Beranda / Romansa / Takdir Cinta / Tamu Istimewa

Share

Tamu Istimewa

Penulis: Yetti S
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nadya tiba di kantor penyedia jasa keamanan tepat pukul dua siang. Dia melangkah anggun kearah meja resepsionis.

"Mbak, saya mau bertemu dengan Pak Devan. Nama saya Nadya Darmawan, saya sudah ada janji dengan beliau." Nadya tersenyum menatap resepsionis itu.

"Sebentar, Bu. Silakan duduk dulu!" ujar resepsionis itu ramah.

"Terima kasih," ucap Nadya. Dia kemudian melangkah ke arah kursi tunggu yang disediakan di dekat meja resepsionis. Dia menunggu sambil  memainkan telepon genggamnya. Sesekali dia melirik ke arah resepsionis untuk melihat wanita muda itu yang sedang melakukan penggilan telepon dengan seseorang.

Beberapa menit kemudian, resepsionis itu datang menghampirinya.

"Ibu, Pak Devan sedang meeting. Sekretarisnya bilang, Ibu diminta untuk menunggu di ruangan Pak Devan, di lantai lima. Mari saya antar, Bu!" ajak resepsionis itu kemudian mengarahkan Nadya untuk menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai lima.

Nadya dan resepsionis itu akhirnya sampai di lantai lima tempat ruangan Devan berada. Mereka disambut oleh Shila, sekretaris Devan.

"Ibu Nadya, kenalkan saya Shila, sekretaris Pak Devan. Bapak sedang meeting, tapi sebelumnya beliau berpesan agar meminta Ibu untuk menunggunya di ruangan beliau," ucap Shila. Dia lalu membukakan pintu untuk Nadya.

"Terima kasih," sahut Nadya ramah.

Nadya duduk di sofa yang ada di tengah ruangan. Ruangan itu tidak jauh berbeda dengan ruangannya di Darmawan Group. Hanya saja ada perbedaan antara ruangan Devan dengan ruangannya. Ruangan Devan sama sekali tidak ada foto di sana. Sedangkan ruangannya ada beberapa foto dirinya terpajang di meja kerjanya.

Nadya memainkan telepon genggamnya untuk mengisi waktu luang sambil menunggu kedatangan Devan.

Dia melihat foto dirinya dan Amelia, adiknya yang sekarang tidak diketahui keberadaannya. Hatinya perih saat mengetahui adiknya pergi dari rumah demi seorang laki-laki.

Nadya menghela napas panjang memikirkan keberadaan adiknya saat ini yang entah ada di mana dan bagaimana keadaannya pun, dia tidak tahu. Memikirkan hal itu membuat kepalanya pening.

Sementara itu di ruang lainnya, tampak seorang laki-laki memperhatikan Nadya dari layar CCTV yang tersambung di laptopnya. Dia menatap layar CCTV di sela-sela meeting yang sedang dia ikuti, dengan mata yang tak berkedip.

‘Nadya.’ batin laki-laki itu.

Laki-laki itu adalah Devan Airlangga, Wakil Direktur PT Jasa Utama yang bergerak di bidang penyedia jasa keamanan. Dia menatap tamu cantik yang kini sedang ada di dalam ruangannya, duduk dengan anggun yang membuat Devan terpesona. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita itu kembali.

Devan memperbesar layar laptopnya untuk memperjelas sosok tamu cantiknya itu. Dia menikmati sosok wanita itu yang memiliki wajah yang cantik khas wanita blasteran. Tubuh ramping yang dibalut setelan kerja yang pas di tubuhnya membuat wanita itu tampil elegan. Rambut lurusnya tergerai sampai bahu yang ujungnya sedikit ikal menambah nilai tersendiri bagi wanita itu.

Devan menghela napas saat menyadari wanita itu kini sudah memiliki suami. Dan seketika dia langsung menutup tampilan CCTV di layar laptopnya. Dia beranggapan, wanita itu sudah bersuami maka sangat tidak pantas apabila dia memperhatikan wanita itu.

Setelah berlangsung selama kurang lebih dua jam, meeting itu akhirnya selesai. Devan segera berjalan ke arah ruangannya dengan langkah lebar.

“Tamu Bapak sudah menunggu di ruangan sejak tiga puluh menit yang lalu.” Shila memberitahukan tentang keberadaan Nadya saat dilihatnya atasannya itu akan memasuki ruangan.

“Iya, terima kasih,” sahut Devan. Dia kemudian memutar handle pintu untuk membuka pintu ruangannya.

“Selamat siang! Maaf telah menunggu lama,” sapa Devan pada tamunya sopan. Dia pura-pura belum mengetahui identitas tamu tersebut.

Nadya lalu menoleh ke arah sumber suara. Dan betapa terkejutnya Nadya saat dilihatnya seorang pria yang sangat dia kenal. Dan sampai saat ini masih mengisi relung hatinya.

“Mas Devan,” ucap Nadya.

“Hai Nad! apa kabar?” sapa Devan ramah.

Devan langsung mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan Nadya.

Nadya langsung menerima uluran tangan Devan seraya berkata, “Kabarku baik, Mas Devan. Kamu juga baik kan, Mas?” tanya Nadya dengan menampilkan senyum manisnya, yang membuat hati Devan seketika berdesir melihat senyuman yang selama dua tahun ini dia rindukan.

“Seperti yang kamu lihat. Alhamdulillah kabarku baik, Nad, dan aku senang bisa bertemu lagi denganmu,” ucap Devan.

Dia lalu berjalan ke arah meja kerjanya untuk menaruh beberapa berkas, juga laptopnya di atas meja itu. Kemudian dia melangkah dan duduk di sofa berhadapan dengan Nadya.

 “Ah, kamu rupanya membiarkan teh hangat ini menjadi dingin. Silakan diminum!” ujar Devan ramah.

“Terima kasih. Hal ini karena masalah yang sedang kami hadapi, membuat aku lupa kalau ada teh hangat di meja,” Sahut Nadya.  Dia lalu menyeruput teh yang sudah dingin itu.

Devan memperhatikan Nadya yang minum teh itu dengan perlahan. Gerakannya sangat anggun yang membuat dia kembali teringat masa lalunya yang indah bersama dengan wanita itu.

“Jadi tujuan aku kemari adalah ingin meminta bantuan, karena adikku hilang.” Nadya memulai pembicaraan akan maksud kedatangannya ke kantor itu siang ini.

Devan seketika terkejut mendengar ucapan Nadya. Dia mengerutkan keningnya seraya berkata, “Adikmu hilang? apa dia diculik?” Devan kemudian menegakkan tubuhnya. “Apa mereka sudah mengirimkan pesan untuk meminta uang tebusan? apa keluargamu sudah melaporkan ke pihak yang berwajib?”

“Tidak, kejadian sebenarnya tidak seperti itu. Amelia, melakukannya sesuai dengan keinginannya,” ucap Nadya dengan suara perlahan.

“Maksudmu?” tanya Devan bingung.

“Maksud aku, Amelia pergi dari rumah dengan kekasihnya.” Nadya akhirnya dapat bernapas lega setekah mengucapkan hal yang sebenarnya.

Devan mengerutkan dahinya dan menghela napas panjang.

“Kami tidak melapor ke pihak berwajib karena tidak mau perihal perginya Amelia dari rumah diketahui oleh publik, yang bisa mencoreng nama baik keluarga. Karena itu aku kesini meminta bantuan agar adikku dapat kembali dalam keadaan sehat dan aman.” Nadya mulai mengungkapkan tujuannya datang ke kantor pria itu.

Devan menganggukkan kepalanya. Dia mulai mengerti inti permasalahan yang sedang dialami oleh wanita cantik yang sedang duduk di hadapannya. Dan dia sebagai seorang profesional di bidangnya bersedia membantu. Dia akan mengerahkan segenap kemampuannya agar dapat membawa adik Nadya kembali ke rumah dengan selamat tanpa kurang satu apapun.

Di saat bersamaan, pintu ruangan Devan diketuk seseorang.

Tok...tok...tok.

“Masuk,” ucap Devan.

Pintu itu lalu terbuka dan menampilkan sosok seorang pria yang juga berpostur sama dengan Devan, tinggi dan tegap.

“Hai, Don. Sudah selesai urusannya?” tanya Devan yang diangguki oleh pria itu, yang kini duduk di samping Devan.

Pria itu kemudian menatap Nadya dan seulas senyum terbit dari bibir pria yang bernama Doni.

“Selamat siang, Bu Nadya. Perkenalkan, saya Doni. Saya yang tadi berbicara dengan Ibu di telepon. Dan saya telah meminta Pak Devan untuk membantu Ibu,” ucap Doni.  Dia kini mengulurkan tangannya kepada Nadya.

Nadya menerima uluran tangan Doni seraya berucap, “Selamat siang, Pak Doni. Terima kasih sudah mengarahkan saya untuk bertemu dengan Pak Devan. Selanjutnya saya tinggal menunggu kalian untuk segera bergerak mencari adik saya.”

Doni tertegun. Dia lalu menatap ke arah Devan seraya bertanya, “Apa masalahnya, Dev?”

Devan lalu menceritakan masalah yang dialami oleh adik Nadya, secara rinci dan jelas yang membuat pria itu menganggukkan kepalanya.

Doni kemudian menatap Nadya lekat seraya berkata, “Bisa diberikan keterangan secara detail saat terakhir adik Anda berada di rumah? Apa dia menunjukkan tingkah laku yang aneh menurut Anda? yang membuat dia kabur dari rumah?” tanya Doni.

Nadya terdiam sejenak, mencoba untuk mengingat keadaan adiknya saat terakhir kali. Sebelum dia pergi meninggalkan rumah.

                                                                       

Bab terkait

  • Takdir Cinta   Penjelasan Nadya

    Nadya mengingat terakhir kali dia berinteraksi dengan adiknya. Saat itu dia sedang menginap di rumah orangtuanya, karena ada acara keluarga di sana. Dia memang sudah dua tahun ini pindah ke apartemen. Dan itu disebabkan karena orangtuanya yang telah ikut campur dalam urusan pribadinya.Malam itu Nadya melihat adiknya yang dikenal sebagai orang yang periang tiba-tiba berubah menjadi pendiam. Nadya yang melihat perubahan itu, tentu saja penasaran dengan sikap adiknya yang berubah seratus delapan puluh derajat.Saat itu, Amelia mengatakan kalau dia merasa tertekan. Tapi, dia tidak mengatakan penyebabnya. Dan akhirnya, adiknya itu lebih memilih pergi dari rumah untuk hidup bersama dengan kekasihnya.Kini Nadya hanya bisa termenung memikirkan adiknya yang entah ada di mana keberadaannya saat ini."Bagaimana Bu Nadya? Apa anda sudah ingat terakhir anda berinteraksi dengan adik anda?" tanya Doni lagi.Nadya menganggukkan kepalanya. Lalu dia meraih telepon genggamnya yang tergeletak di atas m

  • Takdir Cinta   Skenario

    Nadya dan Devan segera tersadar ketika terdengar suara Doni yang membuyarkan lamunan mereka. Devan segera mengusap wajahnya, kasar. “Jelaskan skenario yang telah kamu buat,” ucap Devan mengalihkan pandangannya ke arah Doni. “Aku membuat skenario untuk perjalanan kalian, bahwa nanti kalian akan berperan sebagai pasangan suami istri,” tukas Doni dengan menatap wajah Nadya dan Devan secara bergantian. “Hah! Apa?!” seru Devan dan Nadya secara bersamaan. “Aku membuat skenario ini untuk memudahkan perjalanan kalian nanti. Kita kan tidak tahu di mana saat ini Amelia berada. Jadi kita masih menerka-nerka keberadaan Amelia. Hal itu pastinya akan memakan waktu yang lama, karena kalian akan selalu berpindah tempat. Dan itu memerlukan status kalian yang selalu pergi bersama di beberapa tempat. Skenario yang paling tepat untuk kalian adalah dengan menjadikan kalian pasangan suami istri untuk melengkapi perjalanan kalian,” jelas Doni lagi yang membuat Devan dan Nadya terdiam. Mereka sibuk denga

  • Takdir Cinta   Cerita Masa Lalu

    London, saat musim semi.Seorang gadis muda belia yang sangat cantik berjalan tergesa-gesa menuju kampusnya pagi itu. Dia hari ini ada kuliah pagi dan sekarang sudah terlambat sekitar lima belas menit lamanya. Tapi, karena dia berjalan tergesa-gesa, gadis itu tidak melihat kalau ada seorang pria yang sedang mengikutinya semenjak dia keluar dari apartemennya. Tepat saat gadis itu akan menyeberang jalan, laki-laki itu menyambar tas milik gadis muda nan cantik yang seketika menjerit saat seorang laki-laki tak dia kenal menyambar tasnya.Jeritan gadis itu menarik perhatian orang yang ada di sekitar sana, tak terkecuali seorang pemuda tampan bertubuh tinggi tegap yang saat itu memakai seragam tentara. Pemuda itu segera meraih tubuh laki-laki yang akan berlari dengan membawa hasil rampasannya. Lalu di pukulnya tubuh laki-laki itu dengan sangat keras yang membuatnya terhempas di atas trotoar.Diambilnya tas milik gadis muda itu kemudian diserahkan ke pemiliknya.“Thank you, Si

  • Takdir Cinta   Mulai Penyelidikan

    “Lalu apa rencanamu kini untuk menemukan keberadaan Amelia?” tanya Doni berusaha mengalihkan perhatian Devan dari masa lalunya.“Besok pagi aku akan ke rumah sakit tempat kekasih Amelia itu bekerja. Dari sana aku akan berusaha mencari tahu asal usul pria itu dan mencari alamatnya. Kalau sudah dapat, dan bisa diperkirakan mereka ada dimana, aku akan informasikan ke Nadya untuk siap-siap melakukan perjalanan,” sahut Devan. Dia kemudian berdiri dan melangkah ke arah pintu. Belum sempat Devan memutar handle pintu, Doni tiba-tiba memanggilnya.“Devan! Jangan pulang dulu!” seru Doni menghentikan langkah Devan.“Ada apa, Don?” tanya Devan kembali mendekati sahabatnya yang masih duduk di sofa.“Kita makan malam bareng, yuk!” ajak Doni dengan tatapan penuh permohonan pada sahabatnya itu. “Sekalian membahas tentang rencana kamu itu.”“Aku sih tidak masalah, tapi bagaimana dengan istri kamu?” tanya Devan yang kemudian duduk kembali di sofa.“Aku akan telepon dia dan ijin pulang malam. Dia pasti

  • Takdir Cinta   Dokter Reza Wicaksana

    Ping.Suara notifikasi pesan masuk terdengar dari telepon genggam Nadya. Gadis itu mengabaikan sejenak pesan tersebut, karena dia sedang ada meeting dengan jajaran direksi siang ini. Senyum Nadya mengembang dari bibirnya, ketika dia akhirnya melihat pesan yang masuk ke dalam telepon genggamnya, pesan dari Devan. Dia langsung membuka dan membaca pesan yang Devan kirimkan beberapa menit yang lalu. Pesan itu hanya memberitahu Nadya, bahwa Devan sudah mengetahui perkiraan keberadaan Amelia dan kekasihnya saat ini.Nadya kemudian menelepon Devan untuk segera mengetahui rencana pria itu selanjutnya. Dia tekan tombol angka untuk menghubungi mantan kekasihnya itu. Dan dalam hitungan ketiga, panggilan telepon Nadya akhirnya diangkat oleh Devan.“Halo, Nad,” sapa Devan di seberang sana.“Halo, Mas. Bagaimana, sudah dapat informasi yang lengkap mengenai Amelia dan kekasihnya itu?” tanya Nadya di telepon.“Iya, masih sedikit informasi yang sudah aku dapatkan. Tapi, aku sudah tahu perkiraan kebera

  • Takdir Cinta   Titik Terang

    Nadya memandang ke arah pria yang dimaksud oleh Keisha dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia melihat saat ini Keisha tersenyum simpul saat memandang pria tampan itu mulai duduk di kursi yang berjarak tidak jauh dari mejanya. Seketika ada perasaan tidak rela saat sahabatnya ini memuja pria itu yang ternyata adalah Devan, mantan kekasihnya.Nadya terus menatap Devan. Hingga akhirnya tatapan mereka bertemu ketika secara tak sengaja, Devan menoleh ke arah tempat Nadya duduk.Devan tersenyum kala melihat Nadya yang ternyata juga ada di tempat yang sama dengan dirinya. Dia lalu beranjak dari kursi dan berjalan ke arah wanita cantik yang telah menghuni hatinya."Hai, Nad!" sapa Devan ramah ketika dia sudah sampai di meja Nadya."Hai, Mas!" balas Nadya menyapa Devan.Interaksi mereka berdua sontak membuat Keisha membulatkan matanya, apalagi saat ini Devan terlihat sangat ramah terhadap Nadya. Sikap Devan terlihat sangat jauh berbeda ketika bertemu dengan dirinya beberapa waktu yang lalu di

  • Takdir Cinta   Pencarian Amelia

    Devan sudah selesai berdiskusi dengan temannya ketika dia melihat Nadya dan Keisha masih ada di mejanya. Dia lalu mendekati wanita itu untuk berdiskusi tentang rencana kepergian mereka. “Nad! besok pagi kamu siap-siap, ya. Kita mulai melakukan perjalanan. Aku akan pesan tiket pesawat untuk besok dan aku akan menjemput di rumah kamu besok pagi,” ucap Devan saat dia sudah berada di meja Nadya. “Aku sekarang tinggal di apartemen, tidak tinggal di rumah orangtua lagi, Mas.” Nadya menjelaskan sambil melirik sekilas ke arah Keisha yang mencuri pandang ke arah Devan . Senyum mengembang dari bibir Devan, saat mengetahui kalau Nadya sudah tidak tinggal bersama dengan orangtuanya lagi. Dia sebenarnya malas kalau harus menjemput Nadya ke rumah orangtuanya dan bertemu dengan orangtua Nadya. Tapi, rupanya keberuntungan masih berpihak padanya karena ternyata Nadya sudah tinggal sendiri saat ini. “Aku akan info alamat apartemenku melalui pesan ya, Mas,” ujar Nadya yang diangguki oleh Devan. Pi

  • Takdir Cinta   Pasangan Suami Istri

    Mereka sampai di Hotel A tiga puluh menit kemudian. Devan dan Nadya berjalan menuju meja resepsionis, untuk meminta kunci kamar yang telah Doni pesan untuk mereka.“Mbak, saya mau kasih informasi kalau Pak Doni sudah memesan kamar atas nama Devan di hotel ini. Dan sekarang saya mau check in kamar yang sudah di pesan oleh beliau, ini kartu identitas saya,” ucap Devan. Dia lalu meletakkan kartu identitasnya di atas meja resepsionis itu.“Oh, Pak Devan. Kemarin memang Pak Doni telah memesan kamar paket bulan madu untuk Bapak dan Istri. Ini kunci kamarnya, Pak. Selamat menikmati fasilitas yang ada di hotel kami ini dan selamat berbulan madu,” tukas resepsionis itu dengan tersenyum ramah.Devan dan Nadya saling berpandangan. Mereka lalu tersenyum dan kemudian melangkahkan kaki ke kamar yang telah Doni pesan untuk mereka.Sesampainya di kamar, mereka kembali dikejutkan oleh suasana kamar yang terkesan romantis. Kamar itu dihiasi oleh beraneka macam bunga yang tersebar di lantai dan di atas

Bab terbaru

  • Takdir Cinta   Buka Puasa Ala Devan

    Mengetahui hal itu, Devan segera berantisipasi dengan selalu ada di dekat istrinya itu. Dia cuti selama lima hari kerja, sehingga masih bisa menemani istrinya di rumah.“Kamu tenang aja, Sayang. Kamu nggak sendiri, kok. Ada Mas dan baby sitter yang akan membantu kamu nanti untuk mengurus bayi kembar kita. Mama juga akan siap membantu kok. Jadi jangan panik, ya. Kamu pasti bisa,” hibur Devan.Nadya menganggukkan kepalanya dan tersenyum menatap sang suami. Dia lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Dan memejamkan matanya. Namun, tak lama terdengar tangisan Deny. Nadya kemudian membuka kembali kelopak matanya seraya berkata, “Bawa kemari, Mas. Sini aku kasih ASI.”Devan tersenyum dan meraih bayi laki-lakinya dari baby crib, lalu menyerahkan pada Nadya. Bayi laki-laki yang tampan itu kemudian menyusu dengan lahap. Hingga setelah beberapa menit, bayi itu selesai menikmati ASI sang mama. Belum sempat Nadya menutup kembali pakaiannya, Dendy pun menangis. Hal itu membuat Nadya mengusap

  • Takdir Cinta   Baby Blues

    “Congratulations!!”Nadya yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi ditemani oleh Devan, terkejut ketika membuka pintu kamar mandi. Mereka disambut oleh Kayden dan Carissa.Mereka membawa satu kotak kue dan bunga untuk Nadya. Carissa segera memeluk dan mencium pipi Nadya kiri dan kanan bergantian. Sedangkan Kayden hanya bersalaman dengan Nadya.“Terima kasih, ya. Kalian jadi repot bawain kue dan bunga segala,” sahut Nadya terharu.“Anak kalian ganteng-ganteng dan cantik. Mudah-mudahan aku dan Carissa cepat diberi momongan juga,” ucap Kayden sambil mengedipkan sebelah matanya pada Carissa, yang seketika menjadi tersipu.“Aamiin. Semoga doa kamu dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa,” sahut Devan.“Nadya, aku salut sama kamu yang sudah menjadi ibu dari ketiga bayi yang lucu dan menggemaskan ini. Bagaimana hamil anak kembar tiga?” tanya Carissa penasaran.“Rasanya sudah pasti senang, tapi saat perut sudah membesar berat juga bawa perutnya,” sahut Nadya.“Tenang saja, Sayang. Nanti kalau kam

  • Takdir Cinta   Nama Bayi

    Kini hanya ada Nadya dan Devan di ruang rawat inap itu. Setelah Runi pulang, Devan pun memberitahu mertuanya tentang Nadya yang sudah melahirkan. Laura, ibu Nadya sangat senang mendengar kalau anaknya sudah melahirkan. Beberapa bulan yang lalu anak bungsunya sudah memberinya seorang cucu. Kini Nadya memberikan tiga cucu sekaligus padanya. Hati Laura pun begitu bahagia. Dia mengatakan pada Devan, akan segera ke rumah sakit.Tangan Nadya kini berada dalam genggaman tangan Devan. Seluruh wajahnya pun sudah dihujani kecupan oleh suaminya yang tampak bahagia itu.“Nad, terima kasih. Terima kasih, kamu sudah berjuang untuk melahirkan anak-anak kita. Kamu seorang wanita yang hebat. Aku bahagia, Nad,” bisik Devan di telinga Nadya.“Aku juga bahagia, Mas. Rasanya aku menjadi wanita yang sempurna setelah melahirkan ketiga anak kita.” Nadya menarik wajah Devan untuk dia cium dengan penuh kasih sayang.Telapak tangan Nadya mengusap rahang kokoh Devan dengan lembut. Dia merasa hidupnya terasa leng

  • Takdir Cinta   Jadi Seorang Ibu

    Runi dengan dibantu Mang Ujang memapah tubuh Nadya menuju mobil yang sudah siap sedia. Nadya dan Runi berada di kursi penumpang bagian belakang.“Bibi...nanti kalau suami saya pulang dari main golf, katakan kalau saya membawa Nadya ke rumah sakit. Nadya mau melahirkan,” ucap Runi yang diangguki oleh asisten rumah tangganya.“Iya, Bu,” titah si Bibi patuh.Setelah itu, Mang Ujang mengemudikan mobil keluar dari halaman rumah dengan kecepatan agak tinggi.Sementara itu, Runi tetap melakukan panggilan telepon pada Devan, hingga akhirnya panggilan teleponnya diangkat juga oleh anaknya itu.“Halo, Mama. Maaf aku baru angkat teleponnya, tadi habis meeting dan telepon genggam aku tertinggal di meja kerjaku,” ucap Devan di seberang sana.“Keenan...saat ini Mama sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Mama mengantar Nadya ke sana karena perut Nadya sudah mulai mulas terus dari tadi. Sepertinya akan melahirkan,” sahut Runi.“Ok, Ma. Aku akan menyusul ke sana. Tolong jaga istri aku ya, Ma. Aku tu

  • Takdir Cinta   Tendangan Si Triplets

    Enam bulan kemudian.Devan menghujani perut istrinya dengan kecupan. Telapak tangannya yang lebar pun mendarat di sana.“Hey, kalian capek habis bermain tadi, ya?” tanya Devan sambil terus mengelus perut istrinya yang telah kembali seperti semula, tidak ada tonjolan di sana-sini.“Mereka istirahat dulu lah, Mas. Mungkin mereka kasihan sama Mamanya, karena perut Mamanya jadi sakit akibat gerakan mereka,” timpal Nadya.Devan terus meraba-raba perut Nadya, berharap kalau ada gerakan dari dalam sana karena merasakan sentuhannya.“Ya sudah deh, kalian istirahat dulu. Tapi, kalian bertiga yang akur, ya, di dalam sana. Kalian akur di dalam perut Mama saat ini, dan nanti kalian juga harus akur saat sudah lahir, ok,” ucap Devan yang kembali menghujani perut sang istri dengan kecupan.Tak lama setelah Devan mengecup perut sang istri, wajah Devan terasa ada yang menendang dari dalam perut Nadya. Hal itu tentu saja membuat Devan dan Nadya tertawa senang.“Mereka merespon ucapan dan sentuhan aku,

  • Takdir Cinta   Menjadi Satu

    Dua bulan kemudian.Tiba saatnya pernikahan antara Kayden Carissa dilangsungkan. Pernikahan itu sendiri digelar di salah satu hotel bintang lima, di Jakarta. Tampak pengamanan yang cukup ketat dari aparat kepolisian, maupun dari pihak keamanan hotel. Hal itu agar pernikahan tersebut berjalan dengan kondusif.Di salah satu ruang di hotel itu, yang di jadikan ruang ganti pengantin, tampak Carissa melihat tampilan dirinya di cermin saat dia sudah selesai dirias oleh seorang make-up artis. Runi, Ibunda Kayden itu memilihkan busana pengantin untuk Carissa dan Kayden di butik sahabatnya, tempat dimana Devan dan Nadya dulu menggunakan busana pengantin dari butik tersebut. Ibunda Carissa menatap takjub wajah anaknya yang kini tampil memukau. Wajah cantik Carissa semakin cantik dengan riasan sempurna dari make-up artis tersebut. Tubuh ramping Carissa berbalut kebaya warna putih dan kain batik coklat yang menyempurnakan penampilan gadis itu di hari bahagianya, pada hari ini.“Anak Mama cantik s

  • Takdir Cinta    Lamaran Kayden

    Kini mereka sudah ada di dalam mobil Kayden, yang akan mengantar Carissa pulang ke rumah. Tidak ada percakapan yang tercipta selama beberapa menit mereka di dalam mobil. Hingga akhirnya Kayden membuka suara.“Kamu pakai make-up, ya?” tanya Kayden menoleh sekilas ke arah Carissa, lalu dia menatap kembali ke arah jalan raya.“Eh, pakai make-up? Nggak kok, Kak. Aku hanya pakai bedak bayi. Di tas aku cuma ada bedak bayi saja. Aku juga nggak pernah pakai lipstik. Penampilanku selalu seperti ini saat kerja juga. Aku tergolong orang yang nggak bisa dandan,” jawab Carissa yang seketika pipinya memanas kala Kayden tiba-tiba bertanya demikian, yang artinya pria itu tengah memperhatikannya.Sementara itu, Kayden merutuki mulutnya yang seenaknya bertanya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa mulutnya sangat lancang bicara, padahal dirinya bukan sekali ini bertemu dengan Carissa. Sudah dua kali! Pertama kalinya ketika gadis itu menemani ibunya datang ke rumah orangtuanya, dan yang kedua, tadi malam s

  • Takdir Cinta    Obrolan Pagi Hari

    “Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya mengganti pakaian kamu yang kotor yang terkena muntahan kamu. Semalam kamu mabuk berat. Kamu bilang padaku saat masih setengah sadar, kalau kamu tidak mau diantar pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Sehingga aku membawa kamu ke apartemenku. Di sini tidak ada pakaian wanita, jadi aku memakaikan kamu kaos milikku sebagai ganti pakaian kamu yang kotor.” Kayden menatap wajah cantik Carissa yang kini tengah merona.“Jadi kakak lihat semuanya, dong,” ucap Carissa lirih. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia merasa risih mengetahui Kayden melihat bagian dalam tubuhnya.“Iya. Nggak apa-apa juga kali, Ris. Kita juga nantinya akan menikah,” sahut Kayden santai. Dia tersenyum geli melihat Carissa yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Kayden melihat gadis cantik ini memang masih polos. Kayden menilai kalau usia gadis ini sekitar pertengahan dua puluhan. Semalam gadis ini bilang padanya saat masih tersadar kalau kemarin dia tengah ber-ula

  • Takdir Cinta   Tatapan Mata

    “Ayo pulang, Rissa!” ajak Kayden setelah pria yang mengganggu Carissa pergi meninggalkan mereka. Kayden memapah tubuh Carissa yang seringan kapas baginya. “Kak, jangan bawa aku pulang! aku takut Mama sama Papa akan marah kalau melihat aku seperti ini.” Carissa lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang Kayden. “Kenapa kamu sampai mabuk? lalu kamu kemari bawa mobil?” tanya Kayden sambil terus berjalan keluar klub itu dengan tangan kanannya menahan tubuh Carissa agar tidak terjatuh.“Aku hari ini berulang tahun. Teman-temanku mengajak aku ke klub itu untuk merayakan ulang tahunku. Dua temanku menjemput ke rumah jadi aku nggak bawa mobil. Mereka membawa aku ke klub karena aku sebelumnya memang tidak pernah masuk dan minum di klub malam, jadi mereka bilang akan mengajari aku supaya tidak ketinggalan jaman. Aku langsung mabuk setelah menghabiskan satu setengah gelas minuman beralkohol itu.” Carissa berbicara sambil tersenyum. Dalam pandangannya orang-orang di sekitarnya termasuk Kayden t

DMCA.com Protection Status