara tubuhnya terasa terbelah sekaligus nikmat yang amat sangat. Gregory tahu betul bagaimana membuat dokter Helena tidak berhenti memanggil namanya dengan suara yang terdengar sangat menggoda.“Terus! Percepat!” Dokter Helena tidak bisa menahan dirinya dan ikut bergerak mencari kepuasannya.Gregory semakin bersemangat menghujam tubuh dokter Helena sampai mereka mencapai klimaks bersamaan. Dokter Helena menjambak rambut Gregory, membenamkan kelelakiannya ke dalam tubuh istrinya dan memuntahkan benih calon anak mereka. Masih belum puas, Gregory kembali menggerakkan tubuhnya sampa
Gregory tidak sabaran membawa dokter Helena ke dalam kamar pengantin mereka. Dia bahkan sudah menyiapkan helikopter untuk membawa mereka ke sebuah hotel termahal di sana. Mereka akan menghabiskan tiga hari bermalam dan bersantai di president suite room hotel itu.“Tidak apa-apa kita meninggalkan pesta begitu saja?” tanya dokter Helena sambil melihat keluar jendela helikopter yang sudah terbang ke langit.“Kau juga tidak senang dengan pesta semacam itu ‘kan? Mulai sekarang biasakan. Ada waktunya kau harus menghadiri pesta bersamaku. Sebagai Nyonya Stephenson, hanya itu yang perlu kau perhatikan,” ucap Gregory juga menatap keluar jendela.“Benarkah? Gampang sekali menjadi istrimu, Tuan Stephenson. Bagaimana dengan anak? Kau mau atau tidak?” tanya dokter Helena masih penasaran.“Aku sudah pernah bilang ‘kan. Megan yang akan melakukannya. Tapi kalau kau bersikeras, aku juga tidak keberatan membantumu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berolahraga,” sahut Gregory sambil tersenyum s
“Jadi kapan pernikahan kalian akan diadakan? Aku boleh usul?” tanya Ethan sambil mengelus lembut punggung Megan.Sejak beberapa hari ini Megan tidak mau melepaskannya sama sekali. Ethan harus selalu berada dalam jarak pandangnya atau Megan akan menjerit-jerit memanggil pria itu. Megan bahkan ikut ke kantor Wibisana Corp. hanya untuk menatap Ethan yang sedang sibuk bekerja. Untung saja kondisi kesehatan Megan dan kehamilannya sudah baik-baik saja.“Usul apa?” tanya Gregory memicingkan matanya curiga.“Boleh, usul aja yang banyak. Aku lagi malas mengurus pernikahanku,” sahut dokter Helena menyindir Gregory.Sejak dokter Helena menyetujui pernikahan itu, Gregory tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Gregory memilih semua keperluan untuk pesta pernikahan dan juga mengundang banyak orang untuk merencanakan pernikahannya. Pendapat dokter Helena bahkan tidak didengar Gregory sama sekali.“Kamu ngambek, ya? Aku kan ingin yang terbaik untuk pernikahan kita. Sekali seumur hidup, kita berdua
“Eh, itu Alex sama siapa?” tanya dokter Helena sambil menunjuk ke arah Alex dan wanita itu.Keduanya secara bersamaan menoleh menatap dokter Helena dan berjalan mendekati mereka. Saat itu dokter Helena baru menyadari siapa wanita yang bersama dengan Alex.“Loh, suster Hanna? Kok bisa kesini? Ada apa?” tanya dokter Helena yang mengenali salah satu suster di rumah sakit Wibisana.“Dokter Helena, saya diminta mengantarkan obat untuk Nyonya Megan. Kebetulan ketemu Alex tadi di depan,” ucap suster Hanna lugas.Ucapan suster Hanna membuat Ethan, Gregory, dan dokter Helena saling pandang lalu tersenyum curiga. Ketiganya kompak memicingkan matanya menatap Alex yang terlihat salah tingkah. Wajah pria itu sudah memerah dan terlihat tidak berani menatap balik pada Tuannya.“Kalian kok sepertinya sangat akrab ya. Apa ada sesuatu?” tanya Gregory curiga.“Itu .. Tuan. Anu ….” Alex menelan salivanya sebelum memberanikan dirinya untuk menjawab.“Kami bersahabat waktu SMA, Tuan. Sudah lama kami tidak
Beberapa hari kemudian di Mansion Stephenson, semua orang sedang berkumpul untuk merayakan ulang tahun Megan. Gregory sudah menyiapkan sebuah pesta kebun di samping kolam renang hanya untuk keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Bahkan bodyguard dan pelayan juga berkumpul untuk ikut merasakan hari bahagia bertambahnya usia Megan.Adam dan Marco sudah membaik dari luka-luka mereka dan datang ke mansion itu bersama istri masing-masing. Gwen dan Delia sekarang sibuk membantu suami mereka yang sedang memanggang daging dan ayam. Moji dan Boni juga tidak kalah datang membawa para istri mereka. Dan tampaknya kedua istri mereka saat ini sedang hamil muda.Ilham dan Michela tampak duduk berduaan di gazebo kayu di dekat kolam renang. Orang tua Ethan itu sedang bicara tentang rencana mereka untuk kembali rujuk. Michela berencana untuk tinggal di Mansion Wibisana untuk menjaga Megan yang sedang hamil. Sedangkan Ilham akan menyerahkan semua sahamnya pada Megan. Keputusan itu sudah Ilham sampaik