Keesokan harinya, Gregory terbangun di sofa ruang tengah. Mata pria itu memicing sejenak sebelum terbuka seluruhnya. Gregory menggeliat untuk melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku, sebelum menyadari lengannya terasa berat. Ketika melirik ke samping, Gregory terkekeh geli melihat wajah cantik Megan yang tertidur pulas dalam dekapannya. Dengkuran halus terdengar dari bibir Megan yang sesekali sibuk mengunyah sesuatu.Gregory mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam sampai saat dirinya terbangun. Tapi hal terakhir yang diingatnya hanya Megan tertawa keras sambil menggodanya tentang dokter Helena. Sepertinya Gregory tertidur setelah berhasil menghibur Megan lagi.“Dik, kamu adalah keluargaku yang tersisa. Jika Ale tidak bisa bahagia, aku mendoakan kebahagiaanmu diatas segalanya. Dan aku akan berusaha mewujudkan semua keinginanmu, Megan,” ucap Gregory lembut.“Tapi kenapa kamu malah tidur disini sama kakak? Apa mungkin kamu merindukan kakak? Iya ‘kan? Benar ‘kan?” Gregory girang se
Tak lama, Moji dan Boni datang ke Mansion Stephenson. Kedua bodyguard setia Ethan itu sudah siap menjemput Megan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Sebelum pergi, Megan melirik layar TV yang sudah dimatikan Gregory sebelum acara pertunangan Ethan dan Celia selesai ditayangkan.“Mah, aku pamit ya. Aku janji akan menjaga cucu mama baik-baik,” ucap Megan sambil menciumm tangan Michela dan memeluk mama mertuanya itu.Setelah Michela melepaskannya, Megan berpaling pada Gregory. “Kak, aku pergi dulu ya. Kakak bisa mencariku di rumah Ibu. Sampai jumpa, kak.”“Kamu yakin mau pergi sekarang? Belum mandi. Belum gosok gigi. Belum sarapan,” ucap Gregory membaca semua yang belum dilakukan Megan setelah bangun pagi ini.“Iih, kakak. Nanti aku mandi di rumah Ibu,” sahut Megan cemberut.Gregory nyengir kuda melihat adiknya kesal padanya. Megan pun pergi membawa beberapa barang yang diberikan Michela kemarin. Bersama Moji dan Boni yang selalu siap menjaganya 24 jam, Megan menuju rumah lamanya. Di per
[“Tunggu saja sampai aku menjadi Nyonya Ethan Wibisana. Hal pertama yang akan kulakukan adalah meminta calon ayah mertuaku yang bodoh itu untuk memberikan sahamnya padaku. Bisa kau bayangkan berapa uang yang akan kuterima dari saham-saham itu? Lagian pria tua itu tidak akan bertahan lama. Penyakit darah tingginya sudah parah.”]Giliran Ilham yang terhenyak ke kursi di belakangnya. Untung saja dua orang bodyguard segera mendekatinya untuk menahan kursinya yang hampir jatuh. Ethan menatap papanya dan juga Celia bergantian. Semua yang terjadi di rumah besar ini belum selesai. Ethan masih punya satu hal lagi yang sengaja disimpannya untuk mengancam Celia.“Itu tidak benar! Aku tidak pernah mengatakan hal itu!” pekik Celia masih berusaha menipu dirinya sendiri.“Papa sudah dengar sendiri ‘kan? Atau papa masih belum percaya?” Ethan menoleh pada deretan pria yang masih berdiri di hadapannya.“Siapa diantara kalian yang merekam ucapan wanita sialan ini?!”Seorang pria mengangkat tangannya dan
BYUR!Suara benda besar tercebur kedalam sungai menggema di gelapnya malam itu. Ethan nyaris berlari mendekati ujung jalan, tapi dia tidak bisa melakukannya. Mobil hitam yang masih mengejar mereka, sudah berhenti di dekat Ethan dan beberapa orang berpakaian hitam turun dari sana. Ethan merendahkan tubuhnya untuk mengamati orang-orang itu.Kilat cahaya yang mengenai mereka, memberi Ethan visual yang lebih baik. Ethan bisa melihat tato kapak di tengkuk mereka. Ciri khas dari keluarga Stephenson. Semua bodyguard setia yang bekerja untuk keluarga Stephenson, harus menunjukkan dirinya dengan memasang tato kapak.“Tidak mungkin kingkong itu yang mengirimkan mereka untuk menghabisiku,” batin Ethan sambil tetap waspada.“Cari di sekitar sini! Cepat!” ucap salah satu dari mereka.Ethan membelalakkan matanya melihat para pengejarnya itu belum menyerah. Terdengar langkah-langkah berat di depan Ethan mulai mendekat ke arahnya.“Dimana?!” pekik salah satu pengejar Ethan.“Tidak ada disini. Hanya a
“Kamu belum mandi, nak?” tanya Ibu Susan sambil menatap wajah Megan. Diusapnya lembut rambut Megan yang sedikit berantakan.“Cuci muka juga nggak?”Megan nyengir kuda sama persis seperti apa yang dilakukan Moji barusan. Wanita itu beralasan kalau air di mansion sangat dingin dan masih terlalu pagi untuk mandi. Ibu Susan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Sudah terlalu siang untuk menyebutnya terlalu pagi.“Mandi dulu sana. Kamu sudah sarapan?” tanya Ibu Susan lagi.“Belum juga, bu. Aku mau ikut ke kampung. Boleh ya, bu?” tanya Megan bersemangat.Ibu Susan dan Ayah Romi saling pandang sebelum mengajak Megan duduk di ruang tamu. Mereka merasa sedikit aneh dengan kedatangan Megan yang tiba-tiba. Firasat orang tua memang tidak pernah salah atas apapun yang menimpa anak mereka. Meskipun Megan bukan anak kandung mereka, tetapi kedekatan sejak Megan masih bayi, sudah menjalin ikatan khusus di antara mereka.“Ada apa, nak? Ibu lihat sepertinya kamu ada masalah. Apa kamu
“Baik, bibi. Bibi Vanti, apa kabar?” sahut Megan dengan senyum manisnya.“Bibi baik kok. Ayo, kita masuk dulu,” ajak Bibi Vanti ramah.Baru saja mereka semua beranjak dari dekat mobil, suara mobil lain tiba-tiba mendekat dan berhenti di belakang mereka. Pemilik mobil itu tidak segera keluar dari dalam mobil, tapi terus menginjak gas sampai menimbulkan suara yang sangat mengganggu. Moji dan Boni langsung waspada di dekat Megan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak mereka inginkan.TIN! TIN! TIN!Akhirnya pemilik mobil itu menurunkan kaca mobilnya dan melongokkan kepalanya keluar. Rupanya suami Bibi Vanti yang datang dengan mobil sejenis minibus dengan ukuran yang sama besar dengan mobil Vans di depannya. Pria itu berteriak ke arah Megan dan keluarganya untuk menyingkirkan mobil Vans itu dari depan rumahnya.“Hei, singkirkan mobil itu!”“Iya, sebentar!” sahut Bibi Vanti lalu meminta Megan untuk memindahkan mobil yang mengantarnya tadi ke samping rumah.Moji dengan cepat masuk ke dalam m
Untuk pernikahan sepupunya itu, Megan menyumbang minuman dan makanan ringan untuk menyambut para tamu. Tapi rupanya barang-barang yang dibawa Megan masih tidak bisa membuat Paman Nando terkesan. Pria sombong itu mulai bertanya-tanya tentang pekerjaan Ayah Romi.“Kak Romi masih kerja jadi satpam?” tanya Paman Nando dengan nada mengejek.“Iya, Nan. Kamu gimana?” tanya Ayah Nando santai.Paman Nando mengejek pekerjaan ayah Megan yang masih belum berubah bahkan setelah bertahun-tahun bekerja. Dengan sikapnya yang angkuh, pria paruh baya itu memutar kunci mobil di tangannya. Dia memamerkan kunci mobil yang jelas-jelas bentukannya sudah terlihat jelas di depan rumah.“Aku baru kerja di kantorku itu baru enam bulan. Lihat apa yang kudapatkan, mobil mewah. Trus, kak Romi cuma bisa beli mobil Vans itu ya?” tanya Paman Nando masih membutuhkan penjelasan.“Oh, mobil itu milik suaminya Megan. Kebetulan Megan mau ikut pulang kampung, jadi anak buah suaminya mengantar kami,” sahut Ayah Romi santai.
GLEGARR!Hujan turun dengan derasnya ketika pintu pesawat itu dibuka. Seorang bodyguard mendekati tangga pesawat dengan payung yang cukup besar. Langkah bodyguard itu sempat tertahan oleh angin kencang yang tiba-tiba melewati samping pesawat. Bahkan tubuh kekarnya tidak sanggup menahan payung besar yang dibawanya. Payung itu pun terlepas dan terbang menjauh.“Tidak perlu pakai payung,” ucap Ethan ketika pramugari memintanya menunggu payung berikutnya.Pria itu berjalan menuruni tangga pesawat dan sedikit berlari mendekati mobil mewahnya. Sopir Ethan segera menyodorkan handuk kecil untuk mengeringkan rambut pria itu setelah Ethan masuk ke dalam mobil.“Cepat jalan. Apa kau tahu dimana istriku?” tanya Ethan.“Nyonya pergi ke Mansion Stephenson, tuan. Dan belum kembali sampai saya berangkat kesini tadi,” sahut sopir itu lalu bersiap menjalankan mobil.Ethan mengangguk dan mengeluarkan ponselnya lagi. Sekali lagi Ethan mencoba menghubungi Megan, tapi lagi-lagi operator yang menjawabnya. M