Share

Bab 3 - Kabar Baik

Author: Guardiangel
last update Last Updated: 2022-11-18 15:55:03

Kana berkedip, entah kenapa merasa ucapan Helena menusuk hatinya. Apa kakak madunya itu sedang memamerkan bahwa perhatian dari Dirga begitu besar?

Selain itu, kenapa sepertinya Helena tidak sakit? Dia terdengar sehat, walau wajahnya sedikit pucat.

Itu ….’ Mata Kana memicing, mendapati ada yang aneh dari warna pucat bibir Helena. ‘Apa itu alas bedak?

Ketika Kana sedang sibuk memperhatikan wajah Helena dari dekat, wanita tersebut menggenggam tangannya pelan. “Tanganmu dingin,” komentar Helena, manik hitamnya yang terlihat menenggelamkan menatap lurus ke arah Kana. “Kenapa? Takut padaku?”

Kana berkedip, tersadar bahwa ia harus segera memulihkan diri dari keterkejutannya. Kala Helena meremas tangannya, dia yakin bahwa kakak madunya tersebut sebenarnya baik-baik saja.

Untuk apa … Helena berpura-pura sakit?’ batin Kana dalam hati, merasa sangat bingung. “Tentu tidak, Helen. Aku hanya … sedikit terkejut karena kamu mendadak berdiri dari tempat tidur. Apa kamu baik-baik saja?” tanyanya, berusaha untuk berpikir positif.

Tidak mungkin Helena berpura-pura sakit hanya untuk menarik perhatian Dirga. Kalau Kana hamil, wanita itulah yang akan paling bahagia. Lagi pula, alasan awal Dirga bisa menikahi Kana adalah karena permintaan Helena sendiri.

“Tidakkah kamu dengar yang aku katakan pada Dirga tadi?” Helena dengan terbuka menuding Kana menguping pembicaraannya. “Dibandingkan diriku, sebaiknya kamu mulai khawatir dengan dirimu sendiri,” ujar wanita tersebut sembari menampakkan sebuah senyum rupawan.

Ucapan itu membuat Kana mengernyit. “Diriku?” tanyanya.

“Yah.” Helena berujar, “Kamu tahu ‘kan alasan awal Dirga memutuskan untuk menikah lagi … adalah karena dia menginginkan keturunan?” Wanita itu mengangkat satu alis ke atas, seakan menantang Kana. “Sudah dua bulan, tapi kamu masih belum bisa memenuhi keinginan tersebut, jangan-jangan ada masalah dengan … kandunganmu.”

Tanpa sadar, tubuh Kana menegang, merasa tidak nyaman dipertanyakan oleh Helena. “Aku sehat, Helena,” balasnya dengan sebuah senyuman.

“Kamu yakin?” Helena tersenyum, sedikit miring … hampir menyerupai sebuah senyuman mengejek.

Kana merasakan seluruh tubuhnya bergetar, jantungnya berpacu cepat. Dia pun mulai berkata, “Tidak ada masalah denganku, Helena. Kalau misal–”

Ucapan Kana berhenti, dia merasa kegugupan membuat dirinya mual. Dia menutup mulut, lalu dengan cepat berlari ke arah kamar mandi, meninggalkan Helena yang memasang wajah sedikit terkejut.

Sesampainya di depan wastafel, Kana langsung memuntahkan isi perutnya. Bulir-bulir keringat menghiasi dahinya, merasa sangat tersiksa.

“Ada apa denganmu?” tanya Helena tak lama setelah Kana selesai membersihkan bibirnya.

Kana menoleh ke belakang dengan lemah, menatap Helena yang ditemani sang asisten rumah tangga di sisinya. “Aku … tidak tahu.”

Tiba-tiba, sang asisten rumah tangga membelalak. Dengan nada bicaranya yang selalu dingin dan kurang ajar, wanita tua itu mengarahkan jarinya kepada Kana. “Jangan-jangan, dia hamil!”

“Apa?”

Semua orang yang berada di tempat tersebut mengalihkan pandangan ke satu arah, pada sosok pria yang kembali karena meninggalkan sesuatu.

“Dirga …,” Helena memanggil pria tersebut dengan lemah, kentara kembali berpura-pura sakit. Ia pikir ia bisa menggunakan Kana sebagai alasan apabila Dirga bertanya Helena dapat kekuatan dari mana hingga bisa berdiri tiba-tiba begini. “Kenapa kamu–”

Namun, mengabaikan kalimat Helena yang belum selesai, Dirga segera menghampiri Kana. Pria itu mencengkeram kedua pundak wanita tersebut dan berkata dengan manik bergetar, “Kamu hamil? Apa itu benar?”

Kana merasa bingung. Pada dasarnya, dia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. “Aku tidak tahu, aku–”

“Kita ke dokter sekarang!”

***

"Lima minggu?" Dirga terkejut. Di sebelahnya, Kana menampakkan wajah yang sama.

Saat ini, keduanya sedang berada di obgyn. Setelah Dirga mendengar perihal kemungkinan istri keduanya itu hamil, pria tersebut tidak jadi berangkat ke kantor dan langsung membawa Kana ke rumah sakit.

Usai meyakinkan dirinya sendiri dengan informasi terbaru, Dirga meremas tangan istrinya pelan dan berbisik, "Terima kasih, Kana." Sebuah senyuman terlukis di wajah pria itu, terlihat begitu tulus dan penuh kebahagiaan. “Terima kasih.”

Mendengar kata itu berulang kali dari bibir Dirga, Kana merasa hatinya hangat. Dia mengusap lembut perutnya seraya membatin, ‘Terima kasih, Nak. Karena kehadiranmu, ayahmu kembali menjadi sosok yang Ibu kenal.’

Sepanjang mereka berada di ruang konsultasi, Dirga mendengarkan penjelasan dokter dengan saksama. Hal tersebut membuat Kana merasa hangat. Ini dia Dirga yang dia kenal, Dirga yang begitu perhatian padanya.

“Kamu tidak boleh bekerja berat. Tidak, kamu tidak boleh kerja sama sekali. Pastikan untuk menjaga dirimu dengan baik,” jelas Dirga ketika dirinya dan Kana berada dalam perjalanan pulang ke rumah. “Sesampainya di rumah, aku akan minta Sasmi untuk membuatkan sup ayam untuk menghangatkan tubuhmu.”

Dengan senyuman terlukis di bibirnya, Kana berkata, “Iya, Dirga. Aku paham.” Dia menambahkan, “Jangan terlalu gugup, aku akan baik-baik saja.”

Mendengar hal itu, sebuah senyuman terpasang di wajah Dirga. Dia mengusap kepala Kana, mengejutkan wanita itu karena mendapatkan perlakuan serupa seperti Helena beberapa waktu lalu.

Sesampainya di rumah, terlihat sosok Helena telah menunggu di ruang tamu. Melihat Dirga tersenyum semringah sembari menggandeng Kana, wanita itu menampakkan wajah dingin selama sesaat sebelum tersenyum dan bertanya, “Bagaimana hasilnya?"

"Positif. Sudah berusia lima minggu," jawab Dirga. Di sampingnya, Kana tersenyum sopan.

Helena menatap istri kedua suaminya tersebut dengan senyum tipis. "Selamat, Kana," ucapnya. Kemudian pada suaminya, ia melanjutkan, "Ini sebuah kabar bahagia, kita perlu merayakannya."

Walau bibir Helena berkata manis, tapi entah kenapa pancaran matanya terlihat mengerikan. Hal tersebut membuat Kana sedikit tersentak dan mencengkeram lengan pakaian Dirga dengan cukup kuat.

Merasakan cengkeraman tangan Kana pada lengan pakaiannya menguat, Dirga langsung memeluk wanita tersebut, terlihat begitu protektif. “Perayaan bisa dilakukan nanti, sekarang Kana perlu istirahat,” ujar pria tersebut sebelum berlalu meninggalkan Helena untuk pergi mengantar Kana ke kamarnya.

Di tempatnya, senyuman di wajah Helena berangsur menghilang. Ekspresi lembut yang dia tunjukkan berubah dengan ekspresi penuh ketidaksukaan.

“Ya ampun, baru hamil saja sudah begitu manja, apa lagi nanti kalau lahiran, Nyonya? Bisa ngelunjak dia!” desis Sasmi yang berada di sisi Helena. “Kita harus beri dia pelajaran!”

Helena mendengus. “Dia dinikahi hanya untuk anaknya. Setelah itu, Dirga akan menceraikannya.” Wanita itu menambahkan, “Aku tidak perlu takut pada wanita tidak berguna seperti itu.”

Guardiangel

Waduh! Ternyata tujuan asli Dirga dan Helena seperti ini ya. Tapi kok Dirga juga kelihatan peduli ke Kana? Menurut kalian gimana?

| Like
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Emeli Emelia
Alhamdulillah ternyata kabar baik Helena hamil semoga kehamilan mu membawa berkahnya Helena jangan bergitu Dirga ntar kamu jatuh cinta benaran sama Helena baru tahu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 4 - Rencana Awal

    "Kamu baik-baik saja?" Mendengar pertanyaan suaminya, Kana tersenyum kecil. Ia menyukai nada khawatir yang terselip dalam suara Dirga–kekhawatiran yang sama seperti yang ia dengar ketika Helena pingsan tadi. "Aku baik-baik saja," jawab Kana. Tentu saja, mendapatkan perhatian dan perlakuan manis suaminya membuat Kana merasa lebih baik dalam waktu singkat. "Jangan khawatir." Tanpa mengatakan apa pun lagi, Dirga hanya memandang Kana yang tampil dalam balutan jubah tidur berbahan satin, menampilkan tulang selangkanya dengan jelas. Selewat beberapa saat, pria itu menyibak selimut, menyambut Kana untuk bergabung dengannya di tempat tidur. Sang istri tersenyum, lalu memeluk tubuh suaminya. Tampaknya malam ini pun, Dirga akan tidur bersamanya. "... Helena tidak apa-apa?" gumam Kana. "Kamu lihat sendiri tadi." Maksud Kana bukanlah mengenai kondisi fisik Helena, melainkan reaksi kakak madunya tersebut mengenai kabar kehamilan Kana. Meskipun, memang, respons Dirga

    Last Updated : 2022-11-18
  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 5 - Barra Mahendra

    Seorang pria dengan kemeja putih mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tamu, mengamati interior kediaman Dewantara dengan ekspresi muram. Bibirnya melengkung ke bawah dan ada kerutan tipis di dahi, sementara kedua tangannya berada di dalam saku celana, seakan-akan kemewahan ruangan tersebut tidak mampu menyenangkan hatinya. “Barra?” Perlahan, pria itu memutar badannya ke sumber suara ketika mendengar namanya disebut. Kala netra cokelat tersebut bertemu dengan sepasang mata hitam milik Kana, sorot mata dingin itu sejenak berubah hangat, meskipun masih tidak ada senyum di bibirnya. “Kak …,” balas Barra dengan suara rendah. Kana bisa menangkap kekecewaan dalam satu kata tersebut. Meskipun merupakan saudara angkat, hubungan Barra dan Kana baik, bahkan bisa dikatakan erat. Sejak kecil, keduanya nyaris tidak bisa dipisahkan. Barra yang lahir setahun setelah keluarga Mahendra mengadopsi Kana lebih sering menghabiskan waktunya dengan sang kakak dibanding dengan orang tua

    Last Updated : 2022-11-18
  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 6 - Kecurigaan sang Adik

    “Barra!” Kana refleks membentak adiknya itu, membuat Barra menoleh ke arah kakaknya. Dia tidak menyangka Barra akan bersikap tidak sopan kepada Dirga. “Habis,” ucap pria yang lebih muda tersebut sembari menoleh pada Kana. Senyum miring yang tadi ia berikan pada Dirga seketika berganti dengan senyum tanpa dosa. “Rasanya aneh kalau laki-laki memanggil laki-laki lain dengan sebutan ‘kakak’.” Kana menghela napas. “Tapi, Bar–” “Sudahlah, Kana,” sela Dirga dengan suara tenangnya. Wajah pria itu masih saja dingin dan tidak terbaca. “Aku tidak masalah.” Meskipun suaminya sudah mengizinkan, tetap saja Kana merengut karena menganggap adiknya tidak sopan. Ia menyayangkan hal tersebut lantaran ini adalah pertemuan pertama Dirga dan Barra, dua pria yang Kana harapkan untuk akur ke depannya sebab keduanya adalah sosok-sosok paling berharga dalam hidup Kana. Dirga menyaksikan Kana yang tengah cemberut dan hal itu tanpa sadar mengundang senyum tipis di bibir putra pertama Keluarga Dewantara terse

    Last Updated : 2022-12-02
  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 7 - Hasil Mencuri Dengar

    “Sa-saya, Tuan?” Sasmi tergagap. Ia menunduk dalam-dalam. Sorot mata Dirga begitu tajam dan menusuk, membuatnya ciut.“Aku tidak suka mengulangi kata-kataku.” Dirga langsung berbalik dan menghampiri Kana setelahnya, tanpa memedulikan Sasmi yang membungkuk hormat sebelum undur diri, kembali ke dapur. “Sudah tidak apa-apa?” tanya pria itu kemudian sembari menyodorkan segelas air putih pada istri keduanya. Berbeda ketika ia bicara dengan Sasmi tadi, nada suara Dirga terdengar lebih lembut dan hangat. Sorot matanya juga lebih ramah.Dengan ragu, Kana menurunkan tangan yang menutupi hidung dan mulutnya sejak tadi. Perasaan mualnya menghilang begitu saja. Dengan tenang, perempuan itu meneguk air putih yang disodorkan Dirga sementara dengan tangannya yang bebas, suaminya tersebut merapikan anak rambut Kana dengan hati-hati.Tepat seperti dugaan Dirga, Sasmilah penyebab Kana merasa mual sebelumnya. Beruntung tadi Dirga mampu menghubungkan kondisi istri keduanya tersebut dengan informasi yang

    Last Updated : 2022-12-03
  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 8 - Patah Hati

    “Dirga?” Kana memanggil sang suami. Dia mencengkeram ujung pakaiannya. “Dirga, yang Barra bilang–” "Aku tidak tahan lagi,” gumam Dirga secara mendadak. Pria itu mengangkat pandangannya dan menatap marah sosok Barra. “Apa maksudmu?” Suara Dirga terdengar dingin ketika menyahuti ucapan Barra, membuat Kana langsung terdiam. Perempuan itu menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Ia menyadari bahwa sedetik setelah suaminya mendengar pertanyaan itu, aura yang menyelimuti tubuh pria itu berubah gelap dan mengerikan. Namun, walaupun demikian, Barra tidak takut. Pria itu memandang lurus kepada suami kakaknya itu. "Aku pikir pertanyaanku mudah dipahami," balasnya. “Apa kamu menikahi kakakku hanya untuk seorang anak?” Ada rasa marah yang tersirat dari nada bicaranya. "Tidak ada masalah dengan pertanyaanmu," sahut Dirga. "Yang tidak bisa kupahami adalah sikapmu." Dirga dengan jelas tidak dapat mengiakan pertanyaan Barra. Tidak hanya pria di hadapannya ini akan menghajarnya, Dirga juga bisa mema

    Last Updated : 2022-12-14
  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 9 - Drama Istri Pertama

    “Helena, hentikan!” Suara Dirga terdengar keras, kentara terkejut dengan apa yang baru saja istri pertamanya lakukan. Baru saja Dirga pulang dari kantor dengan niat membawa Kana berkonsultasi ke dokter. Namun, niatan tersebut terhenti lantaran Helena berkata ingin bicara dua mata dengan pria itu. Tidak pernah dia duga bahwa Helena akan tiba-tiba memojokkannya, mendorong Dirga ke tempat tidur dan mencium pria itu setelah ia duduk di pangkuan sang suami. Terkejut, Dirga berusaha dengan lembut mendorong Helena menjauh. Akan tetapi, tingkah Helena justru makin menjadi hingga Dirga harus mendorong wanita itu dengan kuat dan menarik dingin dengan paksa. “Apa yang kamu pikir kamu laku–” Belum sempat Dirga menyelesaikan ucapannya, Helena terlebih memotongnya, "Kamu jatuh cinta pada Arkana.” Itu tidak terdengar seperti pertanyaan, melainkan pernyataan. Dirga membeku, menampakkan wajah terkejut. "Kenapa diam, Dirga?” tekan Helena dengan air mata menuruni wajahnya. “Itu alasan kamu menola

    Last Updated : 2022-12-14
  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 10 - Tamu Tak Diharapkan

    “Jangan pernah mengungkit hal ini lagi,” titah Dirga dengan tatapan dingin. “Aku akan anggap percakapan ini tidak pernah terjadi,” imbuh pria itu seraya mengendurkan dasi yang melingkari lehernya. Dirga berdiri, kemudian berjalan ke pintu, meninggalkan Helena yang tidak berani menahannya pergi. “Lagi pula," kata Dirga sebelum keluar. "Kamu harus ingat, Helen. Pernikahan ini adalah perintah darimu.” *** "Arkana?" Kana mendongak ketika mendengar suara tersebut dan terkesiap karena melihat suaminya. Mata perempuan itu turut melebar, tanpa bisa ditahan. Sejak tadi ia menunggu Dirga di kamar karena suaminya tersebut mengajaknya untuk pergi konsultasi ke dokter. Meskipun melalui telepon Dirga mengatakan bahwa ia akan sampai dalam beberapa menit, pria itu tidak kunjung datang. Kana tidak tahu apa yang terjadi hingga Dirga muncul dengan penampilan berantakan seperti ini. Belum lagi ekspresi pria yang biasanya tampak dingin dan tenang tersebut kini terlihat– Seperti malam itu, ketika D

    Last Updated : 2022-12-14
  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 11 - Perintah Kakek

    “Ah.” Kana tertegun mendengar kalimat tersebut keluar dari si wanita asing, sebelum kemudian tersenyum ramah. “Halo.” Sebelumnya, Kana tidak pernah bertemu dengan wanita tersebut, mengingat pernikahan kecilnya hanya dihadiri segelintir orang–bahkan keluarga Dirga pun tidak hadir. Istri kedua Dirga itu berniat menghampiri sang tamu untuk bersalaman, tetapi Dirga menahan Kana agar tetap di sebelahnya. “Ibuku sudah meninggal,” kata Dirga dengan suara dinginnya, membuat Kana menoleh pada pria itu seketika. Perempuan itu bisa melihat kebencian pada sorot mata suaminya. Tentunya Kana tahu bahwa ibu kandung Dirga sudah meninggal. Pria itu sempat menyinggungnya sebelum mereka menikah. Kana juga sempat menduga bahwa hubungan suaminya dengan ayah serta sang ibu tiri tidak terlalu baik, tetapi ia tidak menyangka bahwa Dirga membenci ibu tirinya. Kana tidak pernah berpikir Dirga memiliki emosi negatif sekuat itu. Namun, kembali lagi–suaminya tersebut memang sedikit rumit. Sementara itu, sang

    Last Updated : 2022-12-15

Latest chapter

  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 15 - Ancaman yang Masih Belum Hilang

    "Astaga, Kana!"Elia tidak menyangka bahwa ia bisa membodohi istri kedua Dirga semudah ini. Ternyata memang benar, paling baik memanglah bersandiwara sebagai seorang ibu bagi sosok yang tidak pernah mendapatkan figur ibu dalam hidupnya.Buktinya, Kana jatuh dengan mudah. Elia bisa membuat perempuan itu melakukan hal-hal yang ia inginkan sampai akhirnya Kana kelelahan, meskipun Elia harus meminta beberapa orang suruhan untuk menjadi temannya dan membuat Kana makin tertekan.Namun, toh, hal tersebut berhasil.Dengan begini, Elia bisa dengan mudah menyingkirkan janin yang ada di perut Kana. Tanpa calon bayi itu, Dirga tidak akan memenuhi syarat menjadi penerus Keluarga Dewantara. Dengan sedikit dorongan lagi–"Jika terjadi sesuatu pada mereka, aku akan membuatmu membayar dengan harga yang pantas."Celakanya bagi Elia, Dirga datang saat itu bersama beberapa orang penjaga yang langsung mencengkeram kedua lengan Elia dan membawa wanita paruh baya itu menjauh, sementara Dirga mengangkat tubuh

  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 14 - Apa yang Ia Rencanakan?

    Dirga baru masuk ke dalam mobil dan berniat pergi ke tempat istri keduanya ketika ponsel pria itu berdering. Kata ‘Kakek’ muncul di layar, membuat mata hitam Dirga berkilat marah. Tidak ada yang sesuai dengan keinginannya sejak pagi. Bahkan tampaknya Kana yang ia peringatkan sebelumnya pun kini mengabaikannya dan bergabung dengan istri kedua sang ayah. Dirga harus mengurusnya nanti.“Kakek,” sapa Dirga singkat setelah ia mengangkat panggilan tersebut. Pria itu mendengarkan suara lawan bicaranya di ujung lain saluran telepon selama beberapa waktu. Tangannya menggenggam kemudi dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih.Hingga tiba-tiba, tepat ketika sang kakek memutuskan sambungan telepon, Dirga melempar ponselnya ke kursi penumpang di sampingnya berkat informasi terbaru yang baru saja ia dapatkan.Kakeknya tidak pernah mengirim Elia ke rumahnya. Dari sini Dirga tahu bahwa wanita itu memang berniat menggagalkan rencana Dirga untuk menjadi penerus sang kakek dengan mencelakai Kana.“D

  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 13 - Cerita dari Ibu Mertua

    "Ada apa, Tante?" Elia tersenyum kecil. “Boleh masuk? Ada yang mau Ibu bicarakan.” Kana tampak ragu untuk sesaat, mengingat peringatan Dirga tadi malam. Namun, apabila Kana menolak, kemungkinan ia akan menciptakan masalah baru untuk Dirga lantaran sebelumnya Elia menyinggung bahwa wanita paruh baya tersebut di sini atas perintah sang kakek, kepala keluarga Dewantara. Lagi pula, tidak baik menciptakan musuh baru, bukan? “Silakan, Tante.” Kana membuka pintu kamarnya lebih lebar. Ia kemudian mengajak Elia duduk di sofa. Ibu tiri Dirga tersebut menggenggam tangan Kana dengan kedua tangannya. Kana melihat bagaimana Elia tetap memasang senyumnya, tetapi mata wanita itu tampak sedih. “Kana,” ucap Elia kemudian. Suaranya terdengar lembut. “Aku tahu Dirga memperlakukanku seperti orang asing. Tapi apakah kamu juga harus memperlakukanku seperti itu?” Kana tampak terkejut. Ia buru-buru menunduk. “Saya tidak bermaksud seperti itu, Tante.” Elia menghela napas, tampak kecewa karena Kana masih

  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 12 - Perasaan yang Tumbuh

    "Oh. Lama tidak bertemu, Helen." Langkah Helena terhenti ketika mendengar suara yang tidak asing itu. Benar saja. Elia sedang duduk dengan santainya di sofa ruang tamu. Wanita paruh baya itu tersenyum sembari melambaikan tangan. 'Apa yang wanita itu lakukan di sini? Di mana Dirga?' batin Helena. "Suamimu tadi pergi bersama istri keduanya," ucap Elia seakan tahu apa yang ada dalam pikiran Helena. "Kamu dan Dirga sama saja. Bagaimana bisa kalian tidak membalas sapaanku?" Mendengar hal itu, Helena memasang senyum pura-puranya dan duduk di hadapan Elia. Tidak ada untungnya bersikap tidak ramah apabila Dirga tidak di rumah. "Selamat malam, Tante." Elia mendengus. "Memang hanya Arkana yang ramah padaku di sini ya. Sayang sekali dia sedang pergi kencan dengan Dirga." Helena tetap berusaha tersenyum meskipun mendengar informasi baru tersebut. Meskipun terakhir kali Dirga memarahinya dan sekarang sudah cukup larut. Helena akan menghubungi suaminya tersebut setelah ini, tetapi ia harus b

  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 11 - Perintah Kakek

    “Ah.” Kana tertegun mendengar kalimat tersebut keluar dari si wanita asing, sebelum kemudian tersenyum ramah. “Halo.” Sebelumnya, Kana tidak pernah bertemu dengan wanita tersebut, mengingat pernikahan kecilnya hanya dihadiri segelintir orang–bahkan keluarga Dirga pun tidak hadir. Istri kedua Dirga itu berniat menghampiri sang tamu untuk bersalaman, tetapi Dirga menahan Kana agar tetap di sebelahnya. “Ibuku sudah meninggal,” kata Dirga dengan suara dinginnya, membuat Kana menoleh pada pria itu seketika. Perempuan itu bisa melihat kebencian pada sorot mata suaminya. Tentunya Kana tahu bahwa ibu kandung Dirga sudah meninggal. Pria itu sempat menyinggungnya sebelum mereka menikah. Kana juga sempat menduga bahwa hubungan suaminya dengan ayah serta sang ibu tiri tidak terlalu baik, tetapi ia tidak menyangka bahwa Dirga membenci ibu tirinya. Kana tidak pernah berpikir Dirga memiliki emosi negatif sekuat itu. Namun, kembali lagi–suaminya tersebut memang sedikit rumit. Sementara itu, sang

  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 10 - Tamu Tak Diharapkan

    “Jangan pernah mengungkit hal ini lagi,” titah Dirga dengan tatapan dingin. “Aku akan anggap percakapan ini tidak pernah terjadi,” imbuh pria itu seraya mengendurkan dasi yang melingkari lehernya. Dirga berdiri, kemudian berjalan ke pintu, meninggalkan Helena yang tidak berani menahannya pergi. “Lagi pula," kata Dirga sebelum keluar. "Kamu harus ingat, Helen. Pernikahan ini adalah perintah darimu.” *** "Arkana?" Kana mendongak ketika mendengar suara tersebut dan terkesiap karena melihat suaminya. Mata perempuan itu turut melebar, tanpa bisa ditahan. Sejak tadi ia menunggu Dirga di kamar karena suaminya tersebut mengajaknya untuk pergi konsultasi ke dokter. Meskipun melalui telepon Dirga mengatakan bahwa ia akan sampai dalam beberapa menit, pria itu tidak kunjung datang. Kana tidak tahu apa yang terjadi hingga Dirga muncul dengan penampilan berantakan seperti ini. Belum lagi ekspresi pria yang biasanya tampak dingin dan tenang tersebut kini terlihat– Seperti malam itu, ketika D

  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 9 - Drama Istri Pertama

    “Helena, hentikan!” Suara Dirga terdengar keras, kentara terkejut dengan apa yang baru saja istri pertamanya lakukan. Baru saja Dirga pulang dari kantor dengan niat membawa Kana berkonsultasi ke dokter. Namun, niatan tersebut terhenti lantaran Helena berkata ingin bicara dua mata dengan pria itu. Tidak pernah dia duga bahwa Helena akan tiba-tiba memojokkannya, mendorong Dirga ke tempat tidur dan mencium pria itu setelah ia duduk di pangkuan sang suami. Terkejut, Dirga berusaha dengan lembut mendorong Helena menjauh. Akan tetapi, tingkah Helena justru makin menjadi hingga Dirga harus mendorong wanita itu dengan kuat dan menarik dingin dengan paksa. “Apa yang kamu pikir kamu laku–” Belum sempat Dirga menyelesaikan ucapannya, Helena terlebih memotongnya, "Kamu jatuh cinta pada Arkana.” Itu tidak terdengar seperti pertanyaan, melainkan pernyataan. Dirga membeku, menampakkan wajah terkejut. "Kenapa diam, Dirga?” tekan Helena dengan air mata menuruni wajahnya. “Itu alasan kamu menola

  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 8 - Patah Hati

    “Dirga?” Kana memanggil sang suami. Dia mencengkeram ujung pakaiannya. “Dirga, yang Barra bilang–” "Aku tidak tahan lagi,” gumam Dirga secara mendadak. Pria itu mengangkat pandangannya dan menatap marah sosok Barra. “Apa maksudmu?” Suara Dirga terdengar dingin ketika menyahuti ucapan Barra, membuat Kana langsung terdiam. Perempuan itu menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Ia menyadari bahwa sedetik setelah suaminya mendengar pertanyaan itu, aura yang menyelimuti tubuh pria itu berubah gelap dan mengerikan. Namun, walaupun demikian, Barra tidak takut. Pria itu memandang lurus kepada suami kakaknya itu. "Aku pikir pertanyaanku mudah dipahami," balasnya. “Apa kamu menikahi kakakku hanya untuk seorang anak?” Ada rasa marah yang tersirat dari nada bicaranya. "Tidak ada masalah dengan pertanyaanmu," sahut Dirga. "Yang tidak bisa kupahami adalah sikapmu." Dirga dengan jelas tidak dapat mengiakan pertanyaan Barra. Tidak hanya pria di hadapannya ini akan menghajarnya, Dirga juga bisa mema

  • Takhta Istimewa Istri Kedua   Bab 7 - Hasil Mencuri Dengar

    “Sa-saya, Tuan?” Sasmi tergagap. Ia menunduk dalam-dalam. Sorot mata Dirga begitu tajam dan menusuk, membuatnya ciut.“Aku tidak suka mengulangi kata-kataku.” Dirga langsung berbalik dan menghampiri Kana setelahnya, tanpa memedulikan Sasmi yang membungkuk hormat sebelum undur diri, kembali ke dapur. “Sudah tidak apa-apa?” tanya pria itu kemudian sembari menyodorkan segelas air putih pada istri keduanya. Berbeda ketika ia bicara dengan Sasmi tadi, nada suara Dirga terdengar lebih lembut dan hangat. Sorot matanya juga lebih ramah.Dengan ragu, Kana menurunkan tangan yang menutupi hidung dan mulutnya sejak tadi. Perasaan mualnya menghilang begitu saja. Dengan tenang, perempuan itu meneguk air putih yang disodorkan Dirga sementara dengan tangannya yang bebas, suaminya tersebut merapikan anak rambut Kana dengan hati-hati.Tepat seperti dugaan Dirga, Sasmilah penyebab Kana merasa mual sebelumnya. Beruntung tadi Dirga mampu menghubungkan kondisi istri keduanya tersebut dengan informasi yang

DMCA.com Protection Status