Megan menepis tangan Ethan lalu mengusap pipinya yang terasa sakit. Giliran Megan yang mengulurkan tangannya ingin mencubit pipi Ethan. Tetapi pria itu sudah lebih dulu menghindar.“Sudah. Siap-siap sana. Kita ke mall,” ajak Ethan sambil menepuk kedua pundak Megan.“Siap-siap apalagi? Aku begini aja. Nggak ada tas, sandal, HP juga nggak tahu dimana,” ucap Megan lalu berjalan mendekati meja.“Ini sarapanmu belum habis, mas. Habiskan dulu. Mubazir kalau nggak habis. Kamu tahu nggak kalau aku di rumah itu hampir nggak pernah bisa sarapan. Sehari-hari cuma cukup makan dua kali saja,” nasehat Megan seolah tidak cukup makan itu adalah hal yang biasa baginya.Ethan tertegun mendengar pengakuan Megan. Manik mata gelapnya terus mengikuti kemanapun Megan melangkah. Saat itu Ethan baru menyadari besarnya jarak antara dirinya dengan Megan. Kekhawatiran mereka tentang kehidupan sangat bertolak belakang. Disaat Megan memikirkan tentang makanan untuk hari ini, Ethan justru memikirkan tentang kepuasa
“Kenapa kamu ketawa, Adam?” tanya Ethan heran.“Tidak, Tuan. Saya hanya ingin bersin,” elak Adam dengan cepat.TING!Pintu lift terbuka ketika mereka tiba di lantai empat. Ethan kembali menggendong Megan menuju ke sebuah salon yang tampak sepi. Adam sudah membuat janji dengan barberman yang selalu menangani Ethan. Salon pun dikosongkan untuk satu jam kedepan selama Ethan berada di dalam salon itu nanti.“Selamat datang, Tuan Ethan,” sambut seorang pria yang cantik.Megan hampir tidak berkedip melihat betapa sempurnanya wajah pria itu. Sekilas pria itu mirip dengan seorang wanita. Mirip seperti artis di televisi yang sempat dilihat Megan di restoran. Pria itu membungkuk hormat ke arah Ethan lalu menunjukkan jalan menuju ruangan VVIP.Tetapi melihat salon yang masih sepi, Ethan lebih memilih duduk di salah satu kursi di luar ruangan VVIP. Dia tidak mau menurunkan Megan dan memilih memangku gadis itu. Ketika Megan mencoba bangkit dari pangkuan Ethan, pria itu memeluk pinggangnya dengan p
Celia tertawa pelan mendengar pertanyaan Ethan. Jelas sekali sedang berpura-pura menjaga sikapnya dihadapan Ethan. Wanita itu lalu mengalihkan pandangannya kepada Megan yang masih betah memegang tangan Ethan. Pandangan Megan beralih ke tangannya sendiri lalu buru-buru menarik tangannya itu dari tangan Ethan.Ketika Megan hampir beranjak mengambil jarak dari kedua orang itu, Ethan dengan cepat meraih pinggangnya.“Kamu mau kemana, sayang? Katanya mau pergi,” ucap Ethan mesra.“Itu ada yang nanyain kamu, mas. Nggak diajak ngobrol dulu?” tanya Megan menunjuk ke arah Celia.“Aku nggak kenal. Kita pergi aja, yuk.”Celia menarik napas panjang untuk menenangkan gejolak di hatinya. Ethan sama sekali tidak mengenali Celia sebagai calon tunangannya. Padahal gosip tentang acara pertunangan mereka sudah menyebar ke seluruh penjuru kota. Ethan Wibisana dan Celia Wisesa akan segera bertunangan, begitu gosip yang beredar.“Tuan Ethan, apa Tuan sungguh tidak mengenalku? Kita memang belum pernah bertem
Setelah Ethan dan Megan keluar dari salon itu, mereka mampir sebentar di toko yang menjual ponsel. “Selamat datang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?” sapa penjaga toko ponsel dengan ramah ke arah Ethan. “Aku ingin ponsel keluaran terbaru untuk istriku,” pinta Ethan dengan songongnya. Dia ingin membeli ponsel untuk Megan karena ponsel gadis itu hilang saat penculikannya. Penjaga toko segera mengarahkan mereka berdua ke meja yang berisi layar ponsel keluaran terbaru. Belum sempat menjaga toko itu menunjukkan fitur-fitur canggih yang terdapat pada ponsel itu, Megan menghentikannya. Tunggu sebentar. Itu harganya ya?” tunjuk Megan ke papan kecil yang berdiri di dekat display ponsel. “Iya, Non. Itu harganya, belum termasuk diskon,” ucap penjaga toko itu."Ooo ...," ucap Megan lalu buru-buru menarik tangan Ethan menjauh. Dia tersenyum ramah ke arah penjaga toko itu sebelum berbisik pada Ethan. “Mahal sekali. Dengan uang segitu, aku bisa membeli ponsel untuk ayah, ibu, dan untukku sendir
Megan masih menatap kagum pada bangunan besar yang pertama kali dia masuki itu. Langkah kakinya tetap mensejajari langkah kaki Ethan sampai mereka berhenti di depan lift khusus CEO. Pandangan mata semua orang masih tertuju kepada kedua insan yang berjalan sambil bergandengan tangan itu.Ethan meraih pinggang Megan lalu menatap dalam wajah cantik gadis itu. Gumam kekaguman terdengar dari bibir Ethan sebelum pintu lift terbuka lebar untuk mereka. Ethan tidak peduli dengan orang-orang yang mulai berbisik-bisik membicarakan dirinya dan Megan.“Cantik banget sih,” puji Ethan membuat Megan menaikkan alisnya.“Mulutmu, mas. Manis banget kalau lagi ngegombal.”Adam kembali berdehem lalu menunjuk pintu lift yang sudah terbuka lebar. Seorang bodyguard tampak menahan pintu lift agar tidak tertutup kembali. Ethan melirik sebal ke arah Adam yang selalu mengganggu keasyikannya bersama Megan. Sebelum pria itu menghardik asisten pribadinya, Megan sudah berjalan memasuki lift lebih dulu.“Cepetan masu
Ethan segera kembali ke ruang kerjanya setelah selesai meeting. Tetapi dia tidak menemukan Megan di ruangannya itu. Tanpa mengecek ke dalam kamar mandi, Ethan langsung bertanya kepada Tania.“Tania, dimana istriku?!” teriak Ethan dari dalam ruang kerjanya.Tania yang mendengar teriakan Ethan, buru-buru menghampiri pria itu. Dia melihat sekeliling ruangan yang sepi. Tampak piring bekas sarapan Megan masih ada di atas meja. Wanita itu seolah menghilang ditelan bumi.“Tapi, Tuan, Nyonya Megan sama sekali tidak keluar dari ruangan Tuan. Saya tidak kemana-mana sejak Tuan masuk ke ruang meeting. Apa mungkin Nyonya ada di dalam kamar mandi?” tanya Tania.Ethan segera memeriksa ke dalam kamar mandi, tetapi dia tetap tidak menemukan siapapun disana. Pria itu menutup pintu kamar mandi sampai terdengar suara yang sangat keras. Pandangan matanya tajam menatap sekeliling ruang kerjanya. Tidak ada ruangan lain di dalam ruang kerjanya itu, kecuali tempat istirahat Ethan.“Apa mungkin ….” Tanpa menye
“Ada apa, Nyonya?” tanya orang suruhan Adam. Dia tidak punya waktu untuk mengelak karena sepertinya Megan sedang dalam masalah besar.“Tolong bawa ayahku ke puskesmas,” pinta Megan memelas dengan mata berkaca-kaca.Pria itu melihat ke arah pintu rumah yang terbuka lalu mengangguk. Mereka bergegas masuk ke dalam rumah dan melihat ayah Romi sudah terbaring lemah diatas tempat tidurnya.“Megan!” pekik ibu Susan yang sangat terkejut melihat putrinya pulang setelah menghilang selama dua hari. Dia segera menghambur memeluk Megan dengan erat.“Ibu, gimana ayah?” tanya Megan dengan wajah khawatir.***Flashback ...Setelah mendapatkan kembali ponselnya, Megan berusaha menghidupkan ponselnya yang mati kehabisan daya. Ketika Ethan keluar dari ruang kerjanya, Megan langsung menghubungkan ponselnya dengan kabel charger yang selalu ada di dalam tas kecilnya. Setelah menunggu 10 menit, akhirnya ponsel Megan bisa hidup kembali.Hal pertama yang dilakukan Megan adalah mencoba menelpon ayahnya. Ayah R
Ethan langsung menyeret Adam kembali ke mobil ketika mendengar kata-kata pria itu. Bahkan mendorong Adam masuk ke mobil lalu memerintahkan sopir untuk putar balik. Adam yang hanya diam saja, menunggu apa yang akan dilakukan Ethan berikutnya.“Cepat katakan siapa yang membawa Megan? Temukan dia! Kalau sampai Megan menghilang ….” Ethan memicingkan matanya pada Adam lalu meraih kerah kemeja pria itu.“Kau akan kukirim ke Afrika,” ancam Ethan.“Trus Tuan sama siapa kalau saya ke Afrika? Nanti nggak ada yang bangunin Tuan pagi-pagi. Ngingetin jadwal meeting. Nganter jemput Tuan kemana-mana,” ucap Adam membuat Ethan melepaskan cengkramannya.Adam lalu memerintahkan sopir untuk mengarahkan mobil ke rumah sakit terdekat. Baru saja dia mendapatkan pesan dari orang suruhannya kalau Megan dan keluarganya berada di sebuah rumah sakit yang tidak jauh dari Kastil Emperor. Ayah Romi sedang berada di ruang UGD dan dokter sedang menanganinya. Berbekal informasi itu, Ethan dan Adam segera menyusul Mega