"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Aisyah dengan tatapan datar. "Maaf aku tidak bisa mengatakan siapa orangnya. Orang itu sudah membayarku dan aku sudah menjanjikan jika identitasnya menjadi rahasiaku." Andaru tidak bisa membocorkan rahasia orang yang telah membayarnya karena itu adalah merupakan profesional kerja baginya. "Oh," kata Aisyah menganggukkan kepalanya pelan. "Hah." Andaru melongo melihat reaksi wanita yang diakuinya sangat cantik dan memiliki mata yang indah itu. "Cuma oh saja?" Andaru tidak bisa membayangkan wajah tolol yang diekspresikannya saat ini. Ia benar-benar tak habis pikir orang seperti apa Aisyah ini? Mengapa ia begitu tenang dan sabar saat berhadapan dengan orang yang mungkin sangat di bencinya. "Memang aku harus apa?" tanya balik Aisyah. "Kamu tidak ingin marah? Memakiku atau menamparku mungkin?" "Apa kamu akan mengatakannya jika aku menampar dan memakimu?" "Tidak, aku tetap tidak bisa mengatakannya," jawab Andaru pelan. "Ya sudah." Aisyah mengambil tasny
Setelah turun dari kereta api, Aisyah berjalan mendekati seorang wanita yang berdiri dengan memegang sebuah papan bertuliskan namanya. "Bu Shania?" tanya Aisyah pada wanita berseragam coklat khas seragam guru sekolah itu. "Iya. Aisyah?" tanya balik wanita itu yang langsung di jawab anggukan dan senyum tipis oleh Aisyah. "Kenalkan aku Shania Wulandari." Wanita itu mengulurkan tangannya ke depan Aisyah. "Aisyah Ainur Ramadani." Aisyah menyambut tangan Shania. "Bagaimana perjalanannya? Pasti capek ya, habis naik pesawat terus naik kereta," "Lumayan capek." Lagi-lagi Aisyah menjawab dengan senyum yang tak lepas dari wajah cantiknya. Meski tulang punggungnya terasa hampir copot setelah melakukan perjalanan yang memakan waktu cukup lama dan melelahkan itu, namun ia masih tetap bersemangat ketika bertemu dengan rekan-rekan sejawatnya. Shania mengajak Aisyah berbincang-bincang sembari berjalan menuju pintu keluar stasiun dimana temannya sesama gurunya sedang menunggu. "Angga," panggi
Setelah istirahat dua hari, pagi ini Aisyah sudah bisa mulai untuk mengajar kembali. Sejak semalam ia sudah tidak sabar untuk bisa kembali berinteraksi dengan anak-anak polos yang selalu membuatnya merasa di butuhkan. Setelah sholat subuh Aisyah membeli sarapan di sebuah warung nasi pecel rekomendasi Shania yang letaknya tidak jauh dari rumah kontrakannya. Untuk sementara waktu Shania di perintahkan untuk menemani Aisyah selama guru cantik itu beradaptasi dengan tempat barunya. Rumah kontrakan yang di tempati Aisyah letaknya lumayan dekat dengan sekolah. Ia hanya perlu berjalan kaki sekitar sepuluh menit sampai lima belas menit untuk sampai di sekolah. "Sudah selesai? Ayo cepat!" Shania berjalan keluar sembari tangannya sibuk mengetik pesan di ponselnya. "Kita harus cepat sampai di sekolah sebelum Angga sampai duluan," ajaknya sambil menggandeng tangan Aisyah yang sudah menunggunya sejak lima menit yang lalu di teras rumah. berjalan keluar. "Apa?" Aisyah melongo melihat sikap teman
"Masa sih?" . "Iya, katanya ia terlibat sebuah skandal yang memalukan sampai akhirnya dia di mutasi kesini." "Astaghfirullah,,," Shania berjalan mendekati dua guru senior yang sedang bergosip di depan koridor kelas. "Eh,,, bu Shania, Pak Angga," sapa salah satu guru dengan name tag Mila. "Maaf ya Bu Mila, ini sekolah tempat orang memberi ilmu dan mencari ilmu sangat tidak pantas jika dijadikan tempat bergosip hal-hal yang belum tentu kebenarannya," ujar Shania masih dengan senyum yang tersemat di wajahnya. "Apa sih, kita cuma ngobrol saja," bantah Mila membela diri. "Maaf Bu, tapi akan menjadi salah faham jika ad yang mendengar pembicaraan kalian. Padahal itu belum tentu benar. Dan sekalipun benar, itu bukan urusan kita. Ibu sendiri pasti tahu hukumnya orang menggunjing," Sahut Angga ikut berbicara. "Ya Alloh, aduh maaf kenapa saya jadi ngomongin orang," sesal Karina, guru yang tadi bergosip dengan Mila. "Maaf ya saya pulang duluan," Mila melirik kesal Shania yang tetap memasan
"Kamu sudah benar-benar yakin ingin menemuinya?" Anton berjalan masuk ke dalam kamar Andaru. "Iya," jawab Andaru menoleh sebentar lalu kembali sibuk memasukkan pakaian dan barang-barang pribadinya ke dalam ransel. Setelah berpikir panjang juga atas saran dari Anton, akhirnya Andaru memutuskan menemui Aisyah untuk memastikan rasa yang saat ini tumbuh di hatinya. Pria berusia 28 tahun itu ingin mencari jawaban dari rasa tidak tenang dan kegelisahan yang sudah beberapa bulan ini ia rasakan. Apakah ini murni rasa bersalah ataukah perasaan lain. Mungkinkah playboy seperti dirinya benar-benar merasakan jatuh cinta. "Ya semoga kamu bisa menemukan jawabannya. Dan setelah pulang dari sana, kamu tidak lagi seperti vampir yang wajahnya dipenuhi dengan kantong mata," ujar Anton sambil terkekeh lantas merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sembari menunggu temannya itu bersiap-siap. "Kamu yakin alamat yang kamu berikan itu benar?" tanya Andaru ingin memastikan Anton tidak salah memberi alam
Aisyah pov. "Maaf," ucap laki-laki tampan yang duduk berhadapan denganku. Benar, aku akui wajahnya memang sangat tampan, tapi bukan berarti ia dapat seenaknya mengucapkan kata suka kepada wanita yang bahkan sama sekali tidak dikenalnya. "Bukankah aku sudah memaafkan kamu saat kita bertemu di bandara beberapa bulan yang lalu. Kamu tidak perlu lagi meminta maaf." Aku kembali mengingatkan pertemuan kami beberapa bulan lalu di bandara. "Tapi kamu terus menghantuiku," katanya. Apa maksudnya? Aku tercengang mendengar kata-katanya. Apa laki-laki ini sedang mabuk? Sepertinya otaknya sedang bermasalah karena itu omongannya melantur kemana-mana. Aku masih hidup bagaimana bisa aku menghantuinya. "Kamu pasti berpikir aku seperti orang tidak waras,?" sambungnya dengan tatapan yang entah apa artinya. Aku sama sekali tidak bisa mengartikan arti tatapan matanya."Iya." Tanpa basa-basi aku menjawab jujur sesuai apa yang aku pikirkan. Kulihat dia menghela nafas panjang lalu kembali berbicara, "S
Derrrrtt.... Suara ponsel milik Arka bergetar. Nampak sebuah panggilan suara dan beberapa pesan dari nomer yang sama. "Angkatlah dulu ponselmu! Sepertinya penting," ujar Radit teman kerja sekaligus sahabat Arka sejak masih kuliah. Belum ada sepuluh menit sejak Radit masuk ke ruang kerja temannya itu, sudah lebih dari tiga kali panggilan suara dari nomer yang sama yaitu nomer telfon dengan nama kontak 'Mama Maya'. "Sudah tidak usah kamu perdulikan," jawab Arka tanpa mengalihkan fokusnya dari kertas-kertas yang ada di atas meja kerjanya. "Kamu masih belum mau pulang ke rumah?" tanya Radit menatap Arka yang nampak sibuk. Arka hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Masih dengan posisi yang sama yaitu sibuk memeriksa beberapa dokumen dan membubuhkan tanda tangan di beberapa kertas penting itu. "Ini sudah dua tahun sejak perceraianmu dengan guru SD itu. Sepertinya keinginan Mamamu bukan hal yang aneh jika melihat kedekatan kamu dan Maharani," tutur Radit sambil membolak-balikk
"Aku tidak suka Mama membuat keributan di kantorku," ujar Arka pelan namun penuh penekanan. Terlihat sekali jika dia sedang marah dan tidak aula dengan sikap Maya."Mama datang ke kantor karena kamu tidak membalas pesan dari Mama. Kamu juga tidak mau mengangkat telfon Mama," ungkap Maya membela diri. "Tapi tidak dengan memaksa masuk ke tempat kerja aku." Arka menatap mamanya kesal. Satu jam yang lalu Maya menerobos masuk ke ruang kerja Arka. Sambil marah-marah Maya mengomeli putra tirinya itu. Sehingga membuat Arka malu karena menjadi bahan tontonan anak buah dan rekan-rekan kerjanya. Tanpa banyak bicara Arka langsung membawa ibu tirinya itu keluar dari kantor. Dan sekarang disinilah mereka, di ruang tamu rumah papanya. "Kalau Mama tidak memaksa masuk ke kantormu, kamu pasti tidak mau menemui Mama.""Mama tahu alasan," jawab Arka singkat. Mantan suami Aisyah ini memang pendiam dan irit bicara. "Memangnya apa salah Mama?" sungut Maya kesal. "Mama hanya,..." "Ma," sela Mahendra a
Sejak pukul lima pagi rumah orang tua Aisyah sudah dipenuhi kesibukan keempat penghuninya. Masing-masing orang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Setelah sholat subuh Salma segera memasak beberapa hidangan yang hendak di bawanya ke rumah baru anak dan menantunya. Rendang, garang asem, botok ati ampela dan capjay. Meski semua urusan catering sudah ada IO yang menghandle tapi Salma ingin membuatkan makan kesukaan anak dan menantunya khusus untuk mereka makan sendiri. Melihat itu Aisyah tak mau brdiam diri. Setelah menyiapkan barang-barang yang hendak dibawa Aisyah segera membantu ibunya di dapur. Tak jauh dari dapur, Zeyn dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih mengantuk sedang sibuk memasukkan sembako ke dalam kardus-kardus untuk di bawa ke rumah sang kakak. Setelah Aisyah memberi tahu jika akan pindah rumah, Salma langsung mengajak suaminya untuk pergi ke pasar. Pulang-pulang Salma dan Jafar membawa beberapa kantong plastik berisi sembako dan dua karung beras yang d
Keesokan paginya, Aisyah sudah siap dengan baju dinas coklatnya. Wanita itu duduk di atas ranjang dengan pandangan fokus pada benda persegi canggih yang menampilkan aplikasi pesan. Ia sedang mengetik pesan untuk Anton. [Assalamu'alaikum, Andaru sudah mentransfer uang ke rekeningmu. Untuk soal Meysa, maaf aku tidak bisa membantu. Andaru kekeh pada pendiriannya dengan alasan untuk memberi efek jera pada Meysa agar tidak lagi mengulangi kesalahannya kembali di kemudian hari. Andaru sudah memaafkan kejadian dua tahun lalu tapi tidak kali ini. Aku harap kamu bisa mengerti.] Tulisnya sembari menunggu Andaru mandi. Setelah mengirim pesan segera diletakkannya benda pipih itu lalu berganti menyiapkan kemeja dan jas juga dasi untuk suaminya. Ceklek, pintu kamar terbuka. Andaru masuk kamar dengan memakai kaos putih lengan pendek dan celana pendek hitam. Tangan kekarnya menggosok rambutnya yang basah dengan sehelai handuk putih. Aisyah menoleh, "Duduk sini biar aku bantu keringkan rambut kamu
"Untuk apa?" tanya Andaru dengan wajah dan nada tak suka. "Usaha bengkelnya bangkrut." Aisyah menatap Andaru.. "Bulan depan adiknya wisuda. Dia juga sedang terlilit hutang.""Lalu?" ucap Andaru cuek lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Bicaranya sambil tiduran saja, aku lelah sekali." Aisyah menghela nafas panjang melihat reaksi cuek suaminya. Andaru bukan orang yang pendendam tapi jika sudah terlanjur sakit hati akan sulit sekali untuk memaafkan. Tak membantah Aisyah pun ikut naik keatas ranjang dan berbaring di sebelah suaminya. "Adik dan ibunya tidak bersalah, dulu mereka juga sangat baik sama kamu. Tidak bisakah kamu sedikit berbelas kasihan kepada mereka?" Andaru tak menyahut, matanya menatap sendu sang istri. Tak urung hal itu membuat Aisyah kembali menghela nafas. Dia diam sebentar, memikirkan kalimat apa lagi yang akan diucapkannya untuk meluluhkan hati suaminya. "Uangmu kan banyak, bersedekahlah sedikit untuk mengurangi dosa." Sedikit kesal Aisyah berbicara dengan
Sekarang jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 lebih 45 menit. Nampak Aisyah masih sibuk dengan laptop di pangkuannya. Wanita yang sudah memakai piyama tidur itu menggunakan punggung tangannya untuk menutup mulutnya. Entah sudah berapa kali wanita itu menguap. Mata dan tubuhnya sudah memberi sinyal meminta diistirahatkan. Kembali Aisyah mengusap kedua matanya yang sudah berair karena menahan kantuk. "Sedikit lagi," gumamnya lantas jari-jarinya menari di atas keyboard laptop. Tepat pukul sebelas lebih lima puluh lima menit, pertahanannya runtuh. Aisyah sudah tidak sanggup lagi, matanya sudah sangat berat. Segera ia matikan laptop yang sejak tadi berada di pangkuannya lalu di letakkan di atas meja di samping ranjang. "Nunggunya sambil tiduran saja," gumamnya pada diri sendiri. Istri Andaru itu merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut sebatas dada. Diambilnya ponsel pintarnya dari atas meja. @AyangAndaruHusband[Ayang pulang jam berapa? Kok belum sampai rumah] Aisyah
Setelah mendapat laporan dari Edward, Segera Aisyah dengan berjalan menuju teras. Di kursi teras nampak Anton sudah duduk sambil menundukkan kepalanya. Di sisi kirinya berdiri Geri, salah satu anak buah Jago yang memiliki badan tinggi besar dan wajah sangar."Silahkan duduk Bu," Jago menarik kursi agak menjauh dari Doni untuk berjaga-jaga. Sontak Anton mendongakkan kepalanya. "Aisyah...." Laki-laki itu berdiri namun segera di tahan oleh Geri. "Duduk atau keluar dari sini!" sentak Geri yang langsung membuat nyali Anton menciut dan kembali duduk. Aisyah mengangguk lalu duduk di kursi dengan di apit Edward dan Jago di sisi kanan kirinya. "Terima kasih." "Kamu jaga pintu pagar!" perintah Jago pada Joni. "Jangan biarkan siapapun masuk. Jika ada yang menerobos kamu boleh pakai kekerasan." Tambahnya sambil melirik Anton. "Tenang saja, aku benar-benar datang seorang diri," sahut Anton menjelaskan sadar maksud dari ucapan Jago. "Apa yang membawamu datang ke sini? Kamu pasti masih ingat u
Siang ini seperti biasa, Jago sudah bersiap menunggu di depan gerbang sekolah ketika Aisyah selesai mengajar. "Silahkan masuk Bu," ucap Jago setelah membuka pintu belakang mobil. "Terima kasih," balas Aisyah lalu bersiap naik mobil. "Aisyah..." Suara dari seorang pengendara motor yang baru saja menepikan motornya tidak jauh dari mobil Aisyah. Spontan Aisyah menoleh dan mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil. "Anton?" tebalnya mengenali suaranya. "Iya, aku Anton." Laki-laki itu melepas helmnya lalu turun dari motor. "Bisa bicara sebentar," pintanya dengan menakupkan kedua tangannya, memohon. Aisyah mengangguk dan hendak melangkah mendekati Anton. Namun dengan sigap Jago merentangkan tangannya untuk menghalangi Aisyah mendekati laki-laki yang dianggapnya berbahaya. "Maaf Bu, tapi ini adalah perintah Pak Andaru." "Hanya seb...." "Mohon maaf Bu, kami hanya berdua. Ini terlalu beresiko, silahkan masuk!" Jago bersikap tegas lalu memaksa majikannya itu untuk segera masuk kedalam
"Kamu bicara apa?" Suara berat Andaru keluar dari pintu ruang istirahat yang ada di sebelah rak buku di sisi kiri pintu keluar. "Ulangi kata-kata kamu!" perintah Andaru. "Ah... itu Pak wanita ini mengaku sebagai istri Anda." Adu Dinar beranjak bangun dari duduknya. "Ay,,, aku masih istri kamu kan?" Aisyah menyahut. "Tentu saja. Sampai mati cuma kamu istriku," tegas Andaru berjalan mendekat Aisyah lalu menggenggam tangan istrinya erat. "Maaf tidak bisa menyambutmu, bajuku kotor karena ulah pegawai yang tidak kompeten." Ucapan Andaru membuat langsung Dinar terdiam dan menunduk malu. Wanita itu sadar jika pegawai yang di maksud Andaru adalah dirinya. Demi mencari perhatian Andaru, wanita itu menumpahkan saos di kemeja bosnya itu. Alih-alih membantu membukakan saos sambal di ayam goreng bosnya, Dinar dengan sengaja mengarahkan saos itu ke arah kemeja bosnya. Hal itu sengaja ia lakukan untuk membuat bosnya sibuk selagi ia mencari cara mengusir istri bosnya yang akan datang. Namun ren
Tak butuh waktu lama, hanya lima belas menit Aisyah sudah sampai d kantor baru suaminya. Ini kali pertama wanita cantik itu datang ke kantor tempat suaminya menghabiskan sebagian banyak waktunya seminggu ini. Mobil langsung berhenti di depan lobi kantor, dua orang security langsung menyambut mereka. "Maaf, apa sudah ada janji?" tanya salah satu security. "Sudah," jawab Jago yang turun lebih dulu. "Saya mengantar istri Pak Andaru. Sampaikan saja, kepada sekertaris beliau kalau Bu Aisyah sudah datang," lanjut Andaru lantas membukakan pintu untuk Aisyah. "Oh baik," jawab security dengan nama dada Sarjono lalu berlari ke dalam kantor. "Silahkan Bu," Jago mengulurkan tangannya ke depan Aisyah untuk menjadi pegangan ketika menaiki tangga teras kantor yang cukup tinggi untuk Aisyah yang memakai sepan panjang. Aisyah tak sempat ganti baju, ia datang masih dengan seragam coklat guru khas pegawai PNS. Membuat security buang memnyambut mereka menatap bingung. "Tidak perlu bingung Pak, ini
Baru satu minggu Andaru tinggal di rumah mertuanya namun suami Aisyah itu tidak punya banyak waktu untuk bercengkerama dengan keluarga barunya. Hampir setiap hari dia sibuk dengan pekerjaan dan harus pulang larut malam karena lembur. Pemindahan perusahaan ke Jakarta benar-benar menyita waktu dan pikirannya. Untuk proses produksi tetap di lakukan di perusahaan lama sedangkan di jakarta adalah kantor pusat yang mengatur dan menentukan segala kebijakan perusahaan. Produk emas dari Ai's jewellery sangat diminati. Baik emas dalam bentuk perhiasan atau mentahan memiliki konsumennya sendiri yang setiap bulannya bertambah.Semua desain perhiasannya eksklusif, tidak pasaran dan sangat elegan sehingga menarik minat dari berbagai kalangan. Tidak hanya kalangan atas saja, kalangan menengah ke bawah juga merupakan pasar untuk produk Ai's Jewellery. Tentu saja dengan menyesuaikan harga dan kwalitas agar bisa menggapai semua kalangan. Toko-Toko emas Ai's Jewellery bertebaran di setiap mall yang