“Ethan, papa tidak setuju hubunganmu dengan dia. Celia lebih cocok denganmu. Dia cantik, pintar, dan mengerti tentang sopan santun. Papa tidak mau tahu, kau harus minta maaf pada Celia secara pribadi. Secepatnya, papa akan mengumumkan pertunanganmu dengan Celia Wisesa!” sengit Ilham kesal.Tidak ada seorangpun di meja itu yang memperhatikan omelan Ilham. Bahkan Michela juga sibuk sendiri dengan ponselnya. Gregory dan Ethan malah sibuk menanyakan apa yang ingin dimakan oleh Megan lagi. Mungkin hanya Alex yang berbesar hati menatap Ilham karena kasihan.“Ethan, apa kau dengar papa?!” bentak Ilham sekali lagi.“Papa mendingan makan dulu deh. Dari tadi marah-marah terus. Buruan makan sebelum makanannya dihabiskan istriku,” sahut Ethan malas.“Dia bukan istrimu!” bentak Ilham lagi.“Dia istriku! Nyonya Ethan Wibisana. Papa suka atau tidak, nona dari keluarga Stephenson ini adalah istriku!” bentak Ethan akhirnya sambil bangkit dari duduknya.Kedua pria kekar itu saling berhadapan dan hanya
“Kami hanya makan siang. Astaga! Kau bahkan bisa menghabiskan waktu semalaman dengan adikku. Bertemu dia sepanjang pagi, sedangkan aku hanya bertemu saat makan siang. Come on, gorila,” sahut Gregory mulai ngedumel juga.Jawaban yang diterima Gregory hanya Ethan yang memeletkan lidahnya pada pria itu. Ethan lalu membawa Megan pergi begitu saja dan meninggalkan Gregory bersama para tamu undangan yang tidak menyadari kepergian yang punya acara ulang tahun. Gregory terpaksa menjadi tuan rumah pengganti untuk sementara sampai semua tamu itu pamit undur diri dengan sederet pesan untuk Ethan.“Kenapa aku merasa sedang jadi asisten pribadi gorila itu ya?” keluh Gregory pada Alex, setelah kesekian kalinya dia menerima titipan ucapan selamat ulang tahun dari para tamu yang berpamitan pulang.“Tuan, Yuna mendekat kesini,” bisik Alex cepat saat melihat Yuna berdiri di antara para tamu undangan yang akan berpamitan pada Gregory.“Hmm,” sahut Gregory lalu melanjutkan perannya melepas kepergian para
“Sa--sayang, aku baik-baik saja. Sungguh. Ini karena hidungku gatal. Tapi aku sungguh meriang, sayang,” bujuk Ethan cepat. Pria itu sangat terluka melihat Megan menangis sampai sesenggukan hanya karena keisengannya.“Ta--tapi meriang … kan juga gejala flu … hiks … gara-gara aku ….”Ethan semakin panik melihat Megan terus meneteskan air matanya dengan raut wajah sedih. Pria itu pun berpikir cepat memberikan jawaban yang akan membuat Megan berhenti menangis.“Iya meriang … merindukan kasih sayangmu, sayang,” gombal Ethan lancar jaya seperti tetangga minta utangan di akhir bulan.“Mas!” rengek Megan lalu memukul-mukul dada Ethan dengan kesal. Dirinya akhirnya sadar sudah dikerjai pria itu. Kalau sadar dari tipu-tipu dikit suaminya, kapan mbak?Pria itu menangkap kedua tangan Megan dan menunduk mendekatkan wajahnya pada wajah istrinya itu. Perlahan tubuh Megan mulai berpindah ke atas pangkuan Ethan. Perlakuan Ethan yang lembut, membuat Megan cepat terbuai dan melupakan apa yang dilakukan
Perbuatan Adam membuat Delia perlahan mulai membalasnya pelan-pelan dengan penuh kelembutan. Delia sama sekali tidak berpengalaman dalam sentuhan dan terlihat sedikit kaku saat melakukannya. Ketika Delia hampir bisa mengikuti gerakan Adam, sebuah sendok kayu pun terjatuh tepat di atas kepala Adam.“Adooww!” pekik Adam tertahan sambil memegang kepalanya yang sakit. Dia melihat ke atas lalu ke bawah tempat sendok kayu itu tergeletak di lantai. Entah siapa yang meletakkan sendok kayu itu di dalam rak piring.Delia pun tersenyum malu lalu berbalik hendak mengambil piring makan yang sudah diletakkan Adam di atas meja dapur. Pria itu bahkan ingat untuk menurunkan piring makan dengan posisi mereka yang cukup intim."Makanya jangan iseng. Sakit ya?" tanya Delia cengengesan.Pria itu tidak mengatakan apa-apa, tetapi menatap tajam mata Delia. Melihat Adam hampir mendekat lagi, Delia buru-buru menjauh dari pria itu sambil memperingatkan Adam agar tidak mendekat lagi.“Kenapa aku nggak boleh mend
“Apa sih?” tanya Ethan penasaran lalu menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Megan sampai ke wajahnya juga.Manik mata hazelnut Ethan membesar ketika melihat wajah Megan sangat merah dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Pria itu langsung panik mendapati keadaan istrinya yang tampak meringis kesakitan.“Mananya yang sakit, sayang? Kamu kenapa sih? Aku panggil Joshua dulu ya,” ucap Ethan lalu beranjak dari sisi tempat tidur.“Tunggu! Aku nggak apa-apa! Cuma … malu,” ucap Megan sengaja mengecilkan suaranya ketika mengatakan kalimatnya yang terakhir.“Apa?” tanya Ethan yang tidak mendengar dengan jelas.Pria itu tidak jadi mengambil ponselnya lalu kembali duduk di samping Megan. Telapak tangan Ethan yang besar, mengusap lembut pipi Megan yang basah keringat. Melihat ekspresi wajah istrinya yang terlihat seperti kucing tersesat, Ethan berusaha keras menahan tawanya.“Ada apa, sayang? Apa ada yang mengganggumu?” tanya Ethan sambil menyibak selimut ke samping.“Aku malu, mas. Mau dita
Keesokan paginya, ketika Megan terbangun, dia tidak melihat Ethan di sampingnya. Wanita itu segera bangun dari tidurnya dan melihat sekeliling. Sinar matahari pagi tampak mengintip malu-malu dari balik gorden yang belum terbuka seluruhnya. Megan melihat penampilannya yang masih sama seperti semalam, belum memakai apapun.“Selamat pagi, nona,” sapa Alex yang tiba-tiba sudah muncul di dalam kamar itu.“Alex?!” pekik Megan kaget karena tubuhnya hanya tertutup selimut saja.“Sedang apa kamu disini?! Dimana suamiku?!” Megan jelas panik melihat pria lain berada di dalam kamar pribadinya. Dia merasa sangat tidak nyaman dan malu. Apalagi Ethan tidak terlihat dimanapun.“Mas?! Mas dimana?!” panggil Megan lagi.“Iya, sayang,” sahut Ethan dari dalam walk in closet. “Aku masih pakai baju. Tunggu.”Mendengar suara Ethan, Megan pun bernafas lega. Pandangan matanya langsung tertuju pada Alex. “Dengar, Alex. Aku nggak suka kamu masuk ke kamarku terutama saat aku belum berpakaian lengkap. Ada atau tid
“Saya akan memanggil tuan Joshua,” ucap kepala pelayan Tan cepat.“Tunggu,” pinta Megan cepat. “Aku hanya pusing karena kurang tidur. Alex, kita berangkat ke rumah orang tuaku.”Megan tetap memaksa Alex untuk mengantarnya ke rumah Ibu Susan dan Ayah Romi. Saat ini Megan ingin menghabiskan waktu bersama orang tua angkatnya. Dia ingin sekali makan sambil disuapi oleh Ibu Susan. Alex yang merasa khawatir, meminta kontak Joshua pada kepala pelayan Tan.“Saya akan menelpon dokter Joshua kalau nona pusing lagi,” ucap Alex sebelum menyusul Megan masuk ke dalam mobil.“Jangan hidupkan AC. Turunkan kaca mobilnya,” pinta Megan yang sudah bersandar di kursi belakang.“Nona, sebaiknya kita ke rumah sakit saja,” bujuk Alex hati-hati.“Ke rumah Ibu. Kalo bawel, aku pergi sendiri,” ancam Megan sambil mengelus perutnya.Alex tidak punya pilihan lain selain mengantar Megan ke tempat yang dia inginkan. Tidak perlu waktu lama untuk pergi ke rumah orang tua Megan. Mereka hanya perlu berkendara selama sek
“Agar tidak ada yang melihat ke dalam kamar, nona. Silahkan beristirahat. Saya akan berjaga di depan pintu,” ucap Alex.Ketika Megan berjalan melewatinya, Alex merasakan suhu tubuh Megan yang lebih panas dari biasanya. Pria itu menoleh menatap Megan dan memperhatikan pola nafas wanita itu lebih cepat dari biasanya. Wajah Megan terlihat memerah dan pandangan matanya setengah terpejam.“Nona, maaf kalau saya lancang,” ucap Alex mendekati Megan.Melihat Alex mendekatinya dengan cepat, Megan mengulurkan tangannya ke depan untuk menahan tubuh pria itu. Tapi Alex langsung menyentuh kening Megan. Hawa panas dari kening Megan langsung terasa menyengat telapak tangan Alex.“Nona demam!” pekik Alex mulai panik.Pria itu menyandarkan tubuh Megan ke sandaran tempat tidur lalu bergegas keluar dari kamar. Dia berlari ke depan untuk memerintahkan sopir memutar balik mobil mewah yang membawa mereka tadi. Melihat Alex terlihat sibuk sendiri, Ibu Susan menoleh ke dalam rumah. Dia meletakkan piring bers