“Ayo kita berangkat. Aku harus menjemput adikku yang pergi tanpa bilang-bilang. Tadi pagi dia bilang mau menenangkan diri ke rumah orang tua angkatnya. Moji dan Boni juga mengantarnya. Tahunya malah menghilang dan tidak bisa dihubung.”Gregory menunjukkan jalan menuju helipad di lantai paling atas mansion itu. Selama mereka berdua menaiki tangga, Gregory mendengarkan cerita tentang rencana Ethan untuk menghancurkan Celia. Pria itu sempat terkejut dan tidak menyangka kalau Celia memiliki seorang putri yang cantik.“Jadi dia sudah menikah dengan orang bule?” tanya Gregory ketika mereka sudah duduk di dalam helikopter.“Tidak. Mereka tidak menikah tapi punya anak. Yang seperti itu kan cukup legal disana,” sahut Ethan.Mereka tidak perlu berteriak untuk mengimbangi suara helikopter yang berisik. Masing-masing dari mereka sudah memakai headset dan bisa saling mendengar kata-kata satu sama lain.“Luar biasa. Rupanya wanita cantik yang terlihat polos dan lugu itu lebih parah dari yang kuduga
“Aku? Naik motor?”Belum selesai Ethan membayangkan dirinya duduk di atas motor, Gregory sudah menyeret pria itu mendekati motor security yang terparkir di depan mereka. Gregory menunjukkan kepada security, tempat yang akan mereka tuju melalui ponselnya dan security itu menganguk.“Saya tahu itu rumahnya Pak Romi, tuan. Silahkan dibawa saja motornya. Ditinggal disana juga tidak apa-apa. Saya kenal sama orangnya,” sahut security itu lagi.“Nah, kan. Ayo cepat. Naik.” Gregory sudah lebih dulu naik ke atas motor lalu bersiap menghidupkan motor matic itu.Ethan masih tampak ragu-ragu dan berniat menunggu mobil saja. Tapi Gregory kembali menarik tangannya dan memaksa Ethan naik ke boncengan motor.“Cepetan naik dan pegangan atau aku bawa pergi Megan sekarang juga,” ancam Gregory.Ethan pun mengangkat kakinya lalu duduk di boncengan motor yang cukup kecil untuknya. Kedua pria itu sudah siap meluncur menggunakan motor menuju rumah Ayah Romi. Sebelum mulai bergerak, Gregory memberikan ponseln
Wajah dan tubuh Ethan langsung basah kuyup terkena sirup dingin. Moji dan Gregory yang bersembunyi di luar, segera masuk ke dalam rumah. Bibi Vanti yang kebingungan melihat Moji sepertinya mengenal kedua pria kekar asing itu, menoleh pada Megan untuk minta penjelasan.“Megan, sebenarnya siapa pria ini? Kenapa Moji kenal sama mereka?” Bibi Vanti menunggu jawaban Megan yang nyengir kuda di belakangnya.“Dia--.”“Aku suaminya Megan, Bu,” sahut Ethan sambil mengusap rambutnya yang basah.Visual Ethan dengan wajah dan kemeja basah yang menunjukkan otot dadanya membuat Megan dan Bibi Vanti meneguk salivanya. Kapan lagi melihat pria tampan basah-basahan di depan mata, pikir Bibi Vanti malu sendiri. Wanita paruh baya itu buru-buru meletakkan gelas kosong di tangannya lalu mengambil tisu di atas meja.“Haduh, maaf banget loh. Kamu basah kuyup gini gara-gara bibi salah paham. Tapi bener kan kamu ini suaminya Megan? Nggak ngibul?” tanya Bibi Vanti dengan tangan menyentuh Ethan sembarangan.“Iya,
“Mas, kamu pakai baju dulu sana. Nanti kesini lagi. Aku kan sama keluargaku disini. Sana,” bujuk Megan sambil memakaikan bathrobe pada Ethan.“Nanti aku kesini lagi ya. Dan kamu harus tidur sekamar sama aku,’ pinta Ethan.“Iya, mas. Sudah sana dulu. Kalau nggak pergi, aku nggak mau ngomong sama kamu lagi,” ancam Megan.Sepeninggal Ethan dan Moji, Megan kembali berkumpul dengan keluarganya di ruang tengah. Bibi Vanti dan Ibu Susan sedang asyik menyiapkan bahan makan untuk besok pagi. Acara siraman akan dimulai jam sepuluh pagi dan dihadiri warga kampung itu.Megan memilih duduk di dekat Ayah Romi dan Boni yang sedang membantu melipat tisu. Sementara Paman Nando dan calon pengantin prianya, Aldi, hanya duduk-duduk santai tanpa melakukan apa-apa.“Mana suamimu, Megan?” tanya Paman Nando yang melihat Ethan keluar dari rumah itu.“Lagi ganti baju, paman,” sahut Megan sambil membantu Ayah Romi melipat tisu.Selain di dalam rumah, kesibukan juga tampak di depan rumah itu. Beberapa orang deko
“Iy--iya,” sahut Paman Nando semakin gugup. Pria itu sampai menggelengkan kepalanya karena hampir tenggelam dalam aura gelap Ethan.“Jadi manajer yang ngatur orang-orang,” sambung Paman Nando.Ethan mengatakan semua jabatan manajer yang ada di Wibisana Corp. dan meminta Paman Nando untuk memilih salah satu. Ketika Paman Nando menyebutkan manajer keuangan, Ethan menanyakan padanya tentang budget dan target penjualan bulan ini. Tentu saja Paman Nando tidak bisa menjawabnya karena dia bukan manajer keuangan.“Gini ya, paman. Aku masih menghormati paman karena hubungan dengan ayah mertuaku. Tapi kalau sampai anak paman mengganggu istriku, jangan harap paman bisa bekerja lagi di Wibisana Corp.. Bahkan putramu juga tidak kompeten untuk bekerja disana,” ucap Ethan tegas.Paman Nando malah menertawakan Ethan yang dianggapnya berhalusinasi. Pria paruh baya itu seperti orang stress yang terus tertawa sendiri karena tidak mempercayai kata-kata Ethan. Melihat reaksi Paman Nando yang berlebihan, E
Kepala cabang daerah C itu segera kabur dari hadapan Ethan. Nasib Paman Nando sudah jelas berada ditangan Ethan sepenuhnya. Ragu-ragu pria itu melirik Ethan sebelum meletakkan kunci mobil di atas meja.“Maaf, tuan. Ini kunci mobilnya,” ucap Paman Nando kikuk.“Mobilnya kotor. Aku tidak mau memakainya. Cuci bersih lalu kembalikan ke kantor,” titah Ethan.“Baik, tuan. Lalu nasib saya gimana?” tanya Paman Nandi masih tidak tahu malu.“Minta maaf pada Megan dan orang tuanya. Nanti akan kupertimbangkan untuk tidak memecat paman,” ucap Ethan cepat.Diluar dugaan Megan, Paman Nando berlutut di depan semua orang dan meminta maaf karena sudah berbohong. Pria itu terlihat menyesali perbuatannya dan semua keluarga akhirnya bisa bernafas lega. Tinggal Aldi saja yang belum disadarkan dari sikapnya yang kurang ajar.Ketika pria itu kembali duduk di samping ayahnya, Aldi tidak menyadari apa yang sudah terjadi. Pria itu bersikap angkuh dan memandang remeh pada Ethan. Sebelum Aldi mengatakan apapun la
[“Adam tidak apa-apa, tuan. Hanya perlu pemulihan dari hipotermia dan beberapa luka lebam. Saat ini Adam sedang dalam perjalanan kembali ke negara K. Saya sudah berkomunikasi dengan dokter Joshua untuk perawatan Adam nanti.”][“Bagus. Mobil sport itu melakukan tugasnya dengan baik. Kalian juga sudah berusaha menemukan Adam. Terima kasih,”] ucap Ethan senang.[“Sama-sama, tuan. Ada lagi yang bisa kami bantu, tuan?”]Ethan ingin bertanya tentang kabar papanya, tapi dia mengurungkan niatnya. Megan sedang tidur saat ini dan Ethan tidak ingin mengganggu istrinya itu dengan terus bicara di telepon.[“Itu saja dulu. Beristirahatlah.”]Sambungan telepon pun terputus dan Ethan meletakkan ponselnya kembali di atas nakas. Sebelum berbaring, Ethan melihat ke arah Megan. Wanita itu ternyata belum tidur dan sedang menatapnya saat ini. Ethan segera bangkit dari tempat tidurnya lalu mendekati Megan.“Ada apa, sayang? Kenapa bangun?” tanya Ethan sambil duduk di samping Megan.“Mas ngomong sama siapa?”
“Tapi kamu nggak apa-apa, mas? Nggak luka ‘kan?” tanya Megan cemas.“Kamu lihat sendiri kan? Aku sempat lompat keluar dari mobil. Aku pikir Adam juga akan melompat, tapi dia malah menceburkan diri ke sungai bersama mobilnya. Waktu itu ada ….” Ethan menghentikan ceritanya tepat waktu ketika teringat pada pembunuh yang mengejarnya. Jangan sampai Megan tahu tentang hal itu dan membuatnya ketakutan. Apalagi pembunuh itu mengatasnamakan Gregory.Ethan menatap Megan yang masih menunggunya menyelesaikan ceritanya. Senyum mengembang di bibir Ethan ketika mengatakan kalau Megan tidak perlu memikirkan apapun. Hal paling penting bagi mereka saat ini adalah memperbaiki hubungan mereka dengan lebih mengenal sifat satu sama lain.“Megan, aku janji setelah ini tidak ada rahasia lagi. Sekecil apapun, aku akan mengatakannya padamu. Apa itu cukup untuk memulai lagi?” tanya Ethan mengharapkan pengampunan Megan.“Kamu janji, mas? Aku ingin buktinya, bukan cuma omonganmu saja. Barusan mas mau ngomong apa?
“Iya, sayang. Aku sudah pulang. Dimana yang sakit, sayang?” tanya Ethan sambil menggenggam tangan Megan.Megan tidak menjawab, tapi meringis merasakan sakit lagi. Suster-suster yang bertugas membantu persiapan Megan untuk melahirkan, meminta Ethan untuk mundur sebentar. Mereka mengganti pakaian Megan dengan baju rumah sakit, lalu memasang alat penyangga kakinya. Megan terus merintih kesakitan di antara kesibukan dokter dan suster yang sedang bersiap untuk membantunya melahirkan.Tiba-tiba dokter Helena masuk ke dalam ruang bersalin itu. Dia sudah berganti pakaian dengan pakaian dinas dokter dan tampak sudah siap dengan sarung tangan karetnya. Dokter Helena tidak mengatakan apa-apa pada Ethan dan Megan, tetapi langsung bertanya pada rekan dokternya. Setelah mendapatkan laporan lengkap tentang kondisi Megan dan posisi bayinya, dokter Helena kembali fokus pada pasiennya itu.“Megan, dengarkan aku. Kamu ingat ‘kan dengan latihan nafas saat senam hamil? Sekarang ikuti petunjukku ya,” pinta
Baru saja Ethan ingin memejamkan matanya, ia merasakan Megan bergerak di sampingnya. Pria itu membuka matanya lalu menoleh ke samping. Tubuh Megan tampak bergerak gelisah dalam tidurnya. Ethan buru-buru bangkit bersamaan dengan Alex lalu mendekati Megan.“Sayang? Megan …,” panggil Ethan cemas.Ethan mengguncang perlahan tubuh Megan sambil menepuk-nepuk pipinya. Tetapi Megan tetap memejamkan matanya dan terlihat semakin pucat. Megan juga gemetar dan meringis menahan sakit. Saat Ethan menepuk pipi Megan lagi, Alex menghentikan pria itu. Alex menunjuk bagian bawah tubuh Megan yang sudah basah.“Tuan, sepertinya Nona akan melahirkan,” ucap Alex dengan nada gemetar. Sorot mata pria itu jelas menunjukkan kekhawatiran melihat keadaan Megan. Istrinya, suster Hanna sudah menjelaskan gejala akan melahirkan diantaranya keluar cairan yang sangat banyak dari bagian inti Megan.“Kenapa diam saja? Cepat kita ke rumah sakit!” bentak Ethan menyadarkan Alex.Pria itu segera melesat meninggalkan Ethan d
Enam bulan kemudian,Di Mansion Stephenson, Megan sedang berjalan-jalan di halaman samping mansion itu. Dia menghirup udara pagi yang segar lalu menatap jauh ke kebun buah dan sayur di seberang mansion. Tanah bekas mansion Billy Aomori yang sudah diratakan dengan tanah, disulap menjadi kebun buah dan sayuran oleh Gregory atas permintaan Megan.Semua bahan makanan untuk catering Ibu Susan, dipetik langsung dari kebun itu. Untuk memperkenalkan kebun itu, Megan mendirikan sebuah rumah kecil dan showroom agar orang-orang yang mengelola kebun itu bisa beristirahat disana. Dan hasil kebun itu juga bisa dijual kepada warga di sekitar mansion.Gudang yang ada di sekat Mansion Stephenson juga sudah dipindahkan ke tempat yang lebih dekat dengan rumah tinggal untuk bodyguard. Halaman samping dan belakang Mansion Stephenson sudah di rombak ulang untuk memperkecil kemungkinan adanya penyusup ke dalam mansion itu.“Alex, apa suamiku sudah menelpon?” tanya Megan ketika teringat pada EthanSudah bebe
[“Katakan saja,”] ucap dokter Helena.[“Bisakah kakak ipar bersabar menemani kakakku seumur hidupnya? Maksudku, aku minta maaf karena sudah memaksa kalian untuk menikah. Aku akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu padamu, kakak ipar,”] ucap Megan terdengar kasihan.Dokter Helena menarik nafas panjang lalu tersenyum lagi mendengar ucapan Megan. Sejujurnya menikah dengan Gregory tidak buruk juga. Toh, dia bukan lagi anak remaja yang harus merasakan cinta berbunga-bunga. Apalagi perlakuan Gregory padanya bisa dibilang cukup lembut.[“Aku bisa bertanggung jawab terhadap hidupku sendiri, Megan. Takdir yang membawa kami bertemu lalu menikah. Kamu hanya perantaranya saja. Well, jangan memikirkan yang seharusnya tidak perlu kau pikirkan. Aku dan kakakmu baik-baik saja. Ada atau tidak ada anak, kakakmu sudah bilang tidak apa-apa. Kalau sudah seperti itu, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk bersamanya selamanya,”] ucap dokter Helena.“Wifey, makanannya sudah datang. Kamu mau sampai kap
Dokter Helena meremat keras sprei yang menjadi alas tidurnya. Gregory sudah berhasil mendobrak masuk pertahanan Dokter Helena. Membuat wanita itu menjerit kesakitan sekaligus mendesis penuh gairah. Tidak lagi pembuktian yang perlu diungkapkan dengan kata-kata ketika noda merah tercetak jelas di atas sprei.Gregory terus menggerakkan tubuhnya dengan konstan. Setiap kali bergerak masuk, dokter Helena merasakan antara tubuhnya terasa terbelah sekaligus nikmat yang amat sangat. Gregory tahu betul bagaimana membuat dokter Helena tidak berhenti memanggil namanya dengan suara yang terdengar sangat menggoda.“Terus! Percepat!” Dokter Helena tidak bisa menahan dirinya dan ikut bergerak mencari kepuasannya.Gregory semakin bersemangat menghujam tubuh dokter Helena sampai mereka mencapai klimaks bersamaan. Dokter Helena menjambak rambut Gregory, membenamkan kelelakiannya ke dalam tubuh istrinya dan memuntahkan benih calon anak mereka. Masih belum puas, Gregory kembali menggerakkan tubuhnya sampa
Gregory tidak sabaran membawa dokter Helena ke dalam kamar pengantin mereka. Dia bahkan sudah menyiapkan helikopter untuk membawa mereka ke sebuah hotel termahal di sana. Mereka akan menghabiskan tiga hari bermalam dan bersantai di president suite room hotel itu.“Tidak apa-apa kita meninggalkan pesta begitu saja?” tanya dokter Helena sambil melihat keluar jendela helikopter yang sudah terbang ke langit.“Kau juga tidak senang dengan pesta semacam itu ‘kan? Mulai sekarang biasakan. Ada waktunya kau harus menghadiri pesta bersamaku. Sebagai Nyonya Stephenson, hanya itu yang perlu kau perhatikan,” ucap Gregory juga menatap keluar jendela.“Benarkah? Gampang sekali menjadi istrimu, Tuan Stephenson. Bagaimana dengan anak? Kau mau atau tidak?” tanya dokter Helena masih penasaran.“Aku sudah pernah bilang ‘kan. Megan yang akan melakukannya. Tapi kalau kau bersikeras, aku juga tidak keberatan membantumu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berolahraga,” sahut Gregory sambil tersenyum s
“Jadi kapan pernikahan kalian akan diadakan? Aku boleh usul?” tanya Ethan sambil mengelus lembut punggung Megan.Sejak beberapa hari ini Megan tidak mau melepaskannya sama sekali. Ethan harus selalu berada dalam jarak pandangnya atau Megan akan menjerit-jerit memanggil pria itu. Megan bahkan ikut ke kantor Wibisana Corp. hanya untuk menatap Ethan yang sedang sibuk bekerja. Untung saja kondisi kesehatan Megan dan kehamilannya sudah baik-baik saja.“Usul apa?” tanya Gregory memicingkan matanya curiga.“Boleh, usul aja yang banyak. Aku lagi malas mengurus pernikahanku,” sahut dokter Helena menyindir Gregory.Sejak dokter Helena menyetujui pernikahan itu, Gregory tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Gregory memilih semua keperluan untuk pesta pernikahan dan juga mengundang banyak orang untuk merencanakan pernikahannya. Pendapat dokter Helena bahkan tidak didengar Gregory sama sekali.“Kamu ngambek, ya? Aku kan ingin yang terbaik untuk pernikahan kita. Sekali seumur hidup, kita berdua
“Eh, itu Alex sama siapa?” tanya dokter Helena sambil menunjuk ke arah Alex dan wanita itu.Keduanya secara bersamaan menoleh menatap dokter Helena dan berjalan mendekati mereka. Saat itu dokter Helena baru menyadari siapa wanita yang bersama dengan Alex.“Loh, suster Hanna? Kok bisa kesini? Ada apa?” tanya dokter Helena yang mengenali salah satu suster di rumah sakit Wibisana.“Dokter Helena, saya diminta mengantarkan obat untuk Nyonya Megan. Kebetulan ketemu Alex tadi di depan,” ucap suster Hanna lugas.Ucapan suster Hanna membuat Ethan, Gregory, dan dokter Helena saling pandang lalu tersenyum curiga. Ketiganya kompak memicingkan matanya menatap Alex yang terlihat salah tingkah. Wajah pria itu sudah memerah dan terlihat tidak berani menatap balik pada Tuannya.“Kalian kok sepertinya sangat akrab ya. Apa ada sesuatu?” tanya Gregory curiga.“Itu .. Tuan. Anu ….” Alex menelan salivanya sebelum memberanikan dirinya untuk menjawab.“Kami bersahabat waktu SMA, Tuan. Sudah lama kami tidak
Beberapa hari kemudian di Mansion Stephenson, semua orang sedang berkumpul untuk merayakan ulang tahun Megan. Gregory sudah menyiapkan sebuah pesta kebun di samping kolam renang hanya untuk keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Bahkan bodyguard dan pelayan juga berkumpul untuk ikut merasakan hari bahagia bertambahnya usia Megan.Adam dan Marco sudah membaik dari luka-luka mereka dan datang ke mansion itu bersama istri masing-masing. Gwen dan Delia sekarang sibuk membantu suami mereka yang sedang memanggang daging dan ayam. Moji dan Boni juga tidak kalah datang membawa para istri mereka. Dan tampaknya kedua istri mereka saat ini sedang hamil muda.Ilham dan Michela tampak duduk berduaan di gazebo kayu di dekat kolam renang. Orang tua Ethan itu sedang bicara tentang rencana mereka untuk kembali rujuk. Michela berencana untuk tinggal di Mansion Wibisana untuk menjaga Megan yang sedang hamil. Sedangkan Ilham akan menyerahkan semua sahamnya pada Megan. Keputusan itu sudah Ilham sampaik