Hari ini adalah jadwal sidang perceraianku dan Mas Arka. Aku akan pergi ke pengadilan setelah aku ke sekolah dulu untuk meminta izin keluar pada pukul 10. Hari ini adalah ikrar perceraian kami. Uang memang sangat luar biasa belum genap satu bulan tapi perceraianku dan Mas Arka sudah sampai tahap akhir.
Setelah menerima surat panggilan dari pengadilan aku memutuskan untuk meminta Zyen ikut menemaniku. Sebenarnya ayah dan ibu ingin ikut tapi aku melarang dan meminta mereka untuk berlibur ke rumah nenek saja sampai satu minggu ke depan.Ibu sempat menolak karena tidak tega meninggalakn aku sendiri menghadapi perceraian tapi aku mengatakan jika aku akan lebih terluka jika melihat ibu dan ayah menangis saat perceraianku di putuskan.Setelah perdebatan panjang akhirnya ibu setuju untuk pergi menjenguk nenek dan tinggal disana selama satu minggu sekalian untuk menenangkan pikiran mereka. Aku berjanji semua akan kembali normal ketika mereka kembali dari rumah nenek."Mbak aku tinggal dulu, nanti aku jemput jam setengah sepuluh," ucap Zeyn setelah menurunkan aku di depan gerbang sekolah tempatku mengajar."Kalau tidak dapat izin dari guru kamu gak usah maksa. Aku bisa berangkat sendiri, nanti di sana juga ada pengacara yang di sewa ayah.""Gak. sebelum aku datang jangan berangkat sendiri!" pesannya denagn mata melotot. "Mbak mau aku digantung sama Ibu?"Kata-katanya membuatku tertawa, teringat ancaman ibu sebelum berangkat kemarin. 'Jangan keluyuran! Jaga rumah dan Mbakmu. Ingat besok antar Mbak Aisyah ke pengadilan. Awas sampai Ibu tahu kamu keluyuran gak jelas dan ninggalin Mbakmu sendirian. Ibu gantung motor kamu sekalian sama kamunya sekalian.'Ibu adalah wanita yang sangat sholihah dan anggun tapi jika berhadapan dengan Zeyn semua keanggunannya hilang dan berubah menjadi macan perempuan yang tak segan berteriak bahkan melepar apa saja yang ada di dekatnya. Mungkin karena Zeyn sangat bandel dan selalu membantah bila di kasih tahu."Malah ketawa," gereutunya sambil menarik tanganku lantas menciumnya. "Assalammu'alaikum,""Wa'alaikukmsalam."Aku bergegas menuju kelas karena bel sekolah sudah terdengar. Sekitar pukul 8 Reina mendatangi kelasku dan memberitahu jika aku di panggil untuk menghadap ke ruang kepala sekolah."Ada apa?" tanyaku bingung."Sudah cepat ke ruang kepsek. Hari ini anak-anak akan di pulangkan pagi," jawab Reina sambil mendorongku pelan, "Biar aku yang urus kelasmu." tambahnya saat aku ingin pamit pada siswa siswiku.Saat aku berjalan ke ruang kepsek nampak di depan sekolah ibu-ibu berkumpul sambil berteriak 'Pecat.' seperti sedang berdemo. Aku seperti mengenal salah satu diantara mereka. Itu seperti orang tua salah satu siswa di kelasku. Entah mengapa tiba-tiba seperti ada firasat buruk yang membuat jantungku berdetak sangat cepat."Maaf Bu, Ibu memanggil saya?" ucapku begitu sampai di ruang bu kepsek yang sudah terbuka."Silahkan masuk Bu Aisyah," jawab bu Mariana mempersilahkan aku duduk di sebelahnya.Di ruang tersebut sudah ada dua orang ibu-ibu dan 2 orang bapak-bapak. Mereka menatapku sinis. Tunggu, aku mengenal ibu-ibu yang duduk di depanku. Dia adalah ibu dari Kenan siswa di kelasku."Begini Bu, ibu-ibu dan Bapak-bapak ini meminta klarifikasi Bu Aisyah atas video yang sedang viral," ujar bu Mariana menunjukkan layar ponsel yang memperlihatkan foto-foto yang sebulan ini mengacaukan hidupku.Kuhela nafas panjang. Apalagi ini? Astagfirulloh. Aku menutup mataku sejenak. "Saya akan jelaskan Bu." Aku mengangguk."Tenang, jelaskan baik-baik," bisik bu Mariana sambil mengelus punggungku."Terima kasih Bu," ucapku yang disambut anggukan oleh Bu Mariana. Ku alihkan pandangannku kepada empat orang yang duduk berhadapan denganku."Begini Bu, Pak, foto-foto itu adalah foto editan. Dan keluarga saya sudah mendapatkan bukti dan foto aslinya. Wanita dalam foto itu hanya memakai baju yang sama dengan saya dan bertuliskan nama saya di name tagnya, tapi wajahnya itu di edit menjadi wajah saya. Tinggi badan dan bentuk jari juga tidak sama dengan saya. Itu menunjukkan jika yang ada di foto itu bukan saya," jelasku yang sontak membuat salah satu dari bapak-bapak itu memeriksa ponselnya dan menatapku seperti sedang memindai."Keluarga saya sudah menghubungi ahli IT untuk memeriksanya. Saya bisa membawa buktinya besok jika anda menginginkannya." Tambahku untuk meyakinkan.Setelah mendengar penjelasanku nampak mereka saling berdebat kecil dan saling menyalahkan karena tidak memeriksa dulu sebelum mereka datang ke sekolah untuk berdemo.Aku berusaha tenang meski hatiku sudah sangat gelisah dan takut. Bukan nasib karirku yang aku pikirkan tapi nama baik sekolah yang tercoreng karena masalah pribadiku."Ok anggap saja foto itu editan. Lalu bagaimana dengan Videonya? Apa itu juga bukan Bu aisyah? mirip banget loh itu," ucap salah satu dari ibu-ibu itu.Apa yang harus aku jawab. Apa aku harus berbohong demi nama baik sekolah? Tidak. Aku tidak bisa berbohong, apapun resikonya aku harus tetap jujur dari pada nanti akan menambah masalah baru.Bismillahirrokhmanirrohim."Iya itu memang saya. Saya diminta kerabat saya untuk menyerahkan sesuatu pada laki-laki itu. Tapi, saya berani bersumpah atas nama Alloh jika saya tidak ada hubungan dengan laki-laki itu,"
"Tuh kan benar. Sudah pasti yang di foto itu juga Bu Aisyah. Orang laki-lakinya saja sama kok,""Benar, itu memang Bu Aisyah ngaku saja! Bikin malu nama pendidikan."Ucapan dua ibu ini bak sabetan pedang yang mengoyak hatiku. Bagaimana bisa mereka mengatakan itu? Aku menundukkan kepalaku untuk menahan rasa kesal dan marah."Sudah kita ke diknas saja, suruh pecat itu guru gak benar." Salah satu di antara mereka berdiri dan berjalan keluar lalu menelpon seseorang yang sepertinya sudah berada di kantor departemen pendidikan. "Iya benar. Laporkan!"Aku menoleh pada Bu Mariana. "Maafkan saya Bu," ucapku bersamaan dengan butiran bening yang sejak tadi ku tahan."Tenanglah kita bicarakan nanti," bisiknya menggenggam tanganku."Sudah begini saja Bu kepala sekolah, kami minta pecat Bu guru Aisyah atau kami langsung ke diknas untuk meminta diknas yang ambil tindakan," putus salah bapak itu."Maaf sebelumnya Pak Bu, kita juga memiliki prosedur sendiri. Jadi tolong bisa mengerti. Kami sudah mendengar keluhan dan keinginan ibu-ibu dan bapak-bapak. Tolong beri kami waktu untuk merapatkannya dengan guru-guru yang lain. Kami janji akan segera menginformasikan keputusan kami." Bu Mariana berusaha menjelaskan kepada keempat orang tersebut."Baik kami tunggu," jawab seorang bapak untuk mewakili."Tapi ingat Bu, jika sekolah ini mempertahankan Guru seperti dia kami akan memindahkan anak kami dari sekolah ini. Kami juga kan mengviralkan kejadian ini di media sosial," ancam salah satu diantara mereka sebelum keluar dari ruangan ini.Terdengar Bu mariana menghela nafas panjang, "Aku hargai kejujuranmu, tapi kamu harus tahu tidak semua orang itu baik dan selalu berpikir baik.""Apa saya harus berbohong Bu? Sedangkan setiap hari saya mengajarkan pada anak didik saya untuk selalu berkata jujur."Bu Mariana kembali menghela nafas. "Tidak apa-apa, Tuhan tidak akan membiarkan hambanya sendiri. Sabarlah dan tabahkan hatimu! Percayalah Tuhan punya rencana yang indah untuk kamu di balik semua ujian berat ini." Tangannya menggenggam tanganku erat."Saya siap menerima apapun resikonya, Bu.""Iya, aku akan berusaha meminta keringanan pada Diknas," ujar Bu Mariana. "Untuk sementara, kamu libur dulu sampai dapat informasi untuk kembali mengajar," putus Bu Mariana.Deg!
Setelah semua orang tua siswa yang berdemo di depan sekolah pergi, Kepala sekolah langsung memulangkan semua siswa beserta para guru. Dan disinilah aku sekarang berada di halte bus tidak jauh dari sekolah untuk menunggu Zeyn. [Mbak tunggu di halte dekat sekolah] isi pesan yang ku kirim untuk Zeyn. "Apa kamu akan tetap diam saja?" tanya Reina dengan posisi duduk menyamping menghadapku. Gadis keras kepala ini masih setia dengan posisinya sejak 30 menit yang lalu. Sejak tadi aku sudah menyuruhnya pulang lebih dulu tapi sudah ada tiga bus yang berhenti dan wanita ini tetap duduk di sampingku."Pulanglah dulu Reina! Tidak perlu khawatir aku tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak." Kembali aku menyuruhnya pulang dan ini sudah ke tiga kalinya. "Aku akan pulang kalau kamu sudah di jemput Zeyn," ujarnya keras kepala. "Ai pikirin lagi deh, jangan diam saja. Aku tahu kamu tidak bersalah dan kamu harus membuktikannya. Bukan hanya kamu yang terkena dampaknya tapi semua anak didik kamu, nam
Aisyah pov. Sudah dua hari ini, aku tidak pergi ke sekolah untuk mengajar karena masih harus menunggu hasil keputusan dari Diknas. Apapun keputusan dari Diknas aku akan mencoba untuk menerimanya dengan ikhlas. Meski ada rasa tidak terima dan rasa kesal namun aku mencoba untuk mencari hikmah dari semua kejadian yang menimpaku agar aku tidak terlarut dalam penyesalan dan rasa kecewa.Selama dua hari ini aku banyak menghabiskan waktu untuk belajar memasak resep-resep baru yang kudapat dari media sosial. Ya hitung-hitung belajar, mungkin saja aku harus berganti profesi dari guru menjadi pedagang makanan online yang sekarang lagi viral sekarang ini. Untuk sementara aku tidak ingin bercerita dulu pada Zeyn tentang kejadian di sekolah tempatku mengajar dua hari yang lalu. Aku takut jika adikku itu akan terbawa emosi dan melakukan hal-hal yang tidak di inginkan jika ia tahu kakaknya di demo wali siswa siswi karena video dan foto yang sudah membuat keluarga kami tertekan. Dan aku sangat yaki
[Author pov]Sekitar pukul tiga sore, sepulang sekolah Zeyn pergi bersama temannya ke toko buku yang ada di sebuah mall terbesar di kotanya. "Lagi nelfon ibu negara, ya?" tanya temannya Zeyn. "Bukan, tapi putri kesayangan ibu negara," ujarnya setelah memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya. "Loh, kakak kamu belum balik ke rumah mertuanya?" tanya Angga sambil menoleh pada Zeyn. Zeyn menghela nafas panjang, "Dia sudah bercerai," ucapnya sembari mengarahkan pandangannya ke area mall. Langkahnya seketika berhenti ketika tanpa sengaja matanya menangkap sebuah pemandangan yang membuat dahinya berkerut. "Hah, cerai?" Teman Zeyn itu terlihat kaget. "Yang benar? Kamu gak lagi bercanda, kan? Perasaan baru beberapa bulan Mbak Aisyah menikah kok sudah cerai aja," sambung Angga yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Zeyn. Remaja 18 tahun itu menyipitkan matanya ke arah dua orang yang sedang bergandengan tangan, berjalan menuju tangga eskalator. "Zeyn, beneran Mbak Aisyah cerai?
"Aku serius! Maksud kamu apa?" sentak Arka lagi yang mendapat decakan kesal dari Zeyn. "Kak, ayo kita pergi saja!" bisik Maharani, wanita yang bersama Arka. "Malu, Kak dilihatin orang." Maharani menyembunyikan wajahnya di belakang lengan Arka karena menjadi tontonan gratis. Banyak orang yang mengarahkan pandangannya pada empat orang yang berdebat di depan sebuah toko baju ternama itu. "Masih punya malu juga," cibir Zeyn. "Malu sama orang, tapi sama Tuhan kagak," sahut Angga masih sambil mengarahkan kamera ponselnya pada pasangan kekasih di depannya.Arka yang merasa tersinggung hendak meladeni ucapan dua remaja yang sudah sejak tadi menyulut emosinya, namun Maharani memaksa untuk pergi karena malu menjadi tontonan pengunjung mall. "Sudahlah Kak, ayo pergi!" Maharani menarik lengan Arka untuk meninggalkan tempat itu. "Dasar pria brengsek! Dia yang selingkuh, malah nuduh orang," cemooh Zeyn yang masih bisa di dengar oleh Arka. "Gila, apes banget Mbak Aisyah punya suami tukang sel
Author pov. "Apa aku bukan keluarga Mbak? Sampai kapan Mbak akan menyembunyikan masalah ini?" tanya Zeyn dengan raut wajah kecewa. Melihat wajah kecewa Sang adik membuat senyum di wajah Aisyah seketika luntur, tiba-tiba muncul rasa bersalah dan sesal di hatinya karena sudah menyembunyikan masalah yang seharusnya ia bagi dengan keluarganya. Aisyah menghela nafas panjang, lantas berjalan mendekati adiknya itu lalu menariknya untuk duduk di sofa ruang tengah. "Maafin Mbak ya, sudah buat kamu kecewa sama sikap Mbak," ucap Aisyah memelas. "Aku cuma khawatir kalau kamu akan emosi dan melakukan hal-hal yang tidak di inginkan," sambungnya menjelaskan. Zeyn menghela nafas kasar, sebenarnya ia tidak tega melihat wajah melas kakaknya tapi ia juga kesal karena kakaknya itu sudah sangat keterlaluan dengan berusaha menanggung masalah sebesar itu sendirian."Aku kecewa sama Mbak, kita itu keluarga. Seharusnya kita saling menjaga dan tidak ada rahasia yang disembunyikan," sahut Zeyn kesal. "Kalau
"Tidak," Jawab Jafar tegas. Mendengar jawaban Ayahnya membuat Aisayah mengarahkan pandangannya pada sang ibu yang duduk di sebelah ayahnya. "Bu, bantu ku membujuk Ayah," ucapnya meminta dukungan. "Sebentar, bisa jelaskan kenapa kamu di mutasi? Apa itu karena foto dan video fitnah itu?" tanya Salma tidak langsung mengiyakan permintaan putri kesayangannya itu. Aisyah hanya mengangguk untuk menjawab. "Zeyn, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kamu Ibu suruh jaga Mbakmu kan, kenapa bisa jadi seperti ini?" Salma mengomeli putra bungsunya yang dari tadi hanya diam dan mengamati saja. "Bu jangan salahin Zeyn," sela Aisyah tidak tega adiknya di salahkan. Zeyn menghela nafas lalu berbicara, "Beberapa hari yang lalu, para orang tua siswa berdemo di sekolah. Mereka meminta supaya Mbak Aisyah di nonaktifkan sebagai guru. Menurut mereka Mbak Aisyah tidak pantas menjadi seorang guru karena video skandal perselingkuhannya viral di media sosial." Mendengar penjelasan Zeyn sontak membuat wajah
Semalaman Aisyah tidak bisa tidur, ia khawatir jika ibunya tidak bisa membujuk ayahnya untuk merubah keputusan pria yang sangat tegas itu. Sekitar pukul 6 pagi Aisyah keluar dari kamar. Matanya melebar saat melihat ayahnya sudah duduk di kursi meja makan dengan pakaian rapi sembari membaca koran. Dengan langkah pelan, ia mendekati meja makan dan duduk di sebelah adiknya. Tak lama ibunya datang dari arah dapur dengan membawa sepiring telur dadar di tangannya. "Sarapan dulu," suruh Salma setelah meletakkan sepiring telur dadar di atas meja. Jafar langsung melipat korannya dan meletakkannya di atas meja. Tanpa banyak bicara laki-laki paruh baya itu memakan sepiring nasi goreng yang ada di hadapannya. Sama halnya dengan Aisyah juga Zeyn mereka juga ikut memakan nasi goreng yang dibuat ibunya itu. "Mana surat pengunduran diri kamu?" tanya Jafar setelah menyelesaikan sarapannya. Sontak Aisyah mengarahkan pandangannya pada Salma yang membalas dengan anggukan dan senyum lebar. "Kamu me
Author pov. "Katanya Bu guru Ai selingkuh makanya mamanya Kenan mengajak demo," sahut siswa yang lain. Degh,,,, Aisyah tertegun mendengar kalimat yang di lontarkan anak didiknya. "Iya benar, Ibunya Kenan juga ngajak mamaku untuk demo tapi mamaku gak mau," sahut siswa yang lain. "Itu tidak benar. Bu guru Ai gak mungkin selingkuh," bantah siswi yang pertama bertanya tadi membela Aisyah. Dengan wajah garang siswi itu melotot pada temannya yang mengatakan Aisyah selingkuh. "Tentu saja tidak." jawab Aisyah tegas setelah dapat menguasai diri dari keterkejutannya. "Bu guru tidak pernah selingkuh. Semua berita itu tidak benar." "Aku percaya sama Bu guru," jawab beberapa siswa bersahutan. Aisyah menghela nafas lega karena siswa-siswinya mempercayai ucapannya. "Terima kasih," ucapnya penuh haru. "Tapi tetap saja Bu guru Ai akan pindah, itu gara-gara Kenan," sahut seorang siswa dengan wajah sedih. "Iya gara-gara Kenan Bu Ai pindah." "Benar, mama Kenan yang buat Ai Pindah." Anak-anak i
Sejak pukul lima pagi rumah orang tua Aisyah sudah dipenuhi kesibukan keempat penghuninya. Masing-masing orang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Setelah sholat subuh Salma segera memasak beberapa hidangan yang hendak di bawanya ke rumah baru anak dan menantunya. Rendang, garang asem, botok ati ampela dan capjay. Meski semua urusan catering sudah ada IO yang menghandle tapi Salma ingin membuatkan makan kesukaan anak dan menantunya khusus untuk mereka makan sendiri. Melihat itu Aisyah tak mau brdiam diri. Setelah menyiapkan barang-barang yang hendak dibawa Aisyah segera membantu ibunya di dapur. Tak jauh dari dapur, Zeyn dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih mengantuk sedang sibuk memasukkan sembako ke dalam kardus-kardus untuk di bawa ke rumah sang kakak. Setelah Aisyah memberi tahu jika akan pindah rumah, Salma langsung mengajak suaminya untuk pergi ke pasar. Pulang-pulang Salma dan Jafar membawa beberapa kantong plastik berisi sembako dan dua karung beras yang d
Keesokan paginya, Aisyah sudah siap dengan baju dinas coklatnya. Wanita itu duduk di atas ranjang dengan pandangan fokus pada benda persegi canggih yang menampilkan aplikasi pesan. Ia sedang mengetik pesan untuk Anton. [Assalamu'alaikum, Andaru sudah mentransfer uang ke rekeningmu. Untuk soal Meysa, maaf aku tidak bisa membantu. Andaru kekeh pada pendiriannya dengan alasan untuk memberi efek jera pada Meysa agar tidak lagi mengulangi kesalahannya kembali di kemudian hari. Andaru sudah memaafkan kejadian dua tahun lalu tapi tidak kali ini. Aku harap kamu bisa mengerti.] Tulisnya sembari menunggu Andaru mandi. Setelah mengirim pesan segera diletakkannya benda pipih itu lalu berganti menyiapkan kemeja dan jas juga dasi untuk suaminya. Ceklek, pintu kamar terbuka. Andaru masuk kamar dengan memakai kaos putih lengan pendek dan celana pendek hitam. Tangan kekarnya menggosok rambutnya yang basah dengan sehelai handuk putih. Aisyah menoleh, "Duduk sini biar aku bantu keringkan rambut kamu
"Untuk apa?" tanya Andaru dengan wajah dan nada tak suka. "Usaha bengkelnya bangkrut." Aisyah menatap Andaru.. "Bulan depan adiknya wisuda. Dia juga sedang terlilit hutang.""Lalu?" ucap Andaru cuek lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Bicaranya sambil tiduran saja, aku lelah sekali." Aisyah menghela nafas panjang melihat reaksi cuek suaminya. Andaru bukan orang yang pendendam tapi jika sudah terlanjur sakit hati akan sulit sekali untuk memaafkan. Tak membantah Aisyah pun ikut naik keatas ranjang dan berbaring di sebelah suaminya. "Adik dan ibunya tidak bersalah, dulu mereka juga sangat baik sama kamu. Tidak bisakah kamu sedikit berbelas kasihan kepada mereka?" Andaru tak menyahut, matanya menatap sendu sang istri. Tak urung hal itu membuat Aisyah kembali menghela nafas. Dia diam sebentar, memikirkan kalimat apa lagi yang akan diucapkannya untuk meluluhkan hati suaminya. "Uangmu kan banyak, bersedekahlah sedikit untuk mengurangi dosa." Sedikit kesal Aisyah berbicara dengan
Sekarang jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 lebih 45 menit. Nampak Aisyah masih sibuk dengan laptop di pangkuannya. Wanita yang sudah memakai piyama tidur itu menggunakan punggung tangannya untuk menutup mulutnya. Entah sudah berapa kali wanita itu menguap. Mata dan tubuhnya sudah memberi sinyal meminta diistirahatkan. Kembali Aisyah mengusap kedua matanya yang sudah berair karena menahan kantuk. "Sedikit lagi," gumamnya lantas jari-jarinya menari di atas keyboard laptop. Tepat pukul sebelas lebih lima puluh lima menit, pertahanannya runtuh. Aisyah sudah tidak sanggup lagi, matanya sudah sangat berat. Segera ia matikan laptop yang sejak tadi berada di pangkuannya lalu di letakkan di atas meja di samping ranjang. "Nunggunya sambil tiduran saja," gumamnya pada diri sendiri. Istri Andaru itu merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut sebatas dada. Diambilnya ponsel pintarnya dari atas meja. @AyangAndaruHusband[Ayang pulang jam berapa? Kok belum sampai rumah] Aisyah
Setelah mendapat laporan dari Edward, Segera Aisyah dengan berjalan menuju teras. Di kursi teras nampak Anton sudah duduk sambil menundukkan kepalanya. Di sisi kirinya berdiri Geri, salah satu anak buah Jago yang memiliki badan tinggi besar dan wajah sangar."Silahkan duduk Bu," Jago menarik kursi agak menjauh dari Doni untuk berjaga-jaga. Sontak Anton mendongakkan kepalanya. "Aisyah...." Laki-laki itu berdiri namun segera di tahan oleh Geri. "Duduk atau keluar dari sini!" sentak Geri yang langsung membuat nyali Anton menciut dan kembali duduk. Aisyah mengangguk lalu duduk di kursi dengan di apit Edward dan Jago di sisi kanan kirinya. "Terima kasih." "Kamu jaga pintu pagar!" perintah Jago pada Joni. "Jangan biarkan siapapun masuk. Jika ada yang menerobos kamu boleh pakai kekerasan." Tambahnya sambil melirik Anton. "Tenang saja, aku benar-benar datang seorang diri," sahut Anton menjelaskan sadar maksud dari ucapan Jago. "Apa yang membawamu datang ke sini? Kamu pasti masih ingat u
Siang ini seperti biasa, Jago sudah bersiap menunggu di depan gerbang sekolah ketika Aisyah selesai mengajar. "Silahkan masuk Bu," ucap Jago setelah membuka pintu belakang mobil. "Terima kasih," balas Aisyah lalu bersiap naik mobil. "Aisyah..." Suara dari seorang pengendara motor yang baru saja menepikan motornya tidak jauh dari mobil Aisyah. Spontan Aisyah menoleh dan mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil. "Anton?" tebalnya mengenali suaranya. "Iya, aku Anton." Laki-laki itu melepas helmnya lalu turun dari motor. "Bisa bicara sebentar," pintanya dengan menakupkan kedua tangannya, memohon. Aisyah mengangguk dan hendak melangkah mendekati Anton. Namun dengan sigap Jago merentangkan tangannya untuk menghalangi Aisyah mendekati laki-laki yang dianggapnya berbahaya. "Maaf Bu, tapi ini adalah perintah Pak Andaru." "Hanya seb...." "Mohon maaf Bu, kami hanya berdua. Ini terlalu beresiko, silahkan masuk!" Jago bersikap tegas lalu memaksa majikannya itu untuk segera masuk kedalam
"Kamu bicara apa?" Suara berat Andaru keluar dari pintu ruang istirahat yang ada di sebelah rak buku di sisi kiri pintu keluar. "Ulangi kata-kata kamu!" perintah Andaru. "Ah... itu Pak wanita ini mengaku sebagai istri Anda." Adu Dinar beranjak bangun dari duduknya. "Ay,,, aku masih istri kamu kan?" Aisyah menyahut. "Tentu saja. Sampai mati cuma kamu istriku," tegas Andaru berjalan mendekat Aisyah lalu menggenggam tangan istrinya erat. "Maaf tidak bisa menyambutmu, bajuku kotor karena ulah pegawai yang tidak kompeten." Ucapan Andaru membuat langsung Dinar terdiam dan menunduk malu. Wanita itu sadar jika pegawai yang di maksud Andaru adalah dirinya. Demi mencari perhatian Andaru, wanita itu menumpahkan saos di kemeja bosnya itu. Alih-alih membantu membukakan saos sambal di ayam goreng bosnya, Dinar dengan sengaja mengarahkan saos itu ke arah kemeja bosnya. Hal itu sengaja ia lakukan untuk membuat bosnya sibuk selagi ia mencari cara mengusir istri bosnya yang akan datang. Namun ren
Tak butuh waktu lama, hanya lima belas menit Aisyah sudah sampai d kantor baru suaminya. Ini kali pertama wanita cantik itu datang ke kantor tempat suaminya menghabiskan sebagian banyak waktunya seminggu ini. Mobil langsung berhenti di depan lobi kantor, dua orang security langsung menyambut mereka. "Maaf, apa sudah ada janji?" tanya salah satu security. "Sudah," jawab Jago yang turun lebih dulu. "Saya mengantar istri Pak Andaru. Sampaikan saja, kepada sekertaris beliau kalau Bu Aisyah sudah datang," lanjut Andaru lantas membukakan pintu untuk Aisyah. "Oh baik," jawab security dengan nama dada Sarjono lalu berlari ke dalam kantor. "Silahkan Bu," Jago mengulurkan tangannya ke depan Aisyah untuk menjadi pegangan ketika menaiki tangga teras kantor yang cukup tinggi untuk Aisyah yang memakai sepan panjang. Aisyah tak sempat ganti baju, ia datang masih dengan seragam coklat guru khas pegawai PNS. Membuat security buang memnyambut mereka menatap bingung. "Tidak perlu bingung Pak, ini
Baru satu minggu Andaru tinggal di rumah mertuanya namun suami Aisyah itu tidak punya banyak waktu untuk bercengkerama dengan keluarga barunya. Hampir setiap hari dia sibuk dengan pekerjaan dan harus pulang larut malam karena lembur. Pemindahan perusahaan ke Jakarta benar-benar menyita waktu dan pikirannya. Untuk proses produksi tetap di lakukan di perusahaan lama sedangkan di jakarta adalah kantor pusat yang mengatur dan menentukan segala kebijakan perusahaan. Produk emas dari Ai's jewellery sangat diminati. Baik emas dalam bentuk perhiasan atau mentahan memiliki konsumennya sendiri yang setiap bulannya bertambah.Semua desain perhiasannya eksklusif, tidak pasaran dan sangat elegan sehingga menarik minat dari berbagai kalangan. Tidak hanya kalangan atas saja, kalangan menengah ke bawah juga merupakan pasar untuk produk Ai's Jewellery. Tentu saja dengan menyesuaikan harga dan kwalitas agar bisa menggapai semua kalangan. Toko-Toko emas Ai's Jewellery bertebaran di setiap mall yang