Author pov. "Apa aku bukan keluarga Mbak? Sampai kapan Mbak akan menyembunyikan masalah ini?" tanya Zeyn dengan raut wajah kecewa. Melihat wajah kecewa Sang adik membuat senyum di wajah Aisyah seketika luntur, tiba-tiba muncul rasa bersalah dan sesal di hatinya karena sudah menyembunyikan masalah yang seharusnya ia bagi dengan keluarganya. Aisyah menghela nafas panjang, lantas berjalan mendekati adiknya itu lalu menariknya untuk duduk di sofa ruang tengah. "Maafin Mbak ya, sudah buat kamu kecewa sama sikap Mbak," ucap Aisyah memelas. "Aku cuma khawatir kalau kamu akan emosi dan melakukan hal-hal yang tidak di inginkan," sambungnya menjelaskan. Zeyn menghela nafas kasar, sebenarnya ia tidak tega melihat wajah melas kakaknya tapi ia juga kesal karena kakaknya itu sudah sangat keterlaluan dengan berusaha menanggung masalah sebesar itu sendirian."Aku kecewa sama Mbak, kita itu keluarga. Seharusnya kita saling menjaga dan tidak ada rahasia yang disembunyikan," sahut Zeyn kesal. "Kalau
"Tidak," Jawab Jafar tegas. Mendengar jawaban Ayahnya membuat Aisayah mengarahkan pandangannya pada sang ibu yang duduk di sebelah ayahnya. "Bu, bantu ku membujuk Ayah," ucapnya meminta dukungan. "Sebentar, bisa jelaskan kenapa kamu di mutasi? Apa itu karena foto dan video fitnah itu?" tanya Salma tidak langsung mengiyakan permintaan putri kesayangannya itu. Aisyah hanya mengangguk untuk menjawab. "Zeyn, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kamu Ibu suruh jaga Mbakmu kan, kenapa bisa jadi seperti ini?" Salma mengomeli putra bungsunya yang dari tadi hanya diam dan mengamati saja. "Bu jangan salahin Zeyn," sela Aisyah tidak tega adiknya di salahkan. Zeyn menghela nafas lalu berbicara, "Beberapa hari yang lalu, para orang tua siswa berdemo di sekolah. Mereka meminta supaya Mbak Aisyah di nonaktifkan sebagai guru. Menurut mereka Mbak Aisyah tidak pantas menjadi seorang guru karena video skandal perselingkuhannya viral di media sosial." Mendengar penjelasan Zeyn sontak membuat wajah
Semalaman Aisyah tidak bisa tidur, ia khawatir jika ibunya tidak bisa membujuk ayahnya untuk merubah keputusan pria yang sangat tegas itu. Sekitar pukul 6 pagi Aisyah keluar dari kamar. Matanya melebar saat melihat ayahnya sudah duduk di kursi meja makan dengan pakaian rapi sembari membaca koran. Dengan langkah pelan, ia mendekati meja makan dan duduk di sebelah adiknya. Tak lama ibunya datang dari arah dapur dengan membawa sepiring telur dadar di tangannya. "Sarapan dulu," suruh Salma setelah meletakkan sepiring telur dadar di atas meja. Jafar langsung melipat korannya dan meletakkannya di atas meja. Tanpa banyak bicara laki-laki paruh baya itu memakan sepiring nasi goreng yang ada di hadapannya. Sama halnya dengan Aisyah juga Zeyn mereka juga ikut memakan nasi goreng yang dibuat ibunya itu. "Mana surat pengunduran diri kamu?" tanya Jafar setelah menyelesaikan sarapannya. Sontak Aisyah mengarahkan pandangannya pada Salma yang membalas dengan anggukan dan senyum lebar. "Kamu me
Author pov. "Katanya Bu guru Ai selingkuh makanya mamanya Kenan mengajak demo," sahut siswa yang lain. Degh,,,, Aisyah tertegun mendengar kalimat yang di lontarkan anak didiknya. "Iya benar, Ibunya Kenan juga ngajak mamaku untuk demo tapi mamaku gak mau," sahut siswa yang lain. "Itu tidak benar. Bu guru Ai gak mungkin selingkuh," bantah siswi yang pertama bertanya tadi membela Aisyah. Dengan wajah garang siswi itu melotot pada temannya yang mengatakan Aisyah selingkuh. "Tentu saja tidak." jawab Aisyah tegas setelah dapat menguasai diri dari keterkejutannya. "Bu guru tidak pernah selingkuh. Semua berita itu tidak benar." "Aku percaya sama Bu guru," jawab beberapa siswa bersahutan. Aisyah menghela nafas lega karena siswa-siswinya mempercayai ucapannya. "Terima kasih," ucapnya penuh haru. "Tapi tetap saja Bu guru Ai akan pindah, itu gara-gara Kenan," sahut seorang siswa dengan wajah sedih. "Iya gara-gara Kenan Bu Ai pindah." "Benar, mama Kenan yang buat Ai Pindah." Anak-anak i
Author Pov. "Ngapain kamu? Bengong saja dari tadi?" Seorang laki-laki tampan menepuk pundak temannya yang sedang duduk di kursi balkon apartemen. "Sudah balik? Mana Meysa?" tanya balik Anton menoleh. "Lagi ambil minum," jawab Andaru lalu ikut duduk di kursi sebelah Anton. "Jangan melamun aja nanti kesambet setan gundul," guraunya sambil terkekeh. Andaru pradipta Reksa, sang Playboy tampan yang menyukai hidup bebas. Demi bisa hidup bebas Andaru memilih keluar dari rumah orang tuanya. "Apa kamu gak merasa bersalah?" Anton bertanya pada sahabatnya itu. "Ya nggak lah, ngapain juga ngerasa salah?" jawab Andaru tersenyum tipis. Menurutnya Anton terlalu melankolis karena merasa kasihan pasa hal yang tidak penting. "Salah ceweknya sendiri karena tidak becus milih suami yang baik. Harusnya dia tidak menikah dengan laki-laki bajingan yang suka selingkuh," sambung Andaru enteng. "Benar, cewek itu sudah salah milih suami. Dan brengseknya kita membantu laki-laki bajingan itu." Anton menata
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih mereka sampai di mall pusat kota. Dengan langkah riang Meysa membawa Andaru menuju ke toko baju langganannya yang menyedihkan pakaian dengan merk branded yang harganya cukup menguras kantong. "Apa tidak bisa beli pakaian di toko lain saja?" ucap Andaru sambil tangannya memegang sebuah kaos putih dengan bandrol harga jutaan. "Memang kenapa?" ujar Meysa sambil sibuk memilih dress yang ingin di belinya. "Di sini bajunya bagus-bagus dan brand terkenal Daru. Kalau masalah harga tidak jadi masalah. Kamu mau itu? Biar aku yang bayar," kata Meysa dengan nada sombong. "Jangan kayak orang miskin." Sambungnya sambil berbisik yang membuat Andaru mendengus kasar. Sifat Meysa yang sok kaya itu menjadi salah satu alasan Andaru tidak nyaman berada bersama Wanita itu. Wanita berumur 26 tahun itu adalah putri dari seorang pengusaha. Orang tuanya bercerai sejak ia masuk sekolah menengah atas. Mamanya menikah lagi dan pindah ke luar negeri bersama s
Sejak semalam Salma terus menangis. Ia masih tidak rela melepas kepergian Aisyah ke tempat putrinya itu di mutasi. Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang berkepala empat itu tak berhenti merengek pada suaminya supaya di izinkan mengantar Aisyah sampai ke kota tempat putri mereka di tugaskan. "Hanya untuk beberapa hari saja Yah, izinkan Ibu ikut Aisyah," rengeknya untuk yang kesekian kalinya sejak suami istri itu selesai menjalankan sholat shubuh. Jafar hanya bisa menarik nafas panjang, melihat sikap istrinya yang seperti anak kecil itu. Sudah berkali-kali ia menjelaskan bahwa putri mereka itu sudah dewasa pasti bisa menjaga dirinya sendiri, tapi istrinya itu masih tetap kekeh ingin ikut dan menemani Aisyah beberapa hari di tempat baru. "Masih tetap pengen ikut Yah?" Zeyn berjalan masuk dengan membawa Kantong kresek berisi nasi pecel yang di belinya di warung langganan keluarganya. "Hemm," jawab Jafar lalu melirik istrinya yang sejak pagi mengekorinya. "Astaghfirullah
"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Aisyah dengan tatapan datar. "Maaf aku tidak bisa mengatakan siapa orangnya. Orang itu sudah membayarku dan aku sudah menjanjikan jika identitasnya menjadi rahasiaku." Andaru tidak bisa membocorkan rahasia orang yang telah membayarnya karena itu adalah merupakan profesional kerja baginya. "Oh," kata Aisyah menganggukkan kepalanya pelan. "Hah." Andaru melongo melihat reaksi wanita yang diakuinya sangat cantik dan memiliki mata yang indah itu. "Cuma oh saja?" Andaru tidak bisa membayangkan wajah tolol yang diekspresikannya saat ini. Ia benar-benar tak habis pikir orang seperti apa Aisyah ini? Mengapa ia begitu tenang dan sabar saat berhadapan dengan orang yang mungkin sangat di bencinya. "Memang aku harus apa?" tanya balik Aisyah. "Kamu tidak ingin marah? Memakiku atau menamparku mungkin?" "Apa kamu akan mengatakannya jika aku menampar dan memakimu?" "Tidak, aku tetap tidak bisa mengatakannya," jawab Andaru pelan. "Ya sudah." Aisyah mengambil tasny
Sejak pukul lima pagi rumah orang tua Aisyah sudah dipenuhi kesibukan keempat penghuninya. Masing-masing orang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Setelah sholat subuh Salma segera memasak beberapa hidangan yang hendak di bawanya ke rumah baru anak dan menantunya. Rendang, garang asem, botok ati ampela dan capjay. Meski semua urusan catering sudah ada IO yang menghandle tapi Salma ingin membuatkan makan kesukaan anak dan menantunya khusus untuk mereka makan sendiri. Melihat itu Aisyah tak mau brdiam diri. Setelah menyiapkan barang-barang yang hendak dibawa Aisyah segera membantu ibunya di dapur. Tak jauh dari dapur, Zeyn dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih mengantuk sedang sibuk memasukkan sembako ke dalam kardus-kardus untuk di bawa ke rumah sang kakak. Setelah Aisyah memberi tahu jika akan pindah rumah, Salma langsung mengajak suaminya untuk pergi ke pasar. Pulang-pulang Salma dan Jafar membawa beberapa kantong plastik berisi sembako dan dua karung beras yang d
Keesokan paginya, Aisyah sudah siap dengan baju dinas coklatnya. Wanita itu duduk di atas ranjang dengan pandangan fokus pada benda persegi canggih yang menampilkan aplikasi pesan. Ia sedang mengetik pesan untuk Anton. [Assalamu'alaikum, Andaru sudah mentransfer uang ke rekeningmu. Untuk soal Meysa, maaf aku tidak bisa membantu. Andaru kekeh pada pendiriannya dengan alasan untuk memberi efek jera pada Meysa agar tidak lagi mengulangi kesalahannya kembali di kemudian hari. Andaru sudah memaafkan kejadian dua tahun lalu tapi tidak kali ini. Aku harap kamu bisa mengerti.] Tulisnya sembari menunggu Andaru mandi. Setelah mengirim pesan segera diletakkannya benda pipih itu lalu berganti menyiapkan kemeja dan jas juga dasi untuk suaminya. Ceklek, pintu kamar terbuka. Andaru masuk kamar dengan memakai kaos putih lengan pendek dan celana pendek hitam. Tangan kekarnya menggosok rambutnya yang basah dengan sehelai handuk putih. Aisyah menoleh, "Duduk sini biar aku bantu keringkan rambut kamu
"Untuk apa?" tanya Andaru dengan wajah dan nada tak suka. "Usaha bengkelnya bangkrut." Aisyah menatap Andaru.. "Bulan depan adiknya wisuda. Dia juga sedang terlilit hutang.""Lalu?" ucap Andaru cuek lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Bicaranya sambil tiduran saja, aku lelah sekali." Aisyah menghela nafas panjang melihat reaksi cuek suaminya. Andaru bukan orang yang pendendam tapi jika sudah terlanjur sakit hati akan sulit sekali untuk memaafkan. Tak membantah Aisyah pun ikut naik keatas ranjang dan berbaring di sebelah suaminya. "Adik dan ibunya tidak bersalah, dulu mereka juga sangat baik sama kamu. Tidak bisakah kamu sedikit berbelas kasihan kepada mereka?" Andaru tak menyahut, matanya menatap sendu sang istri. Tak urung hal itu membuat Aisyah kembali menghela nafas. Dia diam sebentar, memikirkan kalimat apa lagi yang akan diucapkannya untuk meluluhkan hati suaminya. "Uangmu kan banyak, bersedekahlah sedikit untuk mengurangi dosa." Sedikit kesal Aisyah berbicara dengan
Sekarang jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 lebih 45 menit. Nampak Aisyah masih sibuk dengan laptop di pangkuannya. Wanita yang sudah memakai piyama tidur itu menggunakan punggung tangannya untuk menutup mulutnya. Entah sudah berapa kali wanita itu menguap. Mata dan tubuhnya sudah memberi sinyal meminta diistirahatkan. Kembali Aisyah mengusap kedua matanya yang sudah berair karena menahan kantuk. "Sedikit lagi," gumamnya lantas jari-jarinya menari di atas keyboard laptop. Tepat pukul sebelas lebih lima puluh lima menit, pertahanannya runtuh. Aisyah sudah tidak sanggup lagi, matanya sudah sangat berat. Segera ia matikan laptop yang sejak tadi berada di pangkuannya lalu di letakkan di atas meja di samping ranjang. "Nunggunya sambil tiduran saja," gumamnya pada diri sendiri. Istri Andaru itu merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut sebatas dada. Diambilnya ponsel pintarnya dari atas meja. @AyangAndaruHusband[Ayang pulang jam berapa? Kok belum sampai rumah] Aisyah
Setelah mendapat laporan dari Edward, Segera Aisyah dengan berjalan menuju teras. Di kursi teras nampak Anton sudah duduk sambil menundukkan kepalanya. Di sisi kirinya berdiri Geri, salah satu anak buah Jago yang memiliki badan tinggi besar dan wajah sangar."Silahkan duduk Bu," Jago menarik kursi agak menjauh dari Doni untuk berjaga-jaga. Sontak Anton mendongakkan kepalanya. "Aisyah...." Laki-laki itu berdiri namun segera di tahan oleh Geri. "Duduk atau keluar dari sini!" sentak Geri yang langsung membuat nyali Anton menciut dan kembali duduk. Aisyah mengangguk lalu duduk di kursi dengan di apit Edward dan Jago di sisi kanan kirinya. "Terima kasih." "Kamu jaga pintu pagar!" perintah Jago pada Joni. "Jangan biarkan siapapun masuk. Jika ada yang menerobos kamu boleh pakai kekerasan." Tambahnya sambil melirik Anton. "Tenang saja, aku benar-benar datang seorang diri," sahut Anton menjelaskan sadar maksud dari ucapan Jago. "Apa yang membawamu datang ke sini? Kamu pasti masih ingat u
Siang ini seperti biasa, Jago sudah bersiap menunggu di depan gerbang sekolah ketika Aisyah selesai mengajar. "Silahkan masuk Bu," ucap Jago setelah membuka pintu belakang mobil. "Terima kasih," balas Aisyah lalu bersiap naik mobil. "Aisyah..." Suara dari seorang pengendara motor yang baru saja menepikan motornya tidak jauh dari mobil Aisyah. Spontan Aisyah menoleh dan mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil. "Anton?" tebalnya mengenali suaranya. "Iya, aku Anton." Laki-laki itu melepas helmnya lalu turun dari motor. "Bisa bicara sebentar," pintanya dengan menakupkan kedua tangannya, memohon. Aisyah mengangguk dan hendak melangkah mendekati Anton. Namun dengan sigap Jago merentangkan tangannya untuk menghalangi Aisyah mendekati laki-laki yang dianggapnya berbahaya. "Maaf Bu, tapi ini adalah perintah Pak Andaru." "Hanya seb...." "Mohon maaf Bu, kami hanya berdua. Ini terlalu beresiko, silahkan masuk!" Jago bersikap tegas lalu memaksa majikannya itu untuk segera masuk kedalam
"Kamu bicara apa?" Suara berat Andaru keluar dari pintu ruang istirahat yang ada di sebelah rak buku di sisi kiri pintu keluar. "Ulangi kata-kata kamu!" perintah Andaru. "Ah... itu Pak wanita ini mengaku sebagai istri Anda." Adu Dinar beranjak bangun dari duduknya. "Ay,,, aku masih istri kamu kan?" Aisyah menyahut. "Tentu saja. Sampai mati cuma kamu istriku," tegas Andaru berjalan mendekat Aisyah lalu menggenggam tangan istrinya erat. "Maaf tidak bisa menyambutmu, bajuku kotor karena ulah pegawai yang tidak kompeten." Ucapan Andaru membuat langsung Dinar terdiam dan menunduk malu. Wanita itu sadar jika pegawai yang di maksud Andaru adalah dirinya. Demi mencari perhatian Andaru, wanita itu menumpahkan saos di kemeja bosnya itu. Alih-alih membantu membukakan saos sambal di ayam goreng bosnya, Dinar dengan sengaja mengarahkan saos itu ke arah kemeja bosnya. Hal itu sengaja ia lakukan untuk membuat bosnya sibuk selagi ia mencari cara mengusir istri bosnya yang akan datang. Namun ren
Tak butuh waktu lama, hanya lima belas menit Aisyah sudah sampai d kantor baru suaminya. Ini kali pertama wanita cantik itu datang ke kantor tempat suaminya menghabiskan sebagian banyak waktunya seminggu ini. Mobil langsung berhenti di depan lobi kantor, dua orang security langsung menyambut mereka. "Maaf, apa sudah ada janji?" tanya salah satu security. "Sudah," jawab Jago yang turun lebih dulu. "Saya mengantar istri Pak Andaru. Sampaikan saja, kepada sekertaris beliau kalau Bu Aisyah sudah datang," lanjut Andaru lantas membukakan pintu untuk Aisyah. "Oh baik," jawab security dengan nama dada Sarjono lalu berlari ke dalam kantor. "Silahkan Bu," Jago mengulurkan tangannya ke depan Aisyah untuk menjadi pegangan ketika menaiki tangga teras kantor yang cukup tinggi untuk Aisyah yang memakai sepan panjang. Aisyah tak sempat ganti baju, ia datang masih dengan seragam coklat guru khas pegawai PNS. Membuat security buang memnyambut mereka menatap bingung. "Tidak perlu bingung Pak, ini
Baru satu minggu Andaru tinggal di rumah mertuanya namun suami Aisyah itu tidak punya banyak waktu untuk bercengkerama dengan keluarga barunya. Hampir setiap hari dia sibuk dengan pekerjaan dan harus pulang larut malam karena lembur. Pemindahan perusahaan ke Jakarta benar-benar menyita waktu dan pikirannya. Untuk proses produksi tetap di lakukan di perusahaan lama sedangkan di jakarta adalah kantor pusat yang mengatur dan menentukan segala kebijakan perusahaan. Produk emas dari Ai's jewellery sangat diminati. Baik emas dalam bentuk perhiasan atau mentahan memiliki konsumennya sendiri yang setiap bulannya bertambah.Semua desain perhiasannya eksklusif, tidak pasaran dan sangat elegan sehingga menarik minat dari berbagai kalangan. Tidak hanya kalangan atas saja, kalangan menengah ke bawah juga merupakan pasar untuk produk Ai's Jewellery. Tentu saja dengan menyesuaikan harga dan kwalitas agar bisa menggapai semua kalangan. Toko-Toko emas Ai's Jewellery bertebaran di setiap mall yang