Bantu vote ya say. Makasih. Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 100Wendi dan Marco memasang wajah bodoh. Saat menatap pasangan suami-istri, di depan mereka. Tadi saat makan, Rani menyuapi suaminya, alasannya pria itu tak bisa makan sendiri. Karena tangannya terluka setelah menghajar Wendi.Setelah mendapatkan pertunjukan romantisme. Kini mereka di tunjukkan lagi, adegan pertengkaran, ala pasangan suami-istri. "Apa semua pasangan suami-istri, akan bertingkah seperti ini?" tanya Wendi.Marco yang mendengar segera mengelengkan kepala. Dia juga tidak mengerti sama sekali. "Tidakkah ini terlihat menjijikan, Wen? Coba lihat wajah suaminya. Terlihat seperti orang idiot, tersenyum saat di marahi. Tidakkah terlihat aneh menurutmu?" Wendi ganti mengangguk. Sedangkan dua orang di depan mereka, seolah tak merasa terganggu, dengan argumen mereka berdua. Rani masih mengomel panjang, tapi tangannya sibuk membalut, tangan Sean yang terluka. Pria itu tadi menolak. Saat perawat berniat membantu, mengobati dan membalut lukanya. "Biarkan saja. Untuk apa p
Talak bab 101'Sayang, jika kelak aku tak ada. Kau harus tetap hidup dengan baik, lupakan aku, dan jalani hidupmu bersama wanita lain.'Sean menarik napas panjang. Teringat ucapan istrinya tadi, entah kenapa dia merasa, kalau wanita yang dia cintai itu, seperti meninggalkan sebuah pesan. "Sayang, coba lihat. Aku berhasil membuat black forest. Rasanya juga enak, hanya sedikit pahit. Gak apa, aku akan terus belajar sampai berhasil. Saat ulang tahunmu nanti, pasti aku bisa membuatkannya untukmu, dengan rasa yang pas dan tidak pahit lagi." Rani berkata sambil menyuapkan sepotong kue, ke mulut suaminya. Sean tersenyum, setelah merasakan kue buatan istrinya. Saat ini dia semakin berdebar, melihat senyum di wajah Rani. Debar yang tidak dia mengerti, hanya terasa sedikit ketakutan. "Aku rasa kebanyakan coklat atau pewarna coklatnya, Sayang. Coba kurangi komposisi cokelatnya, atau ganti merk coklatnya." Mendengar saran suaminya. Rani menganggukkan kepala, dia akan melakukan seperti yang Sea
Talak bab 102"Mimpi apa aku, punya Abang ipar sepertimu, Mik. Benar ini pasti mimpi, begitu bangun semua akan baik-baik saja." Sean mengusap wajahnya. Sedangkan Miko, terlihat jauh lebih frustasi lagi. "Kau pikir aku mau menjadi iparmu. Ampun, bisa-bisanya. Aku punya adik ketemu gede, kalau Kak Shima Tau. Entah apa yang akan dia katakan. 'Aku suruh cari istri, Miko. Bukan cari adik perempuan.' Miko mengelengkan kepala. Setelah membayangkan. Apa yang akan di katakan, oleh kakak perempuannya. "Aku juga berharap ini cuma mimpi. Begitu bangun, mimpi buruk ini akan berakhir," ujar Miko lirih."Kalian keterlaluan, kalau tak suka kita batalkan saja. Aku juga tak mau, punya kakak laki-laki. Apalagi punya suami sepertimu!" pekik Rani di depan wajah Sean dan Miko.Melihat Rani merajuk, kedua pria itu berlari mengejar. "Bukan begitu, Sayang. Aku dan Miko hanya belum siap, jika harus menjadi saudara ipar, iya kan Miko?" Sean bertanya, sambil menyikut sahabatnya. "Iya, memang begitu." Miko menj
Talak bab 103 (Lupa pulang)"Tidak mungkin, pertama, saat ini dia berada di penjara. Kedua, sekarang dia pria yang sudah miskin, jadi aku tak yakin dia bisa, membayar orang untuk menculikku. Sedangkan adiknya, sudah lama tak terlihat batang hidungnya." Rani memikirkan Della. Sejak terakhir mereka bertemu, wanita itu tak pernah mendatanginya lagi."Benar juga. Jadi sudah pasti mantanmu itu, bukan orangnya. Kalau begitu, coba pikirkan lagi, siapa kira-kira, orang yang berniat menculikmu?." Rani mencoba memejamkan mata. Untuk berkonsentrasi, tapi tiba-tiba, suara Gilang menghentikan niatnya. "Sudah waktunya masuk kelas. Kau tak mau kan? Aku tendang dari kelasku." Rani dan Marco mendengus kesal. Sedangkan Gilang terlihat santai, saat meninggalkan mereka berdua."Dosen gak ada akhlak. Muridnya dalam masalah, tapi dia masih berwajah dingin," umpat Rani."Kalian tak akan menemukan apa-apa. Kalau hanya duduk merenung begitu, gunakan otak, pasti ada jejak yang tak sengaja di tinggalkan. Cari
Talak bab 104"Sial, dimatikan lagi ponselnya. Cari dimana posisi terakhir dia berada."Sean memberi perintah. Dengan cepat anak buahnya kembali membuka laptop. Tak lama Sean sudah menerima alamat, tempat istrinya berada. "Perusahaan WERANI, jadi dia benar-benar tak keluar dari tempat itu. Pergi kesana, cepat!"Tanpa menunggu lama dua mobil melaju kencang. Ke perusahaan Wendi, Rani yang sedang memasak air tak menyadari, kalau singa tampannya sedang marah besar. Dia sedang mengaduk mie dalam cup, saat terdengar panggilan, dari depan pintu ruangannya."Apa Sekuriti tau, masih ada orang di dalam? Tapi kan. Tak ada yang tau aku datang, kecuali Wendi." Rani membuka pintu. Dia terkejut saat melihat, sorot mata penuh amarah suaminya. Tanpa bersuara dia kembali masuk, duduk di sofa dan mengaduk mie, yang di siram dengan air panas. "Apa ini yang kau inginkan? Pergi tanpa memberi kabar sama sekali. Ponselmu mati, tak ada yang bisa dihubungi, begitu juga dengan Wendi. Jika tak senang kau bisa b
Talak bab 105 Sean menatap pintu kamar yang tertutup rapat. Awalnya dia ingin juga, menemani istrinya saat di periksa, tapi Marco berkata 'Aku juga ingin tau keadaan Rani. Lebih baik kita sama-sama, melihatnya saat di periksa.'Sialan, Marco pasti tau. Kalau dia tak akan membiarkan, pria yang memiliki perasaan pada istrinya itu, melihat tubuh Rani. "Kau boleh terus bermimpi, ayo kita keluar.Enak saja mau ikut melihatnya." Sean menarik kerah Marco. Kemudian membawanya keluar kamar, namun dia tak tau, kalau Marco tersenyum karena berhasil membawanya pergi. 'Cinta benar-benar membuat, seorang pria seperti dewa. Menjadi bodoh karena asmara.'"Apa yang kau pikirkan, Marco?" Mendengar pertanyaan Sean. Marco segera menyembunyikan, senyuman di wajahnya. "Apa, aku tak berpikir apa-apa. Hanya saja perutku lapar, biasanya Rani punya banyak simpanan, biskuit atau roti. Beri aku sedikit saja, Sean. Perutku benar-benar melilit, seharian ini Rani memberiku tugas, yang membuat kepalaku pusing. Suda
Talak bab 106 "Ini sangat bagus, kau memang selalu bisa aku andalkan, Miko." Miko mendengus kesal mendengar ucapan Sean. Tentu saja bagus, karena dia sudah merencanakan, semua ini sejak lama. Hanya saja calon istrinya yang tak nongol-nongol. "Mungkin saja, calonmu itu anak Sean dan Rani, Miko." Sean dan Miko berbalik. Walau sudah bisa mengenali suaranya, tetap saja mereka ingin melihat orangnya. "Tante Stella?"Stella tersenyum saat melihat, tatapan Sean dan Miko. "Tante kebetulan lewat. Melihat mobil kalian jadi ingin melihat, apa yang kalian lakukan di kafe ini. Ini bagus banget, kejutan untuk Rani?"Stella bertanya meski dia sudah melihat. Ucapan selamat datang untuk Rani, meski belum terpasang. "Tante tidak menyangka sama sekali. Kalau kau bisa romantis juga, Sean." Mendengar pujian Stella. Sean tertawa canggung, sedangkan Miko hanya bisa tersenyum getir. 'Romantis dari Hongkong, bisanya mencuri ideku,' keluh batin Miko."Kalau begitu kalian lanjutkan saja. Tante masih ada urusa
Talak bab 107 "Perfect, aku suka banget. Rani pasti akan sangat terharu melihatnya, terima kasih, Miko." Sean tersenyum dengan sangat bahagia. Begitu juga dengan Miko, walau perasaannya sedikit tak rela. Idenya justru menguntungkan pria lain."Semoga Rani senang juga, apa kau sudah menghubunginya? Jam berapa acara kau mulai?" tanya Miko. "Jam lima aku sudah ada di sini, tugasmu selanjutnya membuatnya datang ke mari. Buat alasan agar dia datang sendiri, agar kejutannya semakin bagus."Mendengar ucapan Sean, Miko hanya bisa menarik napas panjang. Ternyata tugasnya belum selesai, tapi melihat hasil pekerjaannya dia sangat puas. "Ok, aku akan membuat dia datang kemari. Kau harus bersiap-siap."Miko membantu Sean menyelesaikan pekerjaan terakhirnya. Mereka tersenyum begitu semua selesai, hamparan karpet merah yang terbuat dari kelopak bunga mawar, sudah siap untuk menyambut Rani."Ok, sekarang aku akan menemui Rani. Sebaiknya kau bersiap, aku rasa dia sudah bosan menunggu. Alasanmu bertemu
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere