Ethan mengelus pipinya yang terasa panas akibat tamparan Megan. Tadi, pria itu belum bisa berhasil dan memutuskan membuka punggung Megan. Di luar dugaannya, Megan justru menoleh ke belakang. Hal itu mengundang Ethan untuk mendekat ke Megan. Tentu saja Ethan harus menerima ganjaran atas perbuatannya yang tiba-tiba mengejutkan Megan. "Aku nggak ada maksud apa-apa," lirih Ethan sambil membalik tubuhnya membelakangi Megan. "Tolong jangan--." "Tidurlah. Aku sudah meminjam 'kan?" sambar Ethan lalu memejamkan matanya. Megan menghela napas lega sebelum berbalik membelakangi Ethan kembali. Kedua sama-sama menutup mata dan biarkan alam mimpi menarik mereka lebih dalam. ***Derap langkah beberapa orang membuat Megan menoleh ke arah asal suara. Tampak bayangan hitam berjajar rapi terus berjalan melewati Mega tanpa berhenti. Setelah bayangan hitam itu menghilang, Megan melihat cahaya di jarak. Warna putih yang menyilaukan perlahan mendekati Megan. Salah satu tangan Megan mengangkat menahan s
Megan tercekat saat mendengar keputusan Pak Edi untuknya dan Ethan. Sebuah keputusan tanpa bertanya bagaimana pendapat Megan terlebih dahulu. Tetapi wanita itu tidak memiliki kuasa untuk menghentikannya. Bukti dan saksi sudah jelas mengatakan apa yang sedang dipikirkan warga kampung saat memergoki Megan dan Ethan.Sangat berbeda dengan Megan, Ethan justru merasa sangat bahagia dengan keputusan Pak Edi. Tujuannya akan segera tercapai dan Megan akan menjadi miliknya selamanya. Dia sama sekali tidak memikirkan apa Megan akan bahagia atau tidak bersamanya. Di lubuk hatinya, Ethan memuji Adam dan mengira kalau semua itu adalah rencananya.“Aku harus bicara pada Adam. Rencananya sangat luar biasa. Aku bahkan tidak bisa memikirkan bisa menikahi Megan dengan cara seperti ini,” pikir Ethan saat Pak Edi memintanya bersiap-siap untuk menikah.Pernikahan dadakan itu membuat Ethan tidak bisa mempersiapkan mas kawin untuk Megan. Dia bahkan tidak bisa meminta Adam membeli baju pengantin dan cincin u
“Lalu rencana siapa?” tanya Ethan heran.“Tuan, kita tinggal di kampung yang masih sangat sensitif untuk urusan tinggal bersama antara pria dan wanita. Apalagi Tuan dan Megan sudah kepergok oleh warga kampung di dalam kamar yang sama. Sesuai dengan adat mereka, Tuan memang harus dinikahkan dengan Megan,” jelas Adam yang tidak mau mengambil keuntungan menerima pujian dari Ethan.“Lalu apa rencanamu sebenarnya?”“Saya berpura-pura menjadi perampok dan mengganggu Megan. Saat itu, Tuan langsung datang dan menghajar saya. Dengan begitu, Tuan bisa dianggap pahlawan penyelamat oleh Megan. Bukankah korban selalu jatuh cinta pada penyelamatnya?” Adam mengatakan rencananya dengan ekspresi wajah dingin.Ethan menggebrak meja dengan keras sampai cangkir kopi di depannya bergejolak. Sebagian kopi itu pun tumpah mengotori meja. Pria itu mengumpat pada Adam dan mengatakan kalau rencana Adam itu sangat bodoh.“Aku sudah menyelamatkannya dari pedagang wanita sialan itu, tapi apa?! Apa?!” Ethan mencebi
Memikirkan tentang malam pertama pernikahan membuat wajah Megan memerah. Dia mengayunkan kuat-kuat lalu slap kedua pipinya. Tekadnya harus kuat untuk mempertahankan pendapatnya tentang pernikahan yang tidak sah. Ethan tidak boleh meminta haknya sebagai suami Megan. “Aku harus tetap bertahan. Pernikahan kami tidak sah,” gumam Megan sambil terus melipat pakaian bersih. Terlalu asyik melamun membuat Megan tidak menyadari kehadiran Ethan. Pria itu baru saja pulang dari Villa Pesona Biru. Dia menjadikan vila itu tempat kerjanya dan mengatur Wibisana Corp. dari sana. Dengan sedikit pengaturan dari Adam, semua orang saat ini mengira kalau Ethan sedang berada di luar kota.melihat gadis yang dinikahinya tadi pagi sedang melipat pakaian membuat Ethan menatap dalam. Senyum tipis malu-malu wajah cantik Megan. Sederhana dan polos tanpa sapuan make up tebal dengan warna mencolok. Megan terlihat sangat berbeda dengan wanita-wanita cantik yang menemani Ethan setiap malam. Ethan memperhatikan pena
Megan menurunkan kecepatan makannya saat mendengar ucapan Ethan barusan. Dia mulai gugup lagi dan akhirnya menghentikan makannya. Gadis itu melirik Ethan yang sudah menatapnya.“Kenapa berhenti makan? Nasinya nggak enak?” tanya Ethan tanpa rasa bersalah.“Pernikahan kita belum sah, mas. Aku nggak bisa memuaskan kamu,” ucap Megan takut sekaligus bingung.“Lalu?” Ethan balik bertanya sambil menghabiskan suapan terakhir makanan di mulutnya.“Tunggu dulu. Kita sedang bicara hal yang sama kan?” tanya Ethan sambil menaik turunkan alisnya.“Aku tahu maksudmu dengan ‘harus memuaskan’ itu. Ayah dan ibuku seringkali bicara seperti itu di tengah malam. Terus aku dengar suara tempat tidur berderit. Seperti ada orang yang naik dan turun dari atas tempat tidur. Habis itu ibuku berdesis kayak orang kepedesan. Ayah juga tiba-tiba teriak gitu seperti ada yang nyubit pinggangnya. Paginya, aku lihat ibu sudah keramas. Ayah juga senyum-senyum terus. Itu ‘kan yang namanya memuaskan?”Ethan melongo mendeng
Sesampainya di vila, Megan tidak sempat melihat hal lain kecuali mengurus Ethan dan Adam yang terluka. Gadis itu mengikuti bodyguard yang menuntun kedua pria itu masuk ke dalam villa. Megan sudah tidak peduli dengan pakaiannya yang terkena darah Ethan. Sampai di sebuah kamar, Ethan segera dibaringkan di atas tempat tidur. Tidak ada seorangpun yang langsung mengambil tindakan untuk menghentikan pendarahan di luka Ethan. Dua orang pengawal yang membantunya tadi hanya berdiri diam di pinggir tempat tidur. “Kalian kenapa diam saja? Cepat panggil dokter!” jerit Megan kesal. Sesungguhnya Megan tidak perlu berteriak seperti itu. Segera setelah dikonfirmasi ada serangan terhadap Ethan, Joshua langsung dijemput dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju Villa Pesona Biru.Melihat pengawal kedua itu masih lempeng saja, tidak mau berbuat apa-apa membuat Megan jengkel. Dia lalu mendekati Ethan dan mulai membuka kancing kemeja pria itu satu persatu. Tanpa merasa takut atau takut melihat luka y
Joshua baru selesai membalut luka di perut Ethan sebelum melirik Megan yang sudah bertopang dagu di pinggir tempat tidur. Kedua mata gadis itu setengah tertutup. terjatuh terjatuh ke kanan dan ke kiri. Megan tampak terkantuk-kantuk menunggu Ethan diobati. “Yank, kamu ngantuk? Tidur sini,” panggil Ethan sok mesra. Joshua mencibirkan bibir bawahnya ke arah Ethan, lalu punggung bahu Megan dengan keras. Gadis itu langsung duduk tegak kembali lalu menguap lebar. segera setelah seluruh tenaganya untuk melawan para penyerang Ethan, Megan merasa sangat lelah. Dia ingin tidur sebentar saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Tidur sana, ucap Joshua lalu menunjuk tempat kosong di samping Ethan.Tanpa disangka, tanpa terlupakan, Megan menurut lalu berputar menuju ke bagian tempat tidur yang kosong. Dia langsung naik ke tempat tidur lalu masalah di samping Ethan. Setelah merapatkan jubah mandi yang dipakainya, Megan mulai memejamkan mata. Dia sama sekali tidak waspada berada di kamar yang sama
Tanpa memakai apapun, Gwen masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengunci pintunya. Dia memutar kran air hangat sebelum menggosok punggungnya dengan sabun. Gwen segera menyelesaikan mandinya dengan cepat. Tempat tidur hangat sudah menggodanya untuk segera berbaring di atasnya.Gwen sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang berada di dalam kamar yang sama dengan Marco. Pria itu juga memutuskan menginap karena Gregory akan kembali pagi-pagi sekali. Bukan sebuah kebetulan kalau Marco masuk ke dalam kamar yang sama dengan Gwen. Dia sengaja memilih kamar itu karena tahu kalau Gwen akan menginap disana.“Kenapa berhenti?” Suara bariton Marco mengagetkan Gwen yang hampir melepaskan handuknya untuk memakai piyama tidur.“Kau! Ngapain disini?! Cepat keluar!” bentak Gwen galak. Gwen sangat terkejut ketika dia berbalik dan melihat Marco duduk di sofa.Marco tersenyum manis seperti pria tampan yang manis. Tetapi Gwen sama sekali tidak terpikat. Dia tahu kalau Marco adalah pria yang berbahaya da
“Iya, sayang. Aku sudah pulang. Dimana yang sakit, sayang?” tanya Ethan sambil menggenggam tangan Megan.Megan tidak menjawab, tapi meringis merasakan sakit lagi. Suster-suster yang bertugas membantu persiapan Megan untuk melahirkan, meminta Ethan untuk mundur sebentar. Mereka mengganti pakaian Megan dengan baju rumah sakit, lalu memasang alat penyangga kakinya. Megan terus merintih kesakitan di antara kesibukan dokter dan suster yang sedang bersiap untuk membantunya melahirkan.Tiba-tiba dokter Helena masuk ke dalam ruang bersalin itu. Dia sudah berganti pakaian dengan pakaian dinas dokter dan tampak sudah siap dengan sarung tangan karetnya. Dokter Helena tidak mengatakan apa-apa pada Ethan dan Megan, tetapi langsung bertanya pada rekan dokternya. Setelah mendapatkan laporan lengkap tentang kondisi Megan dan posisi bayinya, dokter Helena kembali fokus pada pasiennya itu.“Megan, dengarkan aku. Kamu ingat ‘kan dengan latihan nafas saat senam hamil? Sekarang ikuti petunjukku ya,” pinta
Baru saja Ethan ingin memejamkan matanya, ia merasakan Megan bergerak di sampingnya. Pria itu membuka matanya lalu menoleh ke samping. Tubuh Megan tampak bergerak gelisah dalam tidurnya. Ethan buru-buru bangkit bersamaan dengan Alex lalu mendekati Megan.“Sayang? Megan …,” panggil Ethan cemas.Ethan mengguncang perlahan tubuh Megan sambil menepuk-nepuk pipinya. Tetapi Megan tetap memejamkan matanya dan terlihat semakin pucat. Megan juga gemetar dan meringis menahan sakit. Saat Ethan menepuk pipi Megan lagi, Alex menghentikan pria itu. Alex menunjuk bagian bawah tubuh Megan yang sudah basah.“Tuan, sepertinya Nona akan melahirkan,” ucap Alex dengan nada gemetar. Sorot mata pria itu jelas menunjukkan kekhawatiran melihat keadaan Megan. Istrinya, suster Hanna sudah menjelaskan gejala akan melahirkan diantaranya keluar cairan yang sangat banyak dari bagian inti Megan.“Kenapa diam saja? Cepat kita ke rumah sakit!” bentak Ethan menyadarkan Alex.Pria itu segera melesat meninggalkan Ethan d
Enam bulan kemudian,Di Mansion Stephenson, Megan sedang berjalan-jalan di halaman samping mansion itu. Dia menghirup udara pagi yang segar lalu menatap jauh ke kebun buah dan sayur di seberang mansion. Tanah bekas mansion Billy Aomori yang sudah diratakan dengan tanah, disulap menjadi kebun buah dan sayuran oleh Gregory atas permintaan Megan.Semua bahan makanan untuk catering Ibu Susan, dipetik langsung dari kebun itu. Untuk memperkenalkan kebun itu, Megan mendirikan sebuah rumah kecil dan showroom agar orang-orang yang mengelola kebun itu bisa beristirahat disana. Dan hasil kebun itu juga bisa dijual kepada warga di sekitar mansion.Gudang yang ada di sekat Mansion Stephenson juga sudah dipindahkan ke tempat yang lebih dekat dengan rumah tinggal untuk bodyguard. Halaman samping dan belakang Mansion Stephenson sudah di rombak ulang untuk memperkecil kemungkinan adanya penyusup ke dalam mansion itu.“Alex, apa suamiku sudah menelpon?” tanya Megan ketika teringat pada EthanSudah bebe
[“Katakan saja,”] ucap dokter Helena.[“Bisakah kakak ipar bersabar menemani kakakku seumur hidupnya? Maksudku, aku minta maaf karena sudah memaksa kalian untuk menikah. Aku akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu padamu, kakak ipar,”] ucap Megan terdengar kasihan.Dokter Helena menarik nafas panjang lalu tersenyum lagi mendengar ucapan Megan. Sejujurnya menikah dengan Gregory tidak buruk juga. Toh, dia bukan lagi anak remaja yang harus merasakan cinta berbunga-bunga. Apalagi perlakuan Gregory padanya bisa dibilang cukup lembut.[“Aku bisa bertanggung jawab terhadap hidupku sendiri, Megan. Takdir yang membawa kami bertemu lalu menikah. Kamu hanya perantaranya saja. Well, jangan memikirkan yang seharusnya tidak perlu kau pikirkan. Aku dan kakakmu baik-baik saja. Ada atau tidak ada anak, kakakmu sudah bilang tidak apa-apa. Kalau sudah seperti itu, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk bersamanya selamanya,”] ucap dokter Helena.“Wifey, makanannya sudah datang. Kamu mau sampai kap
Dokter Helena meremat keras sprei yang menjadi alas tidurnya. Gregory sudah berhasil mendobrak masuk pertahanan Dokter Helena. Membuat wanita itu menjerit kesakitan sekaligus mendesis penuh gairah. Tidak lagi pembuktian yang perlu diungkapkan dengan kata-kata ketika noda merah tercetak jelas di atas sprei.Gregory terus menggerakkan tubuhnya dengan konstan. Setiap kali bergerak masuk, dokter Helena merasakan antara tubuhnya terasa terbelah sekaligus nikmat yang amat sangat. Gregory tahu betul bagaimana membuat dokter Helena tidak berhenti memanggil namanya dengan suara yang terdengar sangat menggoda.“Terus! Percepat!” Dokter Helena tidak bisa menahan dirinya dan ikut bergerak mencari kepuasannya.Gregory semakin bersemangat menghujam tubuh dokter Helena sampai mereka mencapai klimaks bersamaan. Dokter Helena menjambak rambut Gregory, membenamkan kelelakiannya ke dalam tubuh istrinya dan memuntahkan benih calon anak mereka. Masih belum puas, Gregory kembali menggerakkan tubuhnya sampa
Gregory tidak sabaran membawa dokter Helena ke dalam kamar pengantin mereka. Dia bahkan sudah menyiapkan helikopter untuk membawa mereka ke sebuah hotel termahal di sana. Mereka akan menghabiskan tiga hari bermalam dan bersantai di president suite room hotel itu.“Tidak apa-apa kita meninggalkan pesta begitu saja?” tanya dokter Helena sambil melihat keluar jendela helikopter yang sudah terbang ke langit.“Kau juga tidak senang dengan pesta semacam itu ‘kan? Mulai sekarang biasakan. Ada waktunya kau harus menghadiri pesta bersamaku. Sebagai Nyonya Stephenson, hanya itu yang perlu kau perhatikan,” ucap Gregory juga menatap keluar jendela.“Benarkah? Gampang sekali menjadi istrimu, Tuan Stephenson. Bagaimana dengan anak? Kau mau atau tidak?” tanya dokter Helena masih penasaran.“Aku sudah pernah bilang ‘kan. Megan yang akan melakukannya. Tapi kalau kau bersikeras, aku juga tidak keberatan membantumu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berolahraga,” sahut Gregory sambil tersenyum s
“Jadi kapan pernikahan kalian akan diadakan? Aku boleh usul?” tanya Ethan sambil mengelus lembut punggung Megan.Sejak beberapa hari ini Megan tidak mau melepaskannya sama sekali. Ethan harus selalu berada dalam jarak pandangnya atau Megan akan menjerit-jerit memanggil pria itu. Megan bahkan ikut ke kantor Wibisana Corp. hanya untuk menatap Ethan yang sedang sibuk bekerja. Untung saja kondisi kesehatan Megan dan kehamilannya sudah baik-baik saja.“Usul apa?” tanya Gregory memicingkan matanya curiga.“Boleh, usul aja yang banyak. Aku lagi malas mengurus pernikahanku,” sahut dokter Helena menyindir Gregory.Sejak dokter Helena menyetujui pernikahan itu, Gregory tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Gregory memilih semua keperluan untuk pesta pernikahan dan juga mengundang banyak orang untuk merencanakan pernikahannya. Pendapat dokter Helena bahkan tidak didengar Gregory sama sekali.“Kamu ngambek, ya? Aku kan ingin yang terbaik untuk pernikahan kita. Sekali seumur hidup, kita berdua
“Eh, itu Alex sama siapa?” tanya dokter Helena sambil menunjuk ke arah Alex dan wanita itu.Keduanya secara bersamaan menoleh menatap dokter Helena dan berjalan mendekati mereka. Saat itu dokter Helena baru menyadari siapa wanita yang bersama dengan Alex.“Loh, suster Hanna? Kok bisa kesini? Ada apa?” tanya dokter Helena yang mengenali salah satu suster di rumah sakit Wibisana.“Dokter Helena, saya diminta mengantarkan obat untuk Nyonya Megan. Kebetulan ketemu Alex tadi di depan,” ucap suster Hanna lugas.Ucapan suster Hanna membuat Ethan, Gregory, dan dokter Helena saling pandang lalu tersenyum curiga. Ketiganya kompak memicingkan matanya menatap Alex yang terlihat salah tingkah. Wajah pria itu sudah memerah dan terlihat tidak berani menatap balik pada Tuannya.“Kalian kok sepertinya sangat akrab ya. Apa ada sesuatu?” tanya Gregory curiga.“Itu .. Tuan. Anu ….” Alex menelan salivanya sebelum memberanikan dirinya untuk menjawab.“Kami bersahabat waktu SMA, Tuan. Sudah lama kami tidak
Beberapa hari kemudian di Mansion Stephenson, semua orang sedang berkumpul untuk merayakan ulang tahun Megan. Gregory sudah menyiapkan sebuah pesta kebun di samping kolam renang hanya untuk keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Bahkan bodyguard dan pelayan juga berkumpul untuk ikut merasakan hari bahagia bertambahnya usia Megan.Adam dan Marco sudah membaik dari luka-luka mereka dan datang ke mansion itu bersama istri masing-masing. Gwen dan Delia sekarang sibuk membantu suami mereka yang sedang memanggang daging dan ayam. Moji dan Boni juga tidak kalah datang membawa para istri mereka. Dan tampaknya kedua istri mereka saat ini sedang hamil muda.Ilham dan Michela tampak duduk berduaan di gazebo kayu di dekat kolam renang. Orang tua Ethan itu sedang bicara tentang rencana mereka untuk kembali rujuk. Michela berencana untuk tinggal di Mansion Wibisana untuk menjaga Megan yang sedang hamil. Sedangkan Ilham akan menyerahkan semua sahamnya pada Megan. Keputusan itu sudah Ilham sampaik