"Sudah beres semuanya Ram? " tanya Salman sebelum keluar kamar. "Sudah Pak, semua barang-barang saya sudah siap! " jawab Rama dengan mantap. "Ayo kita tunggu di depan, sambil berjalan kaki ke tempat mobil kita kemarin. " ajak Salman dengan santai menggendong tas ranselnya. Salman dan Rama berjalan ke luar penginapan dengan wajah datar. "Permisi Pak, ini kunci kamar yang kami sewa semalam. " ucap Rama dengan sopan kepada Bapak pemilik penginapan sambil menyerahkan sebuah kunci ke tangannya. Mereka yang berbicara serius itu terkejut melihat Salman dan Rama sudah rapi lengkap dengan tas di punggungnya. "Hei Mas, sampean mau pergi kemana? Sampean harus tanggung jawab menikahi Hanum? " ucap pria dengan blankon sedikit keras. "Apa saya tidak salah dengar? Kenapa saya yang harus menikahinya? Emangnya dia hamil sampai saya harus tanggungjawab? Saya tidak mau ikut campur, urus saja urusan kalian, saya juga tidak menge
"Nak... Nak... Berhenti nak! " Panggil seseorang dari jauh di atas sepeda motor. Salman yang hendak masuk mobil menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Ia melihat seorang wanita paruh baya bergegas turun dari sepeda motor berlari menemuinya. "Loh, Ibu kan yang tadi pagi itu? " ucap Salman ketika Ibu itu sudah keliatan wajahnya. "Hu... Hu.. Hu... Tolong putri saya Nak, Selamatkan harkat dan martabat nya sebagai seorang perempuan muslimah. Hu... Hu.. Hu... Tolong nikahi putri saya Nak, Selamat kan lah putri ku dari kejahatan ini? Selamatkan harga dirinya Nak? Jangan biarkan semua orang melihat aurat yang selama ini ia jaga. Hu... Hu... Hu... Tolong nikahi anak saya? Setelah itu silahkan engkau menceraikan anakku, karena lebih baik ia menjadi janda dari pada harkat dan martabat nya di rendahkan dengan cara seperti ini. " ucap Umi Sarah yang langsung bersimpuh di hadapan Salman dengan bercucuran air mata. "Astaghfirullah hal adzim Bu? Ayo berdiri! Hanya
Sebelum maghrib, Rama dan Satrio sudah kembali ke kampung ini dengan membawa penghulu yang akan menikahkan Salman dan Hanum. Salman menghubungi istrinya Yasmine dan memohon maaf, yang mana membuat Yasmine menjadi bingung dengan permintaan maaf yang tiba-tiba dilakukan Salman. Yasmine bahkan mengira jika suaminya itu sedang ngelantur karena kecapean dan ia menanggapi permohonan maaf Salman dengan tertawa. "Bisa kita bicara sebentar? " tanya Hanum tiba-tiba kepada Salman yang sedang mengobrol dengan Rama. Salman mengangguk dan Hanum berjalan ke dekat jendela dengan Salman mengikutinya. "Maaf, jika membuat Anda ikut terlibat dalam masalah ini. Saya hanya ingin mengatakan, bisakah setelah kita menikah nanti saya dan ibu tinggal di kota M? Saya tidak mau mengikuti dimana tempat Anda tinggal! Saya hanya ingin hidup tenang berdua bersama ibu saya. " ucap Hanum panjang lebar dengan kepala menunduk. "Tolong jangan terlalu formal bicaranya! Aku mer
"Lalu apa yang terjadi kemudian Mbak? " tanya Rama dengan sangat penasaran. "Para tetua kampung dan laki-laki itu marah. Mereka menyalahkan kami semua terutama Abah yang sedari awal tidak ingin menikah kan Kak Haura dengan keponakannya itu. Mereka bahkan meminta Umi untuk mengambil alih keputusan Abah dengan mengganti Saya yang menikahi laki-laki itu. Umi dengan tegas menolak, dan untung juga laki-laki itu juga menolak karena bagi dirinya anak ingusan seperti saya tidak pantas menjadi istrinya karena katanya saya jelek dan kusam. Tidak seperti Kak Haura yang sangat cantik, putih dan sangat manis saat tersenyum! " jawab Hanum lagi. "Ya elah, katarak nampaknya mata tuh cowok! Masa cantik, manis begini di katakan jelek! Memang sih kulitnya gak putih, tapikan gak itam kayak orang negro. Kulit nya kuning langsat khas orang Indonesia pada umumnya, senyumnya manis dan tatapan mata nya teduh! Astaghfirullah hal adzim... Sadar Salman, sadar! Sejak kapan kamu memuji perempuan lain selain Yasm
Begitu para tamu yang datang pulang, Salman memasuki kamar yang di tempati asistennya Rama dan Satrio. Ia tampak duduk termenung memikirkan sesuatu yang membuat hatinya gundah gulana. Ia merogoh kantong celana nya dan mengambil ponsel. Ia mengusap sebuah foto yang menjadi wallpaper pada layar ponselnya dengan mata berembun. "Yasmine sayang..! Maafkan Mas yang sudah menikah lagi secara diam-diam! Sedikit pun tidak ada niat di dalam hati Mas untuk menduakan dirimu sayang! Jangan kan untuk mempunyai niat, berpikir kearah sana Mas tidak pernah! Mas terpaksa melakukan nya sayang demi harkat dan martabat seorang wanita yang di perlakukan tidak adil di desa ini! Maafkan suamimu ini sayang...! Maafkan...! " ucap Salman dengan lirih sembari mengusap foto tersebut dengan perasaan bersalah. Salman menutup matanya sejenak untuk menenangkan hatinya yang gelisah. Ia membuka mata nya setelah memikirkan semua nya. "Yah, walau bagaimana pun aku sekarang sudah menjadi suami Hanum! Meskipun aku tida
Malam itu sepasang pengantin baru menghabiskan malam pertama dengan di awasi orang-orang tetua desa yang berjaga di luar rumah. Hanum menggeliat dalam pelukan hangat sang suami saat menyadari mereka masih polos dalam satu selimut. Wajahnya memerah karena malu teringat tentang apa yang mereka lakukan semalam. Suaminya yang begitu kuat dan gagah membuatnya terbang melayang dengan perlakuan lembutnya karena walau bagaimana pun ini yang pertama ia lakukan. Hanum berusaha menyingkirkan tangan Salman yang membelit perut ramping nya karena ia kebelet ingin buang air kecil. Setelah pelukan Salman terlepas, Hanum mencoba duduk. Namun gesekan kedua pahanya membuat ia meringis kesakitan karena bagian intinya terasa perih dan terasa menjanggal. Susah payah Hanum menggerakkan tubuhnya, akhirnya ia bisa duduk di pinggir tempat tidur. Ia mencoba berdiri, namun rasa nyeri dan perih kembali datang dengan hebatnya hingga Hanum jatuh terduduk di lantai. "Awwww... Sakit...! " pekik Hanum sedikit ke
Selama perjalanan ke kota S, Hanum selalu menemani Salman ngobrol karena ia tidak ingin suami nya jenuh tanpa ada teman bicara. Sementara Umi Sarah sudah tertidur kembali di bangku belakang karena hari masih agak gelap. Perjalanan yang di tempuh selama hampir dua jam sudah selesai karena saat ini mereka ada di sebuah hotel di kota S. "Sayang..! Apa kamu yakin gak ikut Mas ke Jakarta? Mas gak tega ninggalin kamu di sini meskipun sama Umi...! " ucap Salman saat mereka sudah ada di dalam kamar hotel. Salman memutuskan untuk mengajak istri nya istirahat di hotel sambil menunggu Rama dan Umi Sarah mencarikan rumah yang layak untuk Hanum dan Umi Sarah tempati selama di kota S. "Mas...! Hanum akan ikut Mas jika Mbak Yasmine mengizinkan dan meridhoi pernikahan kita! Karena Hanum merasa sudah menyakiti hati Mbak Yasmine dengan menjadi istri Mas! " jawab Hanum keukeh dengan keinginannya. "Tapi sayang, pernikahan ini sudah menjadi takdir kita! Walau bagaimana pun tidak ada yang salah dengan
Salman menahan sesak di dadanya saat melepaskan ciuman di dahi Hanum. Entah kenapa kakinya terasa berat melangkah menuju mobil yang akan mengantar nya ke Bandara. Sedangkan Hanum langsung berbalik dengan linangan air mata yang entah sejak kapan sudah terjun bebas di pipinya. Ia memegang dadanya yang sesak sambil menggigit bibirnya agar tidak menimbulkan suara. Umi Sarah menatap sendu putrinya yang mulai detik ini juga kembali hidup sendiri seperti sebelum menikah. Rama membunyikan klakson mobil sebagai tanda jika mereka pamit pulang ke Jakarta. Begitu suara mobil sudah menghilangkan, Hanum langsung lemas hingga terduduk di lantai depan pintu rumah sambil menangis memeluk dirinya. "Hu.. Hu.. Hu...! Kenapa rasa nya sesakit ini Ya Allah? Hatiku rasanya tidak rela di tinggal seperti ini! Sakit sekali Ya Allah..! " isak Hanum dengan bahu naik turun. "Nak, ayo kita masuk dulu! Tidak enak menangis di luar dan di lihat orang-orang! " tegur Umi Sarah dengan merengkuh bahu putrinya. Hanu
Salman yang cemburu tidak sadar jika sikapnya itu membuat beberapa karyawan Hanum mencurigainya. Ia bahkan tidak sadar mendekati Yasmine dan Hanum yang ada di dekat pintu keluar setelah melepaskan tamunya pergi. "Tuan, mau ambil roti atau cake? Sedari tadi saya lihat Tuan hanya diam dan bengong saja melihat ke arah majikan kami," tegur pelayan yang bernama Mita dengan tatapan curiga. Salman yang di tegur karyawan sang istri langsung tersentak kaget sehingga tanpa sadar tangannya menyenggol kumis palsunya sehingga kumis tersebut copot. Yasmine dan Hanum yang kebetulan melihat kearahnya langsung terbelalak kaget melihat siapa yang di tegur karyawan Bakery. "Papi!!" teriak Yasmine kaget. "Mas Salman!!" ucap Hanum tidak kalah kagetnya. Mereka berdua syok melihat Salman ada di dalam toko dengan menyamar. Salman yang penyamarannya terbongkar menghela napas kasar sembari melotot kearah karyawan Bakery yang menegurnya tadi. "Kamu, gara-gara kamu tegur dan sok akrab, penyamaran saya ket
"Ah,membosankan! Hampir tiga jam menunggu Yasmine di depan butik, tetapi gak kelihatan karena dia tidak menampakkan diri keluar dari ruangannya. Padahal aku sangat merindukannya, meskipun hanya melihat dari jauh saja sudah membuat hatiku menjadi lega. Memang serba susah menghadapi amarahnya perempuan, marahnya awet. Apa aku ke toko Bakery Hanum saja ya? Siapa tahu bisa melihat wajah teduh Hanum? Ah, aku sangat merindukan mereka berdua! Tidak enak sekali di cuekin dan diasingkan seperti ini oleh istri sendiri," keluh Salman dengan wajah lesu sambil bertopang dagu. Ia bahkan tidak menghiraukan tumpukan berkas yang ada di atas mejanya. Sepulangnya dari mengawasi butik Yasmine, Salman terpaksa kembali ke kantor karena ada meeting penting dengan klien lamanya. Sehingga ia gagal mengawasi sang istri selama sehari penuh. Jangankan sehari penuh, setengah hari saja tidak sampai ia di sana. "Ah, bodoh amat! Lebih baik aku ke toko Hanum saja, lumayan bisa melihat Hanum dari jauh meskipun t
"Bu Bos, itu Tuan Salman gak di suruh masuk aja gitu ke dalam butik?" tanya Jamilah pada Bos cantiknya. "Biarin aja deh, Mil. Mas Salman lagi dalam masa hukuman. Lagian juga ada-ada aja tingkahnya, bikin orang tambah kesel tau gak!" jawab Yasmine dengan nada malas. "Hehehehe, Tuan Salman lucu juga Bu Bos! Masa ngawasin butik istrinya sambil bawa pedagang makanan segitu banyak kayak mau gelar pesta jajanan nusantara," kekeh Jamilah asisten Yasmine dengan geli. "Tau, bikin malu aja!" omel Yasmine membenarkannya. Yasmine mengintip kelakuan sang suami dari lantai dua butiknya dengan geleng-geleng. Ia tersenyum lega saat melihat sang suami kemudian memasuki mobilnya dan pergi dari tempat tersebut tidak lama berselang. "Mil, berhubung suamiku sudah pergi maka aku juga mau pergi! Kamu cek barang yang masuk dan rekapan nya harus dikirim ke e-mail aku secepatnya! Baik-baik di butik dan awasi karyawan lainnya," ucap Yasmine memberikan pesan pada asistennya itu. "Baik, Bu Bos!
Rama mencak-mencak mendapatkan tugas yang tidak biasa dari Bosnya. Ia memasuki rumah megah Hidayatullah dengan muka masam, bahkan teguran Mbok Yem yang sedang menyapu rumah pun tidak ia hiraukan. "Emak! Bapak! Rama mau pulang! Bisa-bisanya anak kalian ini disuruh mencari pasangan untuk kambing sedangkan mencari pasangan sendiri saja tidak mampu," teriak Rama merengek dengan wajah frustasi. "Rasanya pengen nangis guling-guling, tetapi malu sama umur!" keluhnya lagi sambil melihat keadaan sepanjang jalan. Tiba-tiba saja ia melihat Syahdan, adik sang Bos yang sedang turun dari ojol didepan toko bakery. "Aha..." ucap Rama tiba-tiba punya ide yang brilian. Ia langsung menepikan mobilnya ke pinggir, lalu keluar dari mobil dengan cepat sebelum Adan masuk ke dalam toko bakery tersebut. "Hei, lepaskan gue!" teriak Adan saat lengannya tiba-tiba ditarik seseorang dari belakang. "Ini saya, Tuan muda! Sekarang Tuan muda harus ikut saya tanpa banyak bantahan! Ini perintah Bos!"
Sudah seminggu yang lalu Salman menikah ulang dengan Hanum di kantor KUA dengan disaksikan keluarganya kecuali Yasmine. Padahal wanita satu itu yang paling antusias menyewa MUA terkenal untuk mendandani ia dan Hanum agar tampil memesona. Namun sayangnya ia gagal menyaksikan pernikahan ulang suami dengan adik madunya karena Saga tiba-tiba saja demam. Saat ini Salman mendatangi kandang kambing yang ada di bagian belakang kediamannya. Beberapa hari lalu tukang kebun yang merawat kambing tersebut izin pulang kampung karena anaknya mau dilamar. "Enak banget hidupmu Siti, makan tinggal makan sudah disiapin, tidur juga tinggal tidur, gak perlu galau karena kesepian," keluh Salman sambil memberi rerumputan yang sudah di cacah kecil. "Gak kayak aku merana seorang diri. Labelnya sih punya dua istri, tapi kenyataannya malah kayak lagu angka satu. Apes banget," curhatnya dengan si Siti. Si Siti bukannya bersimpati, ia malah mengembek dan terus mengunyah tanpa tahu penderitaan Tuannya.
Tidak seorangpun yang tidak terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Yasmine terutama Hanum dan Umi Sarah. "Nak, apa kau yakin dengan apa yang kau katakan tadi?" tanya Umi Sarah yang akhirnya menampakkan diri sambil membawa nampan berisi teh. Ia meletakkan nampan tersebut di atas meja dan duduk di kursi yang kosong di sebelah Hanum. "Yakin Umi. Memangnya kenapa Umi bertanya seperti itu? Apakah Umi tidak mau anak perempuan Umi menikah secara sah dan diakui oleh negara?" jawab Yasmine sambil bertanya kembali. "Bukan begitu maksud Umi. Ibu mana yang tidak ingin anaknya menikah secara sah agama dan negara, tetapi Umi sadar diri karena pernikahan Hanum tidak seperti pernikahan perempuan pada umumnya. Mereka menikah karena keadaan dan terbukti secara agama saja Umi sudah bahagia asalkan mereka tidak berzina atu kumpul kebo. Hanya saja yang menjadi pertimbangan Umi adalah dirimu, Nak. Umi tidak mau nama baikmu tercoreng karena mempunyai adik madu dan Umi tidak ingin Hanum di
Salman yang baru saja sampai di depan gedung perusahaannya mendadak putar balik ke arah yang tadi sempat ia datangi. Ia tersenyum bahagia saat mendapatkan pesan dari istri pertamanya Yasmine yang menyuruhnya untuk datang ke panti asuhan yang dikelola mertuanya dari istri kedua, Hanum. Salman tidak sadar jika singa betina yang baru bangun dari tidur panjangnya sedang menunggu kedatangannya dengan amarah yang menggebu-gebu. "Mbak, apa gak merepotkan meminta Mas Salman kemari?" tanya Hanum dengan cemas sembari memilin tangannya yang mulai berkeringat. "Tentu saja tidak, Hanum! Suami kamu itu harus dikasih pelajaran biar pikirannya terbuka dan gak bodoh lagi," jawab Yasmine dengan ketus. "Tapikan Mas Salman suami Mbak juga," desis Hanum dengan kepala tertunduk. "Oh, iya, ya! Lupa saya," kekeh Yasmine dengan geli. "Baiklah, suami kita itu harus ingatkan jika ia telah dzalim pada istrinya sendiri yaitu kamu! Kamu gak usah khawatir, suami kita itu gak akan marah-marah ata
Sudah dua minggu Yasmine dan Saga tinggal di rumah istri muda suaminya. Saga juga sudah akrab dengan Bunda dan Nini nya selama dua mingguan ini. Terkadang Saga tidur dengan Mami nya dan terkadang dengan Bunda nya. Ia semakin senang karena punya banyak teman bermain anak-anak panti yang selalu mengajak Saga untuk bermain hingga terkadang susah di ajak tidur siang. Salman yang memendam rindu dengan istri dan anaknya hanya bisa melihat dari dalam mobilnya yang selalu datang dari kejauhan melihat Saga yang sedang asyik bermain dengan teman barunya. "Saga sayang, Papa kangen sama Saga! Papa juga kangen sama Mami kamu, tapi Papa gak mau bikin hukuman Papa makin bertambah jika Papa nekad menemui kalian! " ucap Salman lirih dari dalam mobil nya melihat Saga dengan tatapan penuh kerinduan. Hanum sedang berada di kamar Uminya karena mereka ada pembicaraan penting tentang toko bakery milik Hanum. "Jadi, gimana pendapat Umi tentang tawaran perusahaan Pak Kemas beberapa hari yang lal
"Dih, Umi gak tau aja bagaimana Mbak Yasmine memegang kendali penuh di rumah! Jangankan Bang Salman, Papa aja gak bisa membantah semua perkataan Mbak Yasmine termasuk aku! " cibir Adan ikutan bicara sambil mengemil camilan yang di dalam piring. "Nah, tuh kamu tau! Cepetan keluarin koper kami dan bawa ke sini! Makan aja kerjaannya! " sahut Yasmine kembali dalam mode galak. "Eh buset Rosalinda! Ini baru sesuap woi! Sedari tadi gue momong Saga di luar kapan gue makannya! Gak berkepriadikan banget sih jadi kakak ipar! Butuh tenaga gue tapi gue gak di kasih makan! Dasar kakak ipar durhakim lu! " omel Adan misuh-misuh namun mulut terus mengunyah kue tersebut. "Halah lambe mu! Misuh-misuh dari tadi tapi tangan tetap jalan masukin tuh kue ke dalam mulut! Ayo Umi kita ke dalam aja susulin Hanum dengan Saga, siapa tau Hanum kesulitan menidurkan Saga! Awas lu kalau kopernya gak di bawa kesini, gue pecat lu jadi Om nya Saga! " sahut Yasmine mencibir Adan dan mengajak Umi Sarah pergi dari ruang