Setelah membebaskan para tahanan, mereka berdua hendak kembali melanjutkan perjalanan. Di tengah hutan lebat mereka semua merasakan udara dingin mulai terasa menusuk kulit, seolah baru menemukan ketenangan yang berarti, namun ketenangan itu mendadak terpecah oleh suara gemuruh langkah kaki yang terdengar semakin mendekat.Xiao Feng lalu memberikan perintah pada tahanan yang mereka lepaskan untuk segera bersembunyi, mencari tempat yang aman, "Pergilah dari sini... Kalian harus selamat."Mendengar perintah dari Xiao Feng, orang-orang itu segera pergi menjauh, seolah tidak ingin terlibat dari pertarungan yang akan segera terjadi."Feng'Ge," ucap Bai Ling, matanya memandang lurus ke depan. "Kau dengar itu?"Xiao Feng mengangguk pelan. Ia memicingkan matanya, memeriksa lingkungan sekitarnya. "Langkah kaki... banyak sekali. Mereka datang ke arah kita."Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul puluhan pria bersenjata. Mereka mengenakan pakaian khas dengan lambang bendera warna di dada mereka.
Langit sore mulai memerah saat Xiao Feng dan Bai Ling melintasi jalan setapak menuju pegunungan utara. Hembusan angin dingin dari puncak gunung terasa menusuk kulit, tetapi mereka terus melangkah, tekad mereka terlalu kuat untuk dihentikan oleh cuaca."Feng'Ge," Bai Ling memecah keheningan. "Kita hampir sampai. Kau siap untuk apa pun yang akan terjadi di sana?"Xiao Feng tersenyum tipis, menoleh ke arah Bai Ling. "Aku selalu siap, Bai'er. Tapi ingat, kita tidak tahu apa yang menunggu di sana. Bersiaplah untuk segalanya."Namun, sebelum Bai Ling sempat menjawab, suara langkah kaki berat terdengar dari arah depan. Xiao Feng menghentikan langkahnya, instingnya membuat tangan kirinya langsung bergerak ke gagang pedang yang tergantung di pinggang. Bai Ling juga berjaga-jaga, es tipis mulai terbentuk di sekeliling tangannya.Dari balik pepohonan, lima sosok muncul. Tubuh mereka tegap, masing-masing memancarkan aura yang kuat dan mengintimidasi. Pakaian mereka m
Malam sudah larut ketika Xiao Feng dan Bai Ling duduk bersama lima kakak seperguruannya di sebuah gua kecil yang mereka temukan di lereng pegunungan utara. Nyala api unggun di tengah mereka memberikan kehangatan di tengah hawa dingin yang menusuk. Kelima pendekar itu, yang sebelumnya penuh amarah, kini menatap Xiao Feng dengan keraguan yang belum sepenuhnya hilang.Xiao Feng menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum mulai berbicara. Bai Ling duduk di sisinya, memberikan dukungan dalam keheningan."Aku tahu kalian sulit mempercayai apa yang akan aku ceritakan," kata Xiao Feng, memecah keheningan. Matanya menatap satu per satu wajah kakak seperguruannya. "Tapi aku tidak punya alasan untuk berbohong. Dengarkan aku hingga selesai."Long Wei, yang duduk dengan tangan terlipat di dadanya, menyeringai kecil. "Baiklah, Xiao Feng. Kami akan mendengar ceritamu. Tapi jangan berpikir kami akan mudah percaya."Xiao Feng mengangguk pelan. "Kalian semua
Nyala api unggun di tengah gua kecil itu masih berkobar lembut, memancarkan cahaya hangat yang berpendar di dinding batu. Xiao Feng, dengan hati penuh harap, baru saja menyampaikan rencana untuk melanjutkan perjuangannya menghancurkan kelompok bendera lima warna yang masih tersisa. Namun, di tengah pembicaraan itu, Long Wei tampak termenung. Ia mengangkat wajahnya, matanya menyipit, memandang Xiao Feng dengan tatapan yang sulit diterjemahkan."Aku tidak yakin," ucap Long Wei akhirnya, memecah keheningan yang menggantung di udara.Semua mata langsung tertuju padanya. Yang Zhan, yang sejak tadi diam dengan tombaknya di tangan, mengangkat alisnya. "Tidak yakin? Maksudmu apa, Kakak Long Wei?"Long Wei menghela napas panjang, meletakkan pedangnya di tanah tepat berada di sampingnya. "Maksudku, kita hanya bertujuh di sini. Dan kau ingin kita menghadapi seluruh kelompok bendera lima warna? Kelompok itu bukan hanya sekelompok perampok biasa. Mereka memiliki ratusan, bah
Malam itu, api unggun mulai mengecil, tetapi semangat diskusi mereka semakin membara. Xiao Feng duduk bersila di dekat api, wajahnya penuh perhatian mendengarkan informasi yang dibagikan oleh keempat kakak seperguruannya. Qing Yue, dengan tangan terlipat di dada, memulai penjelasan."Kami sudah mencari keberadaanmu selama bertahun-tahun, Xiao Feng. Dalam perjalanan itu, kami mendengar banyak tentang kelompok yang memperjualbelikan orang untuk dijadikan budak. Awalnya, kami pikir mereka bagian dari kelompok bendera lima warna, tetapi ternyata lebih dari itu. Ada banyak kelompok kecil lainnya yang memanfaatkan kekacauan ini," pungkasnya.Yang Zhan, yang tombaknya selalu berada dalam jangkauan, menyambung, "Kami menemukan salah satu tempat itu di kota Lanzhou. Sebuah kota yang dipenuhi oleh aktivitas gelap. Mereka menjual budak, senjata, dan segala macam barang haram. Dan yang paling parah, mereka melakukannya di depan mata penguasa kota yang sepertinya terlibat atau seti
Di tengah perjalanan menuju kota Lanzhou, Bai Ling memandang Xiao Feng dengan tatapan ragu. Hawa dingin malam sebelumnya tampaknya belum mereda di wajahnya, tapi nada suaranya tetap lembut ketika dia bertanya, "Kau yakin ini keputusan yang benar, Feng'Ge? Bukankah tujuan kita awalnya ke pegunungan utara? Apa kau tidak khawatir kita salah langkah?" tanya Bai Ling seolah memberikan arahan pada Xiao Feng supay tidak salah menentukan keputusan.Xiao Feng berjalan dengan tangan di punggung, wajahnya serius memandang ke arah depan, seakan sedang memikirkan perkataan Bai Ling barusan. "Aku tidak yakin, Bai'er. Tapi aku merasa ada sesuatu di kota Lanzhou yang lebih penting dari pegunungan utara. Jika yang mereka katakan tentang pasar budak di kota itu benar, maka tawanan dari utara pasti sudah dipindahkan ke sana. Lagipula, Lanzhou adalah pusat perdagangan besar. Sangat strategis untuk operasi mereka."Mendengar perkataan Xiao Feng barusan, Bai Ling menarik napas panjang
Di bawah naungan gelap malam, enam orang berdiri di sebuah bukit kecil yang menghadap langsung ke kota Lanzhou. Xiao Feng, Bai Ling, dan empat kakak seperguruannya memandang kota dengan lampu-lampu yang mulai meredup. Udara dingin berembus membawa suara angin malam, sementara mereka merancang langkah berikutnya dengan hati-hati.Qing Yue, kakak seperguruan tertua saat ini, menatap Xiao Feng dengan pandangan serius. "Jadi, apa rencanamu, Feng?"Mendengar pertanyaan itu, Xiao Feng menyapu pandangan ke arah kota. "Kita harus membagi tugas. Bai Ling dan aku akan masuk dari gerbang utara. Qing Yue dan Yang Zhan, kalian menyusup dari sisi barat. Sementara Lin Mei dan Jian Hong berjaga di luar untuk mencegah siapa pun kabur."Lin Mei, wanita pendekar dengan sikap tegas, mengerutkan alis. "Menjaga di luar? Kau ingin aku hanya berdiri menunggu? Feng, aku bisa melakukan lebih dari itu."Xiao Feng menatap Lin Mei dengan tenang. "Tugasmu tidak kalah penting, Kakak Li
Setelah pertarungan singkat di gerbang kota, Xiao Feng dan Bai Ling menyelinap masuk ke dalam Lanzhou. Kota itu tampak sepi, hanya beberapa cahaya obor yang menerangi jalan-jalan utama. Di kejauhan, terdengar suara samar musik dan tawa kasar, tanda bahwa pasar gelap sedang berlangsung."Pasar gelap pasti di tengah kota," ujar Xiao Feng dengan suara pelan. "Mereka mungkin sedang memperdagangkan budak-budak di sana."Bai Ling mengangguk. "Kita harus berhati-hati. Tempat seperti ini penuh dengan orang-orang licik dan penjaga bayaran."Saat mereka melangkah lebih jauh, Qing Yue dan Yang Zhan muncul dari gang sempit di sisi kanan."Kalian aman?" tanya Qing Yue, menatap Xiao Feng dan Bai Ling."Ya," jawab Xiao Feng singkat. "Bagaimana dengan kalian? Apa kalian melihat sesuatu?"Yang Zhan tersenyum tipis. "Kami melihat beberapa penjaga di sekitar pasar. Mereka tampak waspada, tapi tidak cukup kuat untuk menjadi ancaman serius. Apa rencanamu?"
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"
Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y
Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela