Dua puluh lima tahun sudah pernikahanku bersama Arlita, tak terasa waktu bergulir begitu cepat, anak sulungku sekarang sudah berusia dua puluh empat, dan si Bungsu sudah berumur delapan belas tahun.Di umur yang sudah matang, Tita belum juga memiliki calon suami, katanya belum mau membina hubungan baru lagi setelah beberapa kali dia dikecewakan oleh laki-laki.Semenjak hubungannya yang terakhir siapa itu namanya, aku lupa, dia benar-benar kecewa berat, hingga dia merubah penampilannya. Katanya dia kesal kebanyakan laki-laki hanya menginginkan fisik saja, pakaian seksi dan mengundang hasrat.Kini baju-baju yang ketat dan minim bahan sudah dia museumkan, dia lebih sering memakai pakaian longgar dan panjang.Dulu rambut panjangnya yang selalu dia banggakan, dia urai, atau dia ikat ke atas, tapi sekarang lebih sering dia cepol bila ke kantor, bahkan dia sekarang memakai kacamata dengan bingkai yang besar, tapi tetap saja aura kecantikannya masih terpancar.Entah kapan aku bisa melihat put
Setelah kulihat Pak Beno menjauh, aku melangkah memasuki ruangan tempatku bekerja."Firli ... kamu lama amat sih di toilet?" tanya Sinta."Emang ada apa, apa ada kabar yang aku lewatkan?" tanyaku, walaupun aku sudah mendengarnya melalui Pak Beno."Iya nih, kamu Fir kelamaan sih ngeden," ledek Ryan, teman satu divisiku juga."Sialan Lo, emangnya gue lagi setor, apa!""Hahaha ... sorry gue kira Lo lagi pup, lagian lama amat Lo di WC!""Ada angin surga nih, Pak Beno dimutasi ke cabang baru. Yeeees ... gue gak akan jadi bulan-bulanan lagi, hehehe ...!!" Ryan bersorak, dia yang paling happy dibandingkan temanku yang lain karena dialah yang paling sering dimarahi sebelum aku."Itu gue udah tahu, Yan!""Tapi kalau kabar yang ini Lo belum tahu kan?""Kabar apaan?""Yang gantiin Pak Beno, Fir Waaaaw ... Lo gak akan nahan liatnya!" Tari ikut nimbrung."Memang kenapa?" Aku ingin tahu sejauh mana kebenaran kabar mengenai pengganti Pak Beno, apa benar yang dikatakan Pak Beno tadi sama aku."Tuh pe
Dia terus mendekatiku dan berkata, "Bibir Nona kelihatannya sangat menggoda." 'Kata-katanya makin membuatku takut, bener kayaknya nih orang ada maksud jelek nih, aku harus hati-hati jangan-jangan dia memang penjahat yang suka melecehkan perempuan, hiii ...'"Maksud Tuan apa yah?" Aku mundurkan langkahku, merasa panik."Iya, saya akan bantu Nona tapi Nona harus kasih saya satu kecupan, bagaimana apa Nona mau?" Tanpa rasa malu sedikit pun dan gayanya yang begitu santai dia menyampaikan syarat yang memuakkan."Heiii ... Anda jangan kurang ajar yah, saya bukan perempuan murahan yang bisa anda lecehkan begitu saja," bentakku, aku gak terima dia minta cium begitu saja, Emangnya aku cewek apaan, baru ketemu lalu rela dicium sama dia."Loooh ... kurang ajar di mananya, saya kan mintanya baik-baik, minta izin dulu, saya gak asal nyomot bibir Nona kan?" Laki-laki itu tersenyum hingga garis bibirnya terangkat.'Ngeselin juga lama-lama nih orang, ganteng-ganteng tapi pikirannya kotor amat.'"Maa
POV William Pagi itu, aku ditugaskan Papa menjadi manager pemasaran untuk sementara menggantikan Pak Beno yang akan menempati jabatan yang sama di cabang yang baru, ini merupakan hal yang baru bagiku, pemasaran memang bukan bidangku, tapi aku akan coba tantangan dari Papa, kata Papa kalau aku bisa menguasainya aku akan diangkat menjadi direktur di cabang yang baru.Oke, Pa... aku terima tantangan Papa, siapkan kursi yang empuk di ruangan direktur nanti, hahaha ....Aku berangkat lebih pagi hari ini, karena cabang perusahaan Papa ini jaraknya lebih jauh, dan aku pun ingin memberikan kesan baik pada semua karyawan di hari pertamaku menjabat sebagai manager pemasaran.Baru setengah perjalanan, pandanganku terhenti pada sosok gadis yang terlihat kebingungandia tengah berjongkok di depan mobilnya sambil memegang obeng, mungkin dia bermaksud mengganti ban mobilnya.Kasihan juga aku melihatnya sepertinya dia sangat kesulitan mengganti ban mobilnya.Aku pun berinisiatif memberhentikan mobil
"Fir, tuh telepon kamu bunyi lagi!" kata Sinta mendengar telepon di mejaku kembali berdering.Jangan-jangan dia lagi yang menelponku. "Halo ...""Kamu ke sini sekarang, kamu belum jelasin laporan ini sama saya, jangan hanya ngasih-ngasih aja dong!""Iya Pak," jawabku tidak bersemangat.'Mau apa lagi sih, tinggal baca aja apa susahnya sih, kayaknya dia hanya ingin mengerjaiku saja nih.'"Kenapa Fir, Bos mau minta laporan bulan apa lagi?" "Gak tahu, aku cuma disuruh ke ruangannya katanya suruh jelasin laporan tadi yang aku kasih!""Heeemmm ... asyik dong, bisa berduaan lagi sama bos ganteng!" Sinta masih saja menggodaku, dia gak tahu bos macam apa yang dia puji-puji itu."Apaaan sih kamu Sin, udah yah, aku mau ke ruangan bos dulu!"Walaupun malas aku masuk ke ruangannya Pak William. "Masuk!" ujarnya dari dalam."Duduk dan sekarang jelasin sama saya!" Pak William memberikan map yang berisi laporan yang tadi aku berikan padanya."Iya." Aku menghela napasku, sebelum aku menjelaskannya."J
'Sialan! Kenapa aku harus ketemu dia di sini, kalau dia sampai tahu aku masih sendiri, dia pasti meledekku habis-habisan kayak tempo hari.'Dia makin dekat lagi, aku harus gimana ini. Dalam kegundahan hati ini, aku lirik ke arah si Bos mesum, ya sudah tampaknya tidak ada cara lain.'Oke, kali ini aku harus terlihat sedang jalan sama pacarku!' gumamku memberanikan diri menjalankan rencana nekad ini.Aku menggelayutkan tanganku di lengan lelaki kekar di sampingku ini, membuatnya tampak keheranan dengan apa yang aku lakukan."Hei, tadi gak mau digandeng, sekarang malah kamu yang agresif!" ujar Pak William sambil tersenyum meledek padaku."Diamlah dan bersikaplah seperti kekasihku yah!" tegasku sambil berbisik."Maksud kamu apa sih?" tanya Pak William, dia belum mengerti apa maksudku, sementara Aldo berjalan makin dekat, oh no!"Ikuti saja permainanku, Pak!" ujarku penuh penekanan.Tibalah si brengsek itu di depanku, dia tersenyum sinis padaku."Haaai ... Fir ... udah punya gandengan Seka
'Sungguh menyebalkan, Emangnya enak dicuekin kayak gini!' Aku terus saja menggerutu kesal sepanjang acara makan siang itu, dia terus saja berbicara berdua tanpa mempedulikan aku, dia dengan manisnya menawarkan minum pada Bu Fanny, akuuu ... malah dia cuekkan.Apa aku hanya dianggap nyamuk di sini, sial!!Aaaah ... lama-lama aku kesal dicuekkan begini mendingan aku balik aja ke kantor, jelas-jelas aku mungkin bisa menikmati makan siangku dengan tenang dan tentu saja lahap, perutku udah lapar tapi dia sama sekali tak menghiraukan aku.kasih minum kek, aduuuh ... ngomong aja terus, ini lagi Bu Fanny asyik aja ngobrol sama Pak William. Waduuuh ... dia tak berkedip gitu lihatnya, ini kayaknya sama-sama pemain kayaknya satu playboy yang satu playgirl.Aaah ... udah ah, aku mau balik aja, tingkat kesabaranku udah abis, perutku udah meronta-ronta ingin diisi.Aku pun hendak pergi, baru saja aku mau berdiri, tanganku dicekal Pak William, "Mau ke mana, Firli Sayang?" bisiknya dengan nada manja.
Aku masih belum rela kalau dia sampai datang ke rumahku dan kalau benar dia bilang gitu sama orang tuaku gimana, dia kan agak sengklek otaknya, sukanya bikin aku jengkel."Tapi Pak ..." Aku masih berusaha menolaknya."Udah gak ada tapi-tapian lagi, besok pukul tujuh kamu siap yah, chat alamat kamu! Ini ponsel saya, masukkan nomor kamu!" Dia menyerahkan ponselnya padaku.Aku paling malas memberikan nomorku pada orang lain, tapi yah gimana lagi, dia itu bosku, aku pasrah saja."Ini sudah, sekalian alamatnya juga sudah.""Oke, Firlita selamat bekerja kembali!" Dia memasuki ruangan kerjanya lagi.Teman-temanku lalu mengerubuniku, mereka mau tahu bagaimana acara makan siangku dengan Pak William yang mereka curigai sebagai acara pendekatan Pak William padaku."Gimana sukses acara PDKTnya?" tanya Sinta."Pak William nembak langsung gak?" Tari pun ikut bertanya."Kalian iiih ... semua yang kalian sangka itu salah semua, pak William itu ngajak aku makan siang itu mau ketemuan sama Bu Fanny, pe