Dengan penuh kekesalan Aisyah berjalan menyusuri jalan sendirian. Sesekali ia menghela nafas panjang sat kembali teringat sindiran pedas mantan suaminya beberapa menit yang lalu. Di selingkuhi? Apa Arka sudah hilang ingatan? Dia sendiri yang selingkuh bisa-bisa menyindir dirinya yang selingkuh, pikir Aisyah.Kedua tangan ibu guru itu mengepal kuat di kedua sisi tubuhnya sebagai pelampiasan emosi yang sudah terasa sampai di ubun-ubun. Di ujung jalan nampak seorang pria tampan berdiri sambil menendang krikil yang ada di sekitar kakinya. Pria itu adalah Andaru Pradipta Reksa. Ia sedang menunggu pujaan hatinya dengan sebatang coklat di tangan kanannyaSebuah senyum terbit dari wajah tampan Andaru saat ia mendongakkan kepalanya, nampak Aisyah berjalan dari arah berlawanan. Hatinya langsung berbunga-bunga setelah melihat wanita yang sudah sangat di rindukannya dari seminggu yang lalu itu berjalan ke arahnya. Namun senyum itu segera sirna ketika Andaru menyadari jika wajah cantik itu nampa
Sudah hampir lima menit tapi Aisyah masih belum juga menyambut uluran tangan Andaru. Matanya menatap dalam pada mata tajam milik Andaru. Ada rasa ragu yang masih mengganjal di hatinya untuk menerima ajakan pertemanan dari pria yang secara tidak langsung menjadi penyebab kekacauan di hidupnya dua tahun lalu. "Apakah menjadi temanmu aku juga tidak pantas?" tanya Andaru masih dengan mengulurkan tangannya. Ia tidak akan menyerah, jika kali ini Aisyah menolak ia akan mencoba besok dan besoknya lagi. Aisyah menghela nafas sepenuh dada, tatapan matanya beralih pada tangan Andaru. 'Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Siapalah aku, hingga pantas menilai ketulusan orang.' Suara hati Aisyah. "Baiklah." Aisyah menjabat tangan Andaru. "Dengan satu syarat,""Apa?" sahut Andaru cepat dengan wajah berbinar. "Jangan lagi mengatakan kamu tidak pantas, karena kita sama. Aku juga memiliki banyak dosa." "Siap laksanakan!" Andaru meletakkan telapak tangannya di keningnya. "Kalau kamu ingin
Aisyah baru selesai sholat magrib ketika terdengar pintu pagar besi rumahnya berbunyi. Teng... Teng... Teng.... Dengan kening yang berkerut Aisyah mengintip dari balik tirai jendela ruang tamu. Nampak sesosok pria yang tidak terlalu jelas wajahnya dikarenakan suasana yang gelap. Sore tadi Aisyah lupa untuk menyalakan lampu teras rumahnya. "Siapa sih yang datang magrib-magrib begini? Gak ada mengucap salam, orang apa bukan ya?" gumam Aisyah menyalakan lampu teras lantas membuka pintu rumah. Matanya menyipit, "Mas Arka?" ucapnya memastikan jika penglihatannya tidak salah. "Ya, buka pintunya!" suruh Arka dengan wajah dingin dan rahang mengeras. Aisyah tak bergerak, dari wajah Arka terlihat jika kedatangannya tidak dengan disertai niat baik. Ada firasat buruk muncul di hatinya setelah melihat wajah dingin dan tak bersahabat dari mantan suaminya itu sehingga membuat Aisyah ragu untuk membuka pintu pagar rumahnya. "Aku bilang buka pintunya!" sentak Arka dengan wajah garang yang sonta
Setelah kedatangan Arka ke rumah Aisyah, kini ibu guru cantik itu berusaha untuk meminimalisir pertemuannya dengan mantan suaminya itu. Setiap kali mereka hampir bertemu Aisyah akan langsung menghindar dan berbalik arah.Aisyah juga akan langsung menolak jika di mintai tolong untuk mengantar makan siang atau dokumen ke tempat proyek dimana Arka bekerja. Seperti siang ini, Aisyah kemabli menolak ketika Kepala sekolah memintanya untuk mengantarkan undangan tasyakuran untuk Arka dan anak buah pria itu. "Maaf Pak, kalau saya minta orang lain saja yang mengantar boleh kan Pak? Pekerjaan saya banyak dan sudah menumpuk sejak kemarin," tolak Aisyah dengan menawarkan solusi lain. "Bu Shania mungkin bisa atau Bu Mila," sambungnya mengulurkan tangan meminta undangan yang di bawa oleh kepala sekolah. "Iya gak papa. Yang penting ada yang mengantar," jawab kepala sekolah lalu menyerahkan beberapa undangan yang di bawanya. "Terima kasih."Setelah kepala sekolah pergi, Aisyah masuk ke dalam kelasn
"Gak itu tidak benar." Shania menyahut. "Aisyah tidak melakukan kesalahan, tapi dia hanya sedang sial saja karena memiliki suami brengsek yang suka selingkuh tapi menuduh istrinya selingkuh." Deghhh.... Aisyah dan Arka kompak menoleh pada Shania yang membantah ucapan Aisyah. "Apa maksudnya?" tanya Arka dengan menahan emosi yang langsung muncul begitu mendengar ucapan Shania. Bisa-bisa Aisyah berbohong pada teman-temannya dan memutar balikkan fakta tentang alasan perceraian mereka, pikir Arka. "Pak Arka kenapa?" tanya Angga dengan kening berkerut. "Oh itu, saya hanya penasaran saja dengan apa yang di katakan Bu Shania," jawab Arka salah tingkah karena semua orang memandangnya aneh."Oh,," kompak shania dan Angga mengangguk sambil tersenyum tipis pada Arka lalu melanjutkan kegiatannya menikmati soto yang ada di hadapan mereka. Aisyah menghela nafas lega, 'Syukurlah gak ada yang ada yang membahasnya lagi,' ucapnya dalam hati sembari mengaduk dan bersiap menyuapkan satu sendok nasi
Sekitar pukul delapan pagi, Andaru datang ke rumah Aisyah. Pria tampan itu datang dengan membawa nasi kuning untuk sarapan bersama. Sebelum datang Andaru sengaja mengirim pesan untuk memberi tahu Aisyah akan kedatangannya. "Kamu tidak lupa membelikan aku juga kan?" sahut Shania keluar dari ruang tamu menuju kursi teras dimana Aisyah dan Andaru berada. "Oh tentu saja, ibu guru Shani. Saya belikan paket komplit," ujar Andaru mengacungkan dia jempolnya. "Bagus. Kamu jangan lupa aku yang sudah membantu membujuk Aisyah." Shania balik memberi dua jempol pada Andaru. "Siap Bu!!" ucap Andaru tegas. Aisyah tersenyum geli melihat tingkah dua orang itu. "Ayo makan keburu dingin," ucapnya sembari meletakkan bungkusan nasi kuning di atas piring lalu menguburkannya ke depan Andaru dan Shania."Ngobrolnya sambil makan," ujar Aisyah dengan senyum manis yang selalu membuat Andaru tertegun."Woy, Aisyah nyuruh kamu makan! Bukan ngeliatin dia," tegur Shania mengetuk meja depan Andaru dengan sendok.
"Si siapa yang mengatakan itu? Tentu saja tidak?" bantah Maya gugup. "Jangan berbohong lagi Ma!" sentak Arka dengan tatapan tajam dan wajah memerah. "Apa benar foto-foto itu palsu dan Mama-lah yang membayar orang untuk membuat foto dan video laknat itu?" Sontak saja Maya ketakutan, tubuhnya gemetaran dengan wajah pucat pasi. Selama Maya tinggal. di rumah Mahendra tidak pernah sekalipun ia melihat putra tirinya itu semarah ini. Rasa takut mulai menjalar di hati dan pikiran Maya hingga membuatnya mendadak bisu. "Jawab Ma!!" Suara Arka menggelegar sampai terdengar ke lantai satu rumahnya. "Mengapa tega melakukan ini padaku? Apa yang tidak aku lakukan untuk Mama? Semua yang Mama inginkan tidak pernah aku bantah, tapi satu keinginanku pun tidak dapat Mama mengerti." "Arka!! Hentikan!!" teriak Mahendra sambil berjalan cepat mendekati Arka yang mencengkeram kedua lengan Maya dengan penuh amarah. Mahendra sedang berada di ruang kerjanya saat asisten rumah tangganya memberi tahu jika Arka
"Putrimu? Siapa yang kamu maksud? Bukankah putrimu sudah meninggal?" tanya Mahendra dengan ekspresi terkejut. "Maharani," jawab Maya tegas dengan menatap Mahendra tajam. "Maharani adalah putriku yang terpaksa harus aku titipkan di panti asuhan karena di paksa menikah denganmu." Mahendra dan Arka kompak melebarkan matanya kaget. Mereka berdua benar-benar btidak menyangka jika gadis dari panti asuhan itu adalah putri kandung Maya. "Ya gadis yang kamu katakan tidak jelas asal usulnya itu adalah putriku." Lanjut Maya dengan mengarahkan tatapannya pada Mahendra. "Astag,,," Arka menggelengkan kepalanya tak percaya. "Jangan-jangan sejak dulu Mama memang sengaja mendekatkan aku dengan Maharani karena ingin aku menikahinya?" tebaknya memicingkan mata curiga. "Benar, aku ingin kamu menikahi Maharani agar aku bisa dekat dengannya tapi sayangnya Papamu menolaknya hanya karena masalah asal-usul Maharani," aku Maya melirik sinis kearah suaminya yang masih tidak bisa percaya pada kebenaran yang
Sejak pukul lima pagi rumah orang tua Aisyah sudah dipenuhi kesibukan keempat penghuninya. Masing-masing orang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Setelah sholat subuh Salma segera memasak beberapa hidangan yang hendak di bawanya ke rumah baru anak dan menantunya. Rendang, garang asem, botok ati ampela dan capjay. Meski semua urusan catering sudah ada IO yang menghandle tapi Salma ingin membuatkan makan kesukaan anak dan menantunya khusus untuk mereka makan sendiri. Melihat itu Aisyah tak mau brdiam diri. Setelah menyiapkan barang-barang yang hendak dibawa Aisyah segera membantu ibunya di dapur. Tak jauh dari dapur, Zeyn dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih mengantuk sedang sibuk memasukkan sembako ke dalam kardus-kardus untuk di bawa ke rumah sang kakak. Setelah Aisyah memberi tahu jika akan pindah rumah, Salma langsung mengajak suaminya untuk pergi ke pasar. Pulang-pulang Salma dan Jafar membawa beberapa kantong plastik berisi sembako dan dua karung beras yang d
Keesokan paginya, Aisyah sudah siap dengan baju dinas coklatnya. Wanita itu duduk di atas ranjang dengan pandangan fokus pada benda persegi canggih yang menampilkan aplikasi pesan. Ia sedang mengetik pesan untuk Anton. [Assalamu'alaikum, Andaru sudah mentransfer uang ke rekeningmu. Untuk soal Meysa, maaf aku tidak bisa membantu. Andaru kekeh pada pendiriannya dengan alasan untuk memberi efek jera pada Meysa agar tidak lagi mengulangi kesalahannya kembali di kemudian hari. Andaru sudah memaafkan kejadian dua tahun lalu tapi tidak kali ini. Aku harap kamu bisa mengerti.] Tulisnya sembari menunggu Andaru mandi. Setelah mengirim pesan segera diletakkannya benda pipih itu lalu berganti menyiapkan kemeja dan jas juga dasi untuk suaminya. Ceklek, pintu kamar terbuka. Andaru masuk kamar dengan memakai kaos putih lengan pendek dan celana pendek hitam. Tangan kekarnya menggosok rambutnya yang basah dengan sehelai handuk putih. Aisyah menoleh, "Duduk sini biar aku bantu keringkan rambut kamu
"Untuk apa?" tanya Andaru dengan wajah dan nada tak suka. "Usaha bengkelnya bangkrut." Aisyah menatap Andaru.. "Bulan depan adiknya wisuda. Dia juga sedang terlilit hutang.""Lalu?" ucap Andaru cuek lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Bicaranya sambil tiduran saja, aku lelah sekali." Aisyah menghela nafas panjang melihat reaksi cuek suaminya. Andaru bukan orang yang pendendam tapi jika sudah terlanjur sakit hati akan sulit sekali untuk memaafkan. Tak membantah Aisyah pun ikut naik keatas ranjang dan berbaring di sebelah suaminya. "Adik dan ibunya tidak bersalah, dulu mereka juga sangat baik sama kamu. Tidak bisakah kamu sedikit berbelas kasihan kepada mereka?" Andaru tak menyahut, matanya menatap sendu sang istri. Tak urung hal itu membuat Aisyah kembali menghela nafas. Dia diam sebentar, memikirkan kalimat apa lagi yang akan diucapkannya untuk meluluhkan hati suaminya. "Uangmu kan banyak, bersedekahlah sedikit untuk mengurangi dosa." Sedikit kesal Aisyah berbicara dengan
Sekarang jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 lebih 45 menit. Nampak Aisyah masih sibuk dengan laptop di pangkuannya. Wanita yang sudah memakai piyama tidur itu menggunakan punggung tangannya untuk menutup mulutnya. Entah sudah berapa kali wanita itu menguap. Mata dan tubuhnya sudah memberi sinyal meminta diistirahatkan. Kembali Aisyah mengusap kedua matanya yang sudah berair karena menahan kantuk. "Sedikit lagi," gumamnya lantas jari-jarinya menari di atas keyboard laptop. Tepat pukul sebelas lebih lima puluh lima menit, pertahanannya runtuh. Aisyah sudah tidak sanggup lagi, matanya sudah sangat berat. Segera ia matikan laptop yang sejak tadi berada di pangkuannya lalu di letakkan di atas meja di samping ranjang. "Nunggunya sambil tiduran saja," gumamnya pada diri sendiri. Istri Andaru itu merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut sebatas dada. Diambilnya ponsel pintarnya dari atas meja. @AyangAndaruHusband[Ayang pulang jam berapa? Kok belum sampai rumah] Aisyah
Setelah mendapat laporan dari Edward, Segera Aisyah dengan berjalan menuju teras. Di kursi teras nampak Anton sudah duduk sambil menundukkan kepalanya. Di sisi kirinya berdiri Geri, salah satu anak buah Jago yang memiliki badan tinggi besar dan wajah sangar."Silahkan duduk Bu," Jago menarik kursi agak menjauh dari Doni untuk berjaga-jaga. Sontak Anton mendongakkan kepalanya. "Aisyah...." Laki-laki itu berdiri namun segera di tahan oleh Geri. "Duduk atau keluar dari sini!" sentak Geri yang langsung membuat nyali Anton menciut dan kembali duduk. Aisyah mengangguk lalu duduk di kursi dengan di apit Edward dan Jago di sisi kanan kirinya. "Terima kasih." "Kamu jaga pintu pagar!" perintah Jago pada Joni. "Jangan biarkan siapapun masuk. Jika ada yang menerobos kamu boleh pakai kekerasan." Tambahnya sambil melirik Anton. "Tenang saja, aku benar-benar datang seorang diri," sahut Anton menjelaskan sadar maksud dari ucapan Jago. "Apa yang membawamu datang ke sini? Kamu pasti masih ingat u
Siang ini seperti biasa, Jago sudah bersiap menunggu di depan gerbang sekolah ketika Aisyah selesai mengajar. "Silahkan masuk Bu," ucap Jago setelah membuka pintu belakang mobil. "Terima kasih," balas Aisyah lalu bersiap naik mobil. "Aisyah..." Suara dari seorang pengendara motor yang baru saja menepikan motornya tidak jauh dari mobil Aisyah. Spontan Aisyah menoleh dan mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil. "Anton?" tebalnya mengenali suaranya. "Iya, aku Anton." Laki-laki itu melepas helmnya lalu turun dari motor. "Bisa bicara sebentar," pintanya dengan menakupkan kedua tangannya, memohon. Aisyah mengangguk dan hendak melangkah mendekati Anton. Namun dengan sigap Jago merentangkan tangannya untuk menghalangi Aisyah mendekati laki-laki yang dianggapnya berbahaya. "Maaf Bu, tapi ini adalah perintah Pak Andaru." "Hanya seb...." "Mohon maaf Bu, kami hanya berdua. Ini terlalu beresiko, silahkan masuk!" Jago bersikap tegas lalu memaksa majikannya itu untuk segera masuk kedalam
"Kamu bicara apa?" Suara berat Andaru keluar dari pintu ruang istirahat yang ada di sebelah rak buku di sisi kiri pintu keluar. "Ulangi kata-kata kamu!" perintah Andaru. "Ah... itu Pak wanita ini mengaku sebagai istri Anda." Adu Dinar beranjak bangun dari duduknya. "Ay,,, aku masih istri kamu kan?" Aisyah menyahut. "Tentu saja. Sampai mati cuma kamu istriku," tegas Andaru berjalan mendekat Aisyah lalu menggenggam tangan istrinya erat. "Maaf tidak bisa menyambutmu, bajuku kotor karena ulah pegawai yang tidak kompeten." Ucapan Andaru membuat langsung Dinar terdiam dan menunduk malu. Wanita itu sadar jika pegawai yang di maksud Andaru adalah dirinya. Demi mencari perhatian Andaru, wanita itu menumpahkan saos di kemeja bosnya itu. Alih-alih membantu membukakan saos sambal di ayam goreng bosnya, Dinar dengan sengaja mengarahkan saos itu ke arah kemeja bosnya. Hal itu sengaja ia lakukan untuk membuat bosnya sibuk selagi ia mencari cara mengusir istri bosnya yang akan datang. Namun ren
Tak butuh waktu lama, hanya lima belas menit Aisyah sudah sampai d kantor baru suaminya. Ini kali pertama wanita cantik itu datang ke kantor tempat suaminya menghabiskan sebagian banyak waktunya seminggu ini. Mobil langsung berhenti di depan lobi kantor, dua orang security langsung menyambut mereka. "Maaf, apa sudah ada janji?" tanya salah satu security. "Sudah," jawab Jago yang turun lebih dulu. "Saya mengantar istri Pak Andaru. Sampaikan saja, kepada sekertaris beliau kalau Bu Aisyah sudah datang," lanjut Andaru lantas membukakan pintu untuk Aisyah. "Oh baik," jawab security dengan nama dada Sarjono lalu berlari ke dalam kantor. "Silahkan Bu," Jago mengulurkan tangannya ke depan Aisyah untuk menjadi pegangan ketika menaiki tangga teras kantor yang cukup tinggi untuk Aisyah yang memakai sepan panjang. Aisyah tak sempat ganti baju, ia datang masih dengan seragam coklat guru khas pegawai PNS. Membuat security buang memnyambut mereka menatap bingung. "Tidak perlu bingung Pak, ini
Baru satu minggu Andaru tinggal di rumah mertuanya namun suami Aisyah itu tidak punya banyak waktu untuk bercengkerama dengan keluarga barunya. Hampir setiap hari dia sibuk dengan pekerjaan dan harus pulang larut malam karena lembur. Pemindahan perusahaan ke Jakarta benar-benar menyita waktu dan pikirannya. Untuk proses produksi tetap di lakukan di perusahaan lama sedangkan di jakarta adalah kantor pusat yang mengatur dan menentukan segala kebijakan perusahaan. Produk emas dari Ai's jewellery sangat diminati. Baik emas dalam bentuk perhiasan atau mentahan memiliki konsumennya sendiri yang setiap bulannya bertambah.Semua desain perhiasannya eksklusif, tidak pasaran dan sangat elegan sehingga menarik minat dari berbagai kalangan. Tidak hanya kalangan atas saja, kalangan menengah ke bawah juga merupakan pasar untuk produk Ai's Jewellery. Tentu saja dengan menyesuaikan harga dan kwalitas agar bisa menggapai semua kalangan. Toko-Toko emas Ai's Jewellery bertebaran di setiap mall yang