Bai Ling mengeluarkan kemampuan esnya. kipas esnya sudah terbuka dan dalam satu gerakan ia melepaskan gelombang energi yang menciptakan es, membuat semua lawannya membeku. Namun tidak hanya itu, dalam satu tarikan nafas berikutnya, ia memberikan satu kibasan lagi untuk menyapu bersih patung-patus manusia itu yang membuat mereka hancur menjadi debu. Bai Ling berdiri di antara mayat-mayat beku, kipas esnya terbuka lebar, mengalirkan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Wajahnya tetap tenang meski darah menetes dari luka kecil di pipinya. Para budak yang ia lindungi gemetar ketakutan, namun mereka juga tidak bisa mengalihkan pandangan dari wanita itu, seorang dewi penghancur yang membinasakan musuh tanpa ampun.“Berapa banyak lagi dari kalian yang ingin mati sia-sia?” ucap Bai Ling dengan dingin. Suaranya memecah kebisuan seperti hembusan angin musim dingin.Seorang prajurit Kota Naga Merah, yang tampak lebih nekat daripada lainnya, maju ke depan sambil menghunus pedangnya. “Kau ha
Bai Ling baru saja menyingkirkan gelombang terakhir prajurit yang menyerangnya. Tubuhnya tetap berdiri tegak meski napasnya mulai memburu. Hawa dingin yang memancar dari kipas esnya menciptakan lapisan es tipis di tanah sekitarnya. Namun, rasa lega yang sempat menyelinap di hatinya seketika lenyap ketika suara berat dan penuh wibawa terdengar dari arah barat.“Siapa yang berani membuat kekacauan di wilayah Kota Naga Merah?”Bai Ling mendongak, dan di sana, di atas awan tipis yang bergulung-gulung, tampak seorang pria tua melayang di udara. Rambutnya panjang, putih bersih seperti salju, mengalir hingga ke punggungnya. Kumis dan jenggotnya menjuntai lembut, memberikan aura seorang bijak, meski tatapan matanya tajam dan penuh tekanan. Dia mengenakan jubah merah tua dengan bordiran naga emas, melambangkan otoritas tertinggi di kota itu.“Siapa dia…?” gumam Bai Ling dengan napas tertahan.Salah satu budak yang berada di belakangn
Saat ini, Xiao Feng berdiri di tengah reruntuhan bangunan yang hangus. Tubuhnya penuh luka, akibat pertarungan yang tampak berat sebelah itu. Sementara itu,Wu Yue juga terluka cukup parah, tampak pria itu sedang berdiri dengan kaki terpincang-pincang berada tidak jauh di depannya. Udara di sekitar mereka penuh dengan energi liar yang dipancarkan dari kekuatan mereka masing-masing. Namun salah satu dari mereka tampak tersenyum sinis.“Kau memang tangguh, Xiao Feng. Tapi jangan kira aku akan menyerah begitu saja!” Dengan tarikan napas dalam, Wu Yue mengangkat kedua tangannya. Angin yang sebelumnya hanya melingkar di sekelilingnya kini berubah menjadi pusaran tornado. “Tornado Pemenggal Langit!”Pusaran angin raksasa meluncur ke arah Xiao Feng, menelan setiap reruntuhan yang ada di jalannya.Melihat kekuatan yang begitu besar menuju padanya, Xiao Feng memejamkan mata sesaat, merasakan aliran energi dari Kristal Naga yang bersinar di dalam tubuhnya. “Angin melawan angin?” gumamnya pelan.
Bai Ling berdiri tegak di tengah medan pertempuran yang telah berubah menjadi arena es yang dingin dan membekukan. Tubuhnya penuh keringat dingin, bukan karena takut, tetapi akibat energi yang ia keluarkan untuk melawan Yang Huai, tetua terkuat dari Kota Naga Merah. Udara di sekitar mereka penuh ketegangan, bercampur antara suhu beku dan panas membara dari kekuatan lima elemen yang dikuasai Yang Huai.“Rupanya kau adalah Ratu Es dari Utara, kau memang berbakat nona muda,” ujar Yang Huai dengan suara rendah namun menggema. “Tapi kau terlalu muda untuk melawanku. Aku telah menguasai kelima elemen selama puluhan tahun, jauh sebelum kau berada didunia ini.”Bai Ling tidak menjawab ia tahu ini adalah pertarungan hidup dan mati, ia tidak ingin terus bergantung pada Xiao Feng, maka dari itu ia mempertaruhkan semuanya dalam pertarungan ini. Dengan tatapan dingin, ia membuka kipas esnya lebar-lebar. Udara di sekitarnya langsung dipenuhi serpihan salju kecil dan dalam satu gerak
Saat itu Xiao Feng terengah-engah, tubuhnya dipenuhi luka kecil akibat bertarung melawan Chen Yang dan Luo Shan. Setelah pertempuran sengit dengan Chen Yang dan Luo Shan itu, entah mengapa ia berhasil meloloskan diri. Serangan petir terakhirnya telah menciptakan ledakan besar yang cukup untuk mengalihkan perhatian keduanya. Namun, kekuatan itu menguras hampir seluruh energinya, membuat ia harus bertahan dalam kondisi tersebut."Feng, jangan sampai kau mati di sini," pikirnya sambil melesat menuju lokasi Bai Ling. Bayangan Bai Ling, yang kini dikepung oleh ancaman baru, terus membayangi benaknya, membuat ia hampir kehilangan akal sehat.Dari kejauhan, Zhao Rui, yang sebelumnya hanya menjadi penonton pertarungan, menggertakkan giginya. Ia ingin membantu Xiao Feng saat melihat ketidakberdayaannya melawan dua Malaikat Kematian itu. Tapi kini, melihat Xiao Feng kabur, ia ragu."Dia terlalu keras kepala," gumam Zhao Rui sambil mengepalkan tinjunya. Namun, tatapannya b
Di tengah kekacauan yang terjadi, suara ledakan besar menggema dari arah barat. Tanah bergetar hebat, dan angin kencang berhembus menusuk tulang, membuat setiap orang di medan pertempuran refleks menoleh ke sumber suara. Bahkan Yang Huai, yang selama ini terlihat tenang dan penuh percaya diri, mendadak menghentikan gerakannya.“Apa itu?” tanya Wu Yue dengan nada penuh keterkejutan. Wajahnya tampak pucat,sedangkan matanya berusaha menembus kabut tebal yang berputar di kejauhan.Sementara Xiao Feng, yang berdiri sambil menahan rasa sakit di tubuhnya, menyipitkan mata, berusaha mengenali sosok yang muncul perlahan dari balik kabut. Aura yang dipancarkan begitu menekan, seolah-olah menghisap seluruh udara di sekitar. Di antara riuhnya medan pertempuran, semuanya mendadak hening seketika.Dari dalam kabut asap yang kian menipis, terlihat sebuah siluet melayang rendah di udara. Sosok itu tidak menggunakan jurus meringankan tubuh biasa; ada sesuatu ya
Beberapa saat yang lalu. Di tengah hutan yang gelap dan lebat, para budak yang sempat melarikan diri akhirnya berhenti di sebuah area terbuka kecil. Mereka duduk dengan napas tersengal, mencoba mengatur diri setelah pelarian panjang. Namun, ketenangan mereka tidak bertahan lama. Langkah kaki berat yang disertai aura gelap menyelimuti tempat itu.Feng Qian, Malaikat Kegelapan, muncul dengan senyuman dingin di wajahnya. Rambut hitam panjangnya berkibar di bawah angin malam, dan matanya yang penuh kebencian menatap para budak yang kini membeku ketakutan.“Jadi, kalian berpikir bisa lari dari kami?” Feng Qian berbicara dengan nada datar, namun ancaman dalam suaranya terasa nyata.Mendengar perkataan Feng Qian beberapa budak yang lebih lemah hanya bisa berlutut, menyerahkan diri mereka berfikir panjang seolah mereka bersiap menerima resiko akan tindakan mereka yang mencoba untuk melarikan diri. Tetapi di antara mereka, ada yang mencoba bangkit dan berlari
Setelah kepergian Feng Qian dan Zhou Rui, hutan yang sebelumnya terasa tegang kini dipenuhi keheningan. Xiao Feng dan Bai Ling berjalan mendekati para budak yang masih tampak ketakutan. Salah satu dari mereka, seorang gadis kecil bernama Xiaolian, berlari ke arah mereka. Wajahnya yang mungil menyiratkan kebahagiaan yang tulus saat melihat Xiao Feng dan Bai Ling telah kembali.“Paman Pendekar! Bibi Bai Ling! Kalian hebat sekali, seperti pahlawan dalam cerita!” seru Xiaolian dengan mata berbinar.Xiao Feng mengusap kepala gadis kecil itu dengan lembut, tetapi ketika Xiaolian teringat sesuatu, ekspresinya berubah drastis. Senyum di wajahnya memudar, tergantikan oleh duka mendalam.“Apa yang terjadi, Xiaolian?” tanya Bai Ling, suaranya lembut namun penuh perhatian.“Ayah… Ayahku… dia... dia sudah pergi, dibunuh oleh orang-orang jahat itu,” jawab Xiaolian, suaranya bergetar. Air mata mengalir di pipinya.
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"
Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y
Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela