Happy reading and bantu vote Rani ya guys.
Talak bab 114 "Jadi Tante Gita, lebih memilih terkurung di rumahnya. Daripada kembali ke tempat Joko?" tanya Miko setelah Sean kembali ke kantor. Kali ini dia berada di kantor miliknya, sedangkan perusahaan Rani, di serahkan pada Miko. Ada asistennya yang mengurusnya. Sesekali saja Miko datang memeriksanya, karena tugas utamanya tetap bersama Sean. Menjalankan perusahaan keluarganya. "Itu yang mama minta, aku tak perduli di mana dia berada. Selagi tidak menggangu, ataupun mengirimkan Bianca ke mansion," jawab Sean santai. Bagaimana penyelidikanmu? Ada informasi baru soal Wendi dan Marco?" tanya Sean lagi."Tidak ada, masih seperti biasanya. Dia ke perusahaan lalu kembali ke apartemen. Kadang dia pergi ke tepi jurang, tempat Rani kecelakaan. Rutinitas ya hanya itu saja, tapi semalam aku dapat laporan, kalau dia pergi ke rumah sakit." Sean menatap Miko tajam, karena penasaran dengan laporannya. "Dia mengalami kecelakaan kecil, menabrak tiang listrik di dekat apartemennya," ujar Miko
Talak bab 115"Koma?" Wendi terhenyak di tempatnya. Dia tak pernah menyangka, satu-satunya orang yang dia akui sebagai keluarga. Tengah berjuang, melawan malaikat maut. "Bagaimana dengan anak dalam kandungannya?" tanya Wendi lirih. "Keajaiban, Rani melindunginya dengan sangat baik. Luka di punggungnya cukup parah, tapi bayinya baik-baik saja. Dia bisa lahir tepat waktu, jika kita terus memantaunya. Semoga ketika saat itu tiba, Rani sudah siuman," ujar Feira. "Apa kalian yakin? Tak memberitahukan masalah ini, pada suaminya," tanya Feira lagi. "Tidak, sesuai permintaan kak Rani sebelum koma. Dia minta agar membawa anaknya pergi, jika memang dia tak selamat. Nyawa anaknya terancam, jika bersama wanita rubah itu.Sudah lihat kan? Belum lahir saja. Wanita itu sudah berniat melenyapkannya, aku tak akan membiarkan semua itu terjadi. Aku tak akan menikah, jika itu di perlukan untuk merawat anaknya." Wendi berkata dengan nada tegas. Dia melihat ke dalam ruangan. Terlihat Rani berada di temp
Talak bab 116 "Dia sudah bertahan cukup lama. Untuk melahirkan anaknya, Wen. Sekarang dia sudah tak kuat lagi, kami sudah berusaha. Tapi kami tak bisa, melawan takdirnya. Pukul lima sore, Rani menghembuskan napas terakhirnya." Wendi terpukul saat mendengar, apa yang Feira katakan. Bayi kecil dalam pelukannya, menggeliat seolah gelisah. Dengan air mata di wajahnya, dia mendekat dan menidurkan, bayi kecil Rani ke pelukan ibunya. "Selamat jalan, Kak. Aku akan merawat dan membesarkan junior," ucapnya lirih.Suara tangis memecah keheningan. Semua orang menangis, seolah ikut merasakan, apa yang bayi kecil itu rasakan. Kehilangan ibunya, di saat dia baru dilahirkan. ****Empat tahun kemudian. Seorang pria tengah mengejar, seorang anak laki-laki. Tawanya pecah saat anak itu merajuk, karena tertangkap olehnya. "Ayo dong, Junior. Senyum dikit jangan cemberut saja. Heran kuat amat mommy menghadapimu. Uncle juga mau, melihat senyummu sekali saja." Wendi menepuk jidatnya. Bukannya tersenyum, J
Talak bab 117 Sean mengemudikan mobilnya dengan pelan. Kemacetan di jalan, sudah membuat terbiasa. Namun kali ini dia agak kesal, karena ini jam kerja kenapa macet juga. "Ada apa sih di depan sana? Bisa-bisanya macet seperti ini," gerutunya dengan geram."Maaf, Pak ada apa yang di depan? Kok macet begini," tanya Sean pada seorang bapak, Penjual asongan. "Ada kecelakaan, Bos," jawab pria itu. "Masih bisa jalan tapi pelan-pelan. Nah sudah mulai lancar, karena tadi korbannya sudah dimasukkan ambulan," ucap pria itu lagi. "Baik, terima kasih, Pak." Sean kembali melajukan mobilnya, saat sampai tempat kecelakaan. Dia terkejut juga, karena kecelakaan itu lumayan parah. Namun kejutan itu tak seberapa, jika dibandingkan dengan kejutan yang dia rasakan. Setelah melihat ke sebrang jalan, dia melihat wajah yang sangat dia rindukan. "Sayang, Rani!"Sean hendak menepikan mobilnya, tapi dia melihat wanita itu pergi menaiki taksi. Sean melajukan mobilnya, dan mencari jalan untuk memutar. Dia menari
Talak bab 118 Rani memasang Bluetooth Handsfree ke telinganya. Kemudian menghubungi Wendi. 'Jaga Junior sebentar, aku akan pergi belanja. Jangan memberikan laptop atau ponsel terlalu lama,' pesannya.Setelah itu dia pergi mengendarai mobilnya. Menuju ke sebuah Mall yang cukup besar, dia mau membeli beberapa bahan kebutuhan dapur. "Masak tumis kangkung, ikan bakar dan ayam bakar. Enak kali ya? Lama tak makan masakan itu." Rani segera menuju, ke tempat bagian supermarket. Matanya berbinar saat melihat, ikan dan udang segar. Begitu asyik melihat-lihat, dia tak menyadari di lantai tiga. Sean juga berada di situ bersama, mamanya, Bianca dan anaknya.Tak lama Rani mendesah, begitu melihat isi trolinya. "Untuk makan tiga orang sebanyak ini, apalagi Junior belum banyak makan. Lebih baik aku undang, Marco, Gilang dan Feira," pikir Rani."Cukup, aku harus kembali. Jika tidak, entah apa yang dilakukan Wendi dan Junior." Rani melangkah menuju ke kasir. Setelah selesai membayar, dia melangkah men
Talak bab 119 Sean mengusap wajahnya. Di depan sana dia melihat, wanita yang dia rindukan setiap hari. Wanita yang dia cintai setengah mati, duduk bersama seorang pria...suruhannya.Selangkah demi selangkah dia mendekat. Ingin rasanya berlari lalu memeluknya, tapi dia tak mau membuat istrinya takut. "Maaf, saya terlambat." Mendengar suara Sean. Membuat Rani terkejut, hingga menumpahkan jus ke bajunya. Perlahan dia mengangkat kepala, namun tak lama dia kembali menunduk. "Maaf, sebelumnya perkenalkan. Beliau Pak Sean, perusahaannya yang akan bekerja sama dengan anda." Rais memperkenalkan Sean pada Rani."Saya permisi sebentar ke toilet. Nanti kita bicarakan lagi, masalah kerjasama kita." Tanpa menunggu lama Rani berdiri, lalu melangkah menuju ke toilet. Rani melangkah tertatih menuju ke toilet. Di belakangnya Sean segera menyusul, Rais mengalihkan perhatian asisten Rani. Agar Sean bisa bicara dengan istrinya."Ada berapa orang wanita di dalam?" tanya Sean pada wanita, yang baru kelua
Talak bab 120Rani tersenyum menatap gedung perusahaan suaminya. Dulu, dia tidak pernah memasuki tempat ini, selain lantai atas rooftop. Kini dia datang setelah tiga hari, sejak kejadian Sean menciumnya di restoran waktu itu. "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya seorang wanita, petugas resepsionis. Rani tersenyum lalu mengatakan tujuannya. "Sudah membuat janji dengan beliau?" Rani mengelengkan kepala, begitu mendengar pertanyaan resepsionis. "Kalau begitu maaf, anda tidak bisa datang seenaknya. Hanya untuk bertemu Tuan muda Sean, silakan pergi sebelum saya memanggil Sekuriti," ancam wanita resepsionis itu lagi. "Apa anda tidak mau menghubungi Sean? Atau sekretarisnya terlebih dahulu, Nona. Bukankah begitu seharusnya?" tanya Rani pelan. "Hai, jaga bicaramu. Jangan mencoba mengoreksi caraku bekerja. Jalang sepertimu, pasti hanya ingin menggoda Tuan muda Sean saja. Jangan harap, aku tak akan biarkan kau merusak hubungan Tuan muda Sean dan Nyonya Bianca." Rani tersenyum
Talak bab 121 Sekali lagi semua orang terkejut. Saat Rani menudingkan jarinya, ke arah ibu mertuanya. Kebetulan Bianca juga berada di belakang mama Sean. "Apa yang kau lakukan, Rani? Ini semua pasti ulahmu." Rani tertawa mendengar tuduhan Bianca."Kau begitu yakin, aku yang melaporkan kalian berdua. Apa jangan-jangan, kalian memang melakukan hal itu padaku," tanya Rani membungkam mulut Bianca. "Kau memang tidak beradab. Berani sekali kau memfitnahku, mama kandung suamimu!" pekik Gita."Ayolah, jangan seperti orang hutan. Kau hanya perlu pergi ke kantor polisi, ikuti prosedur penyelidikan. Jika tak bersalah pasti dibebas, tapi menurutku susah sih. Begitu kau pergi, hasilnya langsung masuk." Rani tersenyum menatap mertuanya. Dia bahkan tak perlu bersusah-susah menghormati wanita ini. "Sayang, kita bicarakan dulu masalah ini," pinta Sean pelan. "Tentu, aku manusia yang paling mudah untuk diajak bicara. Tandatangani berkas perceraian kita, mungkin aku akan melepaskan mamamu.Aku juga ta