Ethan terdiam mendengar pertanyaan Megan berikutnya. Pria itu tidak tahu harus menjawab apa untuk membuat Megan mengerti tentang perasaannya. Obsesinya yang ingin memiliki Megan membuat Ethan tidak punya alasan untuk dikatakan pada gadis itu. Tetapi ketika mendengar Megan mempertanyakan kebangkrutannya, Ethan salah paham.“Kalau aku nggak bangkrut, kamu mau sama aku ‘kan?”Megan menatap Ethan tidak percaya. Pria itu kembali menyakiti hatinya. Di saat pertemuan pertama mereka, Megan sudah cukup merasakan trauma. Luka itu belum sembuh dari hatinya. Dan kini Ethan kembali menabur garam diatas luka hatinya.PLAK!Megan melayangkan tangannya menampar pipi Ethan. Kejadian itu disaksikan semua anak buah Ethan termasuk Adam, Moji, dan Boni. Mereka sedikit tidaknya mendengar apa yang sedang keduanya bicarakan tadi.“Apa kau pikir uangmu bisa membeliku? Kau pikir aku perempuan matre?! Apa di pikiranmu itu hanya ingin merampas kehormatanku?!”Megan memegang dadanya yang berdetak sangat kencang.
“Apa kau sudah dengar bagaimana Nyonya Megan dan Tuan Ethan bertarung semalam?” tanya salah satu bodyguard berambut cepak.Megan yang saat itu sedang berjalan kembali ke kamar Ethan, mencuri dengar pembicaraan dua orang bodyguard yang sedang berjaga-jaga di dekat tangga. Di tangannya, Megan membawa nampan berisi sarapan sederhana untuk Ethan. Langkah Megan terhenti dan dia mulai menguping pembicaraan kedua bodyguard itu.“Apa mereka mendengar sesuatu semalam?” batin Megan cemas.Biar bagaimanapun semalam, suara Ethan terdengar cukup keras sampai keluar kamar. Padahal Megan sudah memintanya agar tidak berisik. Tetapi pria itu malah tidak berusaha menahannya sama sekali. Megan pun semakin merunduk untuk melanjutkan menguping di samping tangga.“Ya, aku dengar. Dia memakai sapu untuk memukuli orang yang melukai Tuan Ethan dan Tuan Adam. Bahkan berani melawan algojo yang paling besar badannya,” sahut bodyguard satunya.“Yang paling seru, Nyonya Megan memakai nasi bungkus untuk menyerang m
Ethan langsung mengusir Adam dan Boni keluar dari kamarnya. Raut wajahnya sangat tidak bersahabat karena Megan menyuruh Adam menembak anacondanya. Ethan berkacak pinggang di hadapan Megan yang masih betah memejamkan matanya di dalam selimut.“Kamu bilang apa barusan?! Apa kamu nggak tahu kalau anaconda ‘ku ini bisa bikin kamu melahirkan anak-anakku?!” bentak Ethan kesal.Kening Megan mengerut, bagaimana bisa seekor anaconda bisa membuatnya melahirkan anak-anak Ethan. Memikirkannya saja sudah membuat perut Megan merasa mual membayangkan bayi anaconda yang kepalanya mirip seperti Ethan.“Apa kamu sudah gila? Bagaimana bisa aku melahirkan bayi anaconda?” ucap Megan merinding.Ethan bengong sejenak lalu menepuk keningnya sambil menimbulkan bunyi yang keras. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Megan. Sangat aneh kalau gadis seusia Megan tidak tahu tentang hubungan suami istri. Mengingat pergaulan zaman sekarang yang sudah lebih bebas dan juga terbuka untuk hal-hal seperti itu.“Kamu
Megan menepis tangan Ethan lalu mengusap pipinya yang terasa sakit. Giliran Megan yang mengulurkan tangannya ingin mencubit pipi Ethan. Tetapi pria itu sudah lebih dulu menghindar.“Sudah. Siap-siap sana. Kita ke mall,” ajak Ethan sambil menepuk kedua pundak Megan.“Siap-siap apalagi? Aku begini aja. Nggak ada tas, sandal, HP juga nggak tahu dimana,” ucap Megan lalu berjalan mendekati meja.“Ini sarapanmu belum habis, mas. Habiskan dulu. Mubazir kalau nggak habis. Kamu tahu nggak kalau aku di rumah itu hampir nggak pernah bisa sarapan. Sehari-hari cuma cukup makan dua kali saja,” nasehat Megan seolah tidak cukup makan itu adalah hal yang biasa baginya.Ethan tertegun mendengar pengakuan Megan. Manik mata gelapnya terus mengikuti kemanapun Megan melangkah. Saat itu Ethan baru menyadari besarnya jarak antara dirinya dengan Megan. Kekhawatiran mereka tentang kehidupan sangat bertolak belakang. Disaat Megan memikirkan tentang makanan untuk hari ini, Ethan justru memikirkan tentang kepuasa
“Kenapa kamu ketawa, Adam?” tanya Ethan heran.“Tidak, Tuan. Saya hanya ingin bersin,” elak Adam dengan cepat.TING!Pintu lift terbuka ketika mereka tiba di lantai empat. Ethan kembali menggendong Megan menuju ke sebuah salon yang tampak sepi. Adam sudah membuat janji dengan barberman yang selalu menangani Ethan. Salon pun dikosongkan untuk satu jam kedepan selama Ethan berada di dalam salon itu nanti.“Selamat datang, Tuan Ethan,” sambut seorang pria yang cantik.Megan hampir tidak berkedip melihat betapa sempurnanya wajah pria itu. Sekilas pria itu mirip dengan seorang wanita. Mirip seperti artis di televisi yang sempat dilihat Megan di restoran. Pria itu membungkuk hormat ke arah Ethan lalu menunjukkan jalan menuju ruangan VVIP.Tetapi melihat salon yang masih sepi, Ethan lebih memilih duduk di salah satu kursi di luar ruangan VVIP. Dia tidak mau menurunkan Megan dan memilih memangku gadis itu. Ketika Megan mencoba bangkit dari pangkuan Ethan, pria itu memeluk pinggangnya dengan p
Celia tertawa pelan mendengar pertanyaan Ethan. Jelas sekali sedang berpura-pura menjaga sikapnya dihadapan Ethan. Wanita itu lalu mengalihkan pandangannya kepada Megan yang masih betah memegang tangan Ethan. Pandangan Megan beralih ke tangannya sendiri lalu buru-buru menarik tangannya itu dari tangan Ethan.Ketika Megan hampir beranjak mengambil jarak dari kedua orang itu, Ethan dengan cepat meraih pinggangnya.“Kamu mau kemana, sayang? Katanya mau pergi,” ucap Ethan mesra.“Itu ada yang nanyain kamu, mas. Nggak diajak ngobrol dulu?” tanya Megan menunjuk ke arah Celia.“Aku nggak kenal. Kita pergi aja, yuk.”Celia menarik napas panjang untuk menenangkan gejolak di hatinya. Ethan sama sekali tidak mengenali Celia sebagai calon tunangannya. Padahal gosip tentang acara pertunangan mereka sudah menyebar ke seluruh penjuru kota. Ethan Wibisana dan Celia Wisesa akan segera bertunangan, begitu gosip yang beredar.“Tuan Ethan, apa Tuan sungguh tidak mengenalku? Kita memang belum pernah bertem
Setelah Ethan dan Megan keluar dari salon itu, mereka mampir sebentar di toko yang menjual ponsel. “Selamat datang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?” sapa penjaga toko ponsel dengan ramah ke arah Ethan. “Aku ingin ponsel keluaran terbaru untuk istriku,” pinta Ethan dengan songongnya. Dia ingin membeli ponsel untuk Megan karena ponsel gadis itu hilang saat penculikannya. Penjaga toko segera mengarahkan mereka berdua ke meja yang berisi layar ponsel keluaran terbaru. Belum sempat menjaga toko itu menunjukkan fitur-fitur canggih yang terdapat pada ponsel itu, Megan menghentikannya. Tunggu sebentar. Itu harganya ya?” tunjuk Megan ke papan kecil yang berdiri di dekat display ponsel. “Iya, Non. Itu harganya, belum termasuk diskon,” ucap penjaga toko itu."Ooo ...," ucap Megan lalu buru-buru menarik tangan Ethan menjauh. Dia tersenyum ramah ke arah penjaga toko itu sebelum berbisik pada Ethan. “Mahal sekali. Dengan uang segitu, aku bisa membeli ponsel untuk ayah, ibu, dan untukku sendir
Megan masih menatap kagum pada bangunan besar yang pertama kali dia masuki itu. Langkah kakinya tetap mensejajari langkah kaki Ethan sampai mereka berhenti di depan lift khusus CEO. Pandangan mata semua orang masih tertuju kepada kedua insan yang berjalan sambil bergandengan tangan itu.Ethan meraih pinggang Megan lalu menatap dalam wajah cantik gadis itu. Gumam kekaguman terdengar dari bibir Ethan sebelum pintu lift terbuka lebar untuk mereka. Ethan tidak peduli dengan orang-orang yang mulai berbisik-bisik membicarakan dirinya dan Megan.“Cantik banget sih,” puji Ethan membuat Megan menaikkan alisnya.“Mulutmu, mas. Manis banget kalau lagi ngegombal.”Adam kembali berdehem lalu menunjuk pintu lift yang sudah terbuka lebar. Seorang bodyguard tampak menahan pintu lift agar tidak tertutup kembali. Ethan melirik sebal ke arah Adam yang selalu mengganggu keasyikannya bersama Megan. Sebelum pria itu menghardik asisten pribadinya, Megan sudah berjalan memasuki lift lebih dulu.“Cepetan masu