Saat ini Gavin sedang berbaring dekat Sena, ia memandangi wajah istrinya yang damai dalam tidurnya. Cantik yang tidak membosankan, itulah hal yang paling Gavin suka pada Sena. Memandang wajahnya kini menjadi candu untuk Gavin. Dalam hati Gavin mengatakan akan berusaha mencintai Sena dan akan membuat Sena terlindungi di dekatnya. Yang paling terpenting Gavin membuat Sena mencintainya.
Tidak berselang lama wajah sang istri berubah gelisah. Nafasnya memburu dengan kening yang berkeringat. Kegelisahan wajahnya kini berubah menjadi ketakutan. Gavin terlihat cemas lalu berusaha membangunkan Sena. Gavin menebak jika Sena sedang mimpi buruk. Sena yang terbangun mencoba meniminalisir perasaannya.
Setetes air mata jatuh mengaliri pipi Sena. Mimpi buruk itu masih membuat Sena ketakutan. Bayangan Bagas belum sepenuhnya hilang dari ingatannya. Sena sangat benci dengan hadirnya kembali Bagas di dalam hidupnya.
“Sena,” panggil Ga
Saat itu keluarga Aditama sedang menikmati suasana malam mereka di halaman belakang rumah. Mereka bersantai sambil bercerita tentang kegiatan mereka hari itu. Tempat itu menjadi spot favorit keluarga Aditama. Halaman belakang mereka terdapat fasilitas kolam renang dan juga area gym. Terdapat juga berbagai jenis tanaman yang tumbuh subur sehingga menjadi area yang menghasilkan oksigen bersih. Tidak ada bosannya jika mereka sudah berada di tempat itu.Keadaan Sena yang sudah mulai tenang memberanikan diri keluar kamar setelah di bujuk oleh Gavin. Dengan sabar Gavin menemani Sena sepanjang hari. Saat ini mereka berjalan menuju halaman belakang untuk bergabung dengan keluarga lainnya. Sambutan hangat keluarga Aditama ketika melihat Sena datang menghampiri.“Hey Sena, bagaimana keadaan kamu, sudah membaik? Tidak ada yang luka kan?” Tanya Bu Dila lembut, beliau ingin memastikan kondisi Sena saat itu.“Alhamdu
Malam telah berlalu dan pagi pun menyambut hari yang baru. Tidak lupa sebagai makhluk Tuhan, Sena bersyukur karena telah di beri ketenangan hati untuk mengawali harinya. Suasana hati yang kembali tentram, membuat Sena bersemangat memasak untuk sarapan keluarga besarnya. Sena melakukan itu dengan suka rela dan melarang ART di rumah Aditama untuk membantunya. Sena mulai membuka kulkas dan memeriksa bahan pangan mentah yang siap untuk ia olah. Bahan makanan yang terdapat di kulkas sangat lengkap. Tersedia sayuran, buah buahan, sereal dan lainnya. Isi kulkas tersebut menjadi primadona jika orang melihatnya. Saat itu Sena memutuskan untuk membuat bubur ayam, nasi goreng dan juga aneka buah buahan. Tidak lupa, Sena juga membuat minuman susu dan juga teh hijau panas. Satu persatu masakan Sena telah matang. Tidak lupa, sebelumnya Sena menyicipi masakan buatannya untuk mengetahui rasanya sudah pas atau justru keasinan. Setelah di rasa sudah pas,
Mereka sedang menikmati masakan Sena dengan lahap. Keluarga itu makan dengan tenang tanpa mengeluarkan suara. Hal itu sudah menjadi ajaran Pak Arka yang melarang berbicara ketika makan. Keluarga Aditama terus memuji masakan Sena yang sangat enak. Bahkan Chika meminta ijin pada Sena untuk membawa masakan nasi gorengnya ke sekolah untuk bekal. Gavin menyudahi makannya dengan minum segelas air putih. Gavin lalu mengamati seluruh keluarganya apakah sudah menyelesaikan makannya atau belum. Keluarganya yang sudah menyelesaikan makannya, Gavin memberanikan diri untuk berbicara. “Pa ma, aku ingin mengatakan jika mulai besok, aku dan Sena akan menginap di asrama. Kami menginap selama tiga hari. Ada pekerjaan yang penting yang tidak bisa aku tinggalkan. Sena juga harus ikut karena ada acara Ibu Persit,” izin Gavin kepada ke dua orang tuanya. Seluruh pandangan keluarganya tertuju pada Gavin. Dengan tenang, Gavin menunggu jawaban keluarganya untuk m
Suara ayam berkokok menandakan pagi telah tiba. Alarm ponsel mengusik tidur panjang Sena meskipun hanya bordering satu kali. Dengan mata yang masih terpejam, Sena meraba berusaha mengambil ponselnya. Setelah ponsel itu berada di tangannya, Sena membuka mata lalu mematikan alarm tersebut. Sena dan Gavin harus bangun lebih awal untuk berangkat ke asrama agar tidak kesiangan mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung. Ingin segera bangkit dari tempat tidur, badan Sena tertahan oleh tangan yang melingkar di perutnya. Kaki Gavin juga menghimpit kaki Sena sehingga pergerakannya sangat sulit. Dengan perlahan dan hati-hati, Sena mencoba memindahkan tangan Gavin dari perutnya. Namun saat ingin memindahkannya, tangan itu justru semakin erat memeluk Sena. “Mas, ayo bangun. Mau berangkat pagi-pagi bukan?” ujar Sena lembut. Sena pasrah memindahkan tangan kekar suaminya itu, Sena kalah tenaga dengan Gavin. “Sebentar lagi, biarka
Pagi itu akan menjadi sesuatu hal baru untuk Sena. Untuk pertama kalinya ia memakai baju Persit untuk mengikuti kegiatan bersama Ibu Persit lainnya. Wajah Sena terlihat jelas jika ia sangat gugup. Sena masih awam tentang kegiatan di asrama.“Wajah kamu terlihat gugup. Ada apa?” Gavin memandang Sena lekat. Sikapnya yang sering berjalan mondar mandir, menandakan jika istrinya itu sedang cemas.“Ahh iya, aku belum pernah bergabung dengan Ibu Persit sebelumnya. Bagaimana jika nanti sikapku memalukan Mas,” wajah sendu Sena mengisyaratkan jika dirinya belum siap. Khayalan negatif Sena terus berkeliaran pada otaknya. Sena akui sangat khawatir jika dirinya akan menjadi bahan pergunjingan di sana.“Tidak perlu mengkhawatirkan itu. Kamu hanya belum mencobanya. Para istri Parajurit yang saya kenal sangat baik. Tenanglah untuk itu,” Gavin mencoba menenangkan Sena. Gavin mengatakan itu memang benar
“Selamat pagi Ibu, nama saya Arum, saya ditugaskan Kapten Gavin untuk menemani Ibu selama kegiatan nanti,” senyum manis itu terlihat dari seorang wanita yang memakai baju Persit sama dengannya. Arum merupakan istri dari Ridho yang merupakan bahwahan Gavin berpangkat Kopral Dua. Wanita manis itu sudah mempunyai satu orang anak perempuan. Arum adalah wanita yang humble dan ceria. Arum juga menjadi wanita mandiri, ia menjalani bisnis di bidang fasion dan letak butiknya tidak jauh dari asrama. “Perkenalkan saya Sena istrinya Mas Gavin. Senang berkenalan dengan anda,” ujar Sena tersenyum membalas perkenalan Arum padanya. Perasaan Sena tentram ketika Arum datang ke rumahnya. Setidaknya Sena ada teman sharing tentang kegiatan nanti dan sikapnya tidak akan memalukan. “Oh iya Arum, apakah para Prajurit sedang ada tugas? Tadi suami saya mengatakan jika akan kembali, namun sampai saat ini belum juga kembali,” tanya Sena memas
Bu Heni kembali melanjutkan sambutannya kepada para anggota. Beliau memberikan aturan dan tata cara dalam lomba memasak. Para anggota Persit mendengarkan arahan bu Heni dengan seksama. “Acara kita hari ini yaitu memasak untuk para suami dan anggota yang masih menjomblo,” ucap bu Heni dengan sedikit lawakannya. Gedung aula itu terdengar menggema ketika para anggota ikut tertawa dengan celtukan Ketua Persit tersebut. ”Nantinya setiap anggota akan dibagi menjadi sepuluh kelompok yang terdiri dari tiga anggota. Masing-masing anggota memilih Ketua kelompok yang nantinya akan mengambil nomor urut dan mempresentasikan kepada juri. Kegiatan memasak diberikan waktu selama dua jam. Para perserta di wajibkan menghidangkan tiga jenis masakan dan satu jenis minuman,” tambah bu menjelaskan peraturan dalam memasak. Ketika para peserta sudah merasa paham dan siap, bu Heni pun siap membuka jalannya lomba. Pembagian kelompok telah d
Gavin mengikuti rapat yang dipimpin sendiri oleh Pangkostrad untuk mempersiapkan Prajurit mengikuti latihan bersama antara personel Security Force Assitance Brigade (SFAB) US ARMY (Tentara Amerika) dengan TNI Angkatan Darat (AD) gelombang ketiga pada Agustus nanti. Tidak hanya itu, TNI Indonesia juga akan berlatih bersama dengan Russian Navy di laut Jawa pada akhir tahun. Sebelum latihan bersama dimulai, Pangkostad terlebih dahulu memberikan arahan kepada para Prajurit. Dalam arahannya, Pangkostad menekankan agar latihan bersama tidak hanya fokus pada pokok materi latihan tetapi juga mengenai interaksi antar Prajurit. Latihan antar kedua Negara itu berfokus pada latihan menembak dan menguasai medan pertempuran. Tidak hanya mengenai aspek militer, latihan tersebut juga melakukan olahraga, makan hingga memancing bersama. Dan tujuan utama latihan ini ialah menambah pengalaman serta membangun persahabatan Prajurit TNI AD dengan Prajurit Negara sahabat. &nb
Tidak lama kemudian mereka telah sampai di lataran makam. Gavin memakirkan mobilnya lalu mengambil bunga di kursi belakang yang sebelumnya mereka beli saat di perjalanan. Mereka pun turun dan berjalan menuju makam keluarga Sena. Sesampainya di gerbang makam, langkah Sena terhenti dan mendekat pada Gavin lalu menggengam lengan Gavin dengan erat.Dengan spontan Gavin melihat ke arah Sena karena genggaman itu semakin erat. Wajah Sena terlihat ketakutan dengan sorot matanya yang tidak lepas dari satu titik. Gavin yang penasaran pun melihat ke arah Sena tuju. Dalam penglihatan Gavin, ada seorang laki-laki yang duduk di sebuah makam sambil tertunduk.“Sena, apakah ada sesuatu yang membuat kamu terganggu?” Gavin yang tidak mengerti dengan situasi itu akhirnya menanyakannya pada Sena.“Mas itu Bagas,” balas Sena terlihat panik dan mengeluarkan suara yang dapat di dengar oleh Bagas. Melihat Bagas, Sena merasa trauma dan takut jika Bagas akan menculiknya lagi.“Apa kamu tidak salah lihat?” tany
“Mas, apakah perkataanku membuat kamu merajuk?” ujar Sena sambil berbalik mengusap pipi Gavin dengan lembut. Sena ingin malam itu adalah malam di mana mereka saling mengutarakan perasaan.Pertanyaan Sena sama sekali tidak di hiraukan oleh Gavin. Pria itu justru berbalik badan sehingga membelakangi Sena. Sena yang mengetahui situasi itu hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya.“Mas, aku memang sempat ragu tentang pernikahan kita. Namun sikap yang selama ini kamu tunjukkan, membuat keraguanku semakin memudar dan aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkan kamu untukku. Maaf jika kata-kataku tadi telah menyakiti hatimu,” tambah Sena mengatakan isi hatinya dengan tulus.“Aku percaya padamu mas. Berbalik badanlah, sikap kamu sangat lucu seperti anak kecil saja,” ujar Sena meledek Gavin sambil memberi sedikit sentuhan menggelitik di perutnya.“Apa yang kamu katakan itu tidak berbohong?” ujar Gavin yang belum mengubah posisi badannya. Gavin terlihat sedikit ragu dengan perkataan Sena,“Apakah k
Sudah beberapa tempat sudah Gavin telusuri namun tidak juga menemukan istrinya. Gavin sangat menyesal, Sena meninggalkan pesta pernikahan itu pasti semua itu karena ulahnya. Sembari Gavin berjalan untuk menemukan Sena, pria itu mengambil benda pipih disakunya. Gavin mencoba menghubungi ponsel Sena sambil pandangan matanya selalu awas.Sudah sekian kalinya Gavin menelfon Sena namun tidak kunjung diangkat. Gavin semakin khawatir dengan Sena karena belum juga mendapatkan kabar darinya. Gavin yang tidak ingin menyerah, terus mencoba menghubungi Sena.“Hallo,” akhirnya Sena mengangkat telfon Gavin. Terdengar suara lembut itu dari seberang telfon.“Sena, kamu dimana?” tanya Gavin yang masih cemas dengan Sena.“Aku dimobil mas sama papa dan mama,” jawab Sena.“Saya segera menyusul,” Gavin mematikan telefon dan berlari kecil untuk menyusul Sena. Gavin sudah tidak sabar untuk menjelaskan tentang kejadian dirinya bertemu dengan Kinar pada Sena. Chika yang sedari tadi mengikuti Gavin di belakang
Setelah beberapa langkah wanita itu membawa Gavin di tempat yang lebih sepi. Setelah mereka berhenti, wanita itu berbalik badan menghadap pada Gavin. Setelah Gavin benar-benar melihat dan memastikan bahwa wanita itu adalah Kinar, Gavin menepis tangannya yang masih di genggam oleh Kinar.“Gavin tolong dengarkan penjelasan aku, aku mohon,” ujar Kinar yang akhirnya mengeluarkan sepatah kata untuk berbicara dengan Gavin. Kinar kembali berusaha untuk menyakinkan Gavin untuk percaya padanya. Dan Kinar berusaha agar Gavin bersedia untuk kembali padanya.“Bicaralah,” beberapa kata Gavin menolak untuk bicara dengan Kinar pasti hasilnya akan tetap sama, Kinar pasti akan memaksanya untuk terus mendengarkan penjelasannya. Dengan sikap tenang dan santai Gavin mempersilahkan Kinar untuk membela diri.“Kamu tau Gavin, semenjak kita pisah aku sama sekali tidak semangat untuk menjalani kehidupan aku sehari-hari. Waktuku terasa hampa ketika kamu pergi menjauh dari hidup aku. Seandainya waktu itu kamu p
Hari semakin larut dan mereka sudah menyelesaikan makanan tanpa ada sisa. Kedua pasutri itu akhirnya pulang ke rumah. Dalam perjalanan, Gavin di temani oleh cerewetnya Sena. Istrinya banyak sekali bicara malam itu. Gavin sudah mulai terbiasa dengan ocehan istrinya tersebut dan Gavin mendengarkannya dengan senyum, menurutnya cerita Sena lucu. Namun tidak jarang Gavin juga bercerita tentang kehidupan masa lalunya pada Sena. Hubungan yang semakin membaik dan dekat setelah beberapa bulan mengenal.Kurang lebih setengah jam mereka telah sampai di kediaman keluarga Aditama. Gavin dan Sena saling membantu untuk menurunkan barang bawaan mereka. Kedatangan Gavin dan Sena di sambut hangat oleh keluarga Aditama. Kepergian singkat mereka ternyata membuat rumah itu menjadi sunyi. Mereka kehilangan sosok yang mampu membuat rumah itu banyak kegiatan.“Akhirnya anak mama pulang juga,” sambut bu Dila sambil memeluk Gavin dan Sena secara bergantian.“Apa terjadi macet, sampai kalian pulang larut malam
Sudah beberapa baju Sena coba saat itu. Kini badannya sudah mulai lelah. Dengan memasang wajah kasihan, Sena berusaha membujuk Gavin agar menyudahi menjajal baju lain.”Mas aku lelah. Tolong sudahi untuk mencoba baju lain,” ucap Sena berharap. Membeli baju baru memang menyenangkan namun jika terlalu banyak seperti yang Gavin tunjuk, membuat Sena tidak sanggup.“Baiklah,” ujar Gavin tidak tega melihat wajah Sena yang sudah terlihat lemas.“Mbak, saya akan membeli semua baju yang sudah di coba istri saya,” ucap Gavin pada pelayan itu. Dengan senyum ramah pelayan itu mengangguk lalu memberikan arahan untuk Gavin dan Sena menuju kasir.“Mas itu telalu banyak, pilih satu saja,” tolak Sena. Dalam keadaan yang sudah lelah Sena masih saja berdebat dengan keinginan Gavin untuk membelikan sejumlah baju dan tas. “Tidak mengapa, kamu sudah menjadi bagian hidup saya jadi sudah kewajiban saya membahagiakan kamu,” jelas Gavin lalu berjalan menuju kasir untuk membayar.Pipi Sena merona tak kala men
Tak terasa waktu menonton telah selesai, kurang lebih satu jam Gavin dan Sena menikmati pemutaran film tersebut. Film komedi yang menarik untuk di tonton karena dapat membuat mood seseorang menjadi bagus. Setelah Gavin dan Sena keluar dari bioskop, kini mereka sedang berjalan-jalan keliling mall untuk menikmati dan melihat seisi mall itu.“Tadi filmnya seru ya Mas?” celetuk Sena bertanya pada Gavin. Sena ingin mengetahui kesan Gavin menonton film itu. Di lihat dari jalannya pemutaran film, seharusnya Gavin akan memuji kelucuan film itu.“Iya lumayan,” jawab Gavin. Jawaban Gavin tidak sesuai dengan dugaan Sena. Seperti biasa, Gavin menjawabnya dengan wajah yang datar.“Lumayan tapi sepanjang pemutaran film kamu tertawa terus mas,” goda Sena sambil singkutnya menyenggol badan Gavin. Godaan Sena membuat sikap Gavin berubah kikuk. Karena salah tingkahnya, Gavin tidak menjawab dan memilih u
Lomba hari kedua telah selesai dengan menyenangkan. Kejadian lucu selama lomba berlangsung membuat banyak gelak tawa terukir pada wajah perserta. Lomba bersama ibu-ibu memang memunculkan beragam ekspresi unik. Untuk lomba kali ini di menangkan oleh kelompok tiga, meskipun kelompok Sena tidak memenangkan lomba, itu tidak masalah untuknya. Yang terpenting baginya dengan lomba ini membuat dirinya dan bu Ulfa saling mengenal. Menurut Sena tidaklah buruk akrab bu Ulfa, mendekati bu Ulfa hanya perlu pendekatan dan juga perhatian.Saat ini Gavin tengah keluar ruangan untuk mencari udara segar setelah menyelesaikan pekerjaannya. Badannya kala itu terasa sangat pegal karena sepanjang hari selalu berhadapan dengan laptop dan berkutat dengan tumpukan kertas. Rasa lelahnya sedikit terobati ketika mendapati istrinya sedang beristirahat. Kegiatan lomba yang melelahkan itu membuat keringat Sena bercucuran di area sekitar wajah dan leher.Untuk merasakan an
Pagi itu Sena awali dengan bangun lebih awal, wanita itu memulai memasak untuk sarapan pagi. Sebelum menginap di asrama, Gavin sudah mempersiapkan kebutuhan sehari-hari. Sehingga Sena tidak perlu lagi keluar rumah untuk membelinya. Gavin yang sudah cocok dengan masakan istrinya, meminta Sena untuk memasak dan tidak ingin membeli makanan di luar rumah.Tangan lihai Sena membuat masakannya cepat matang dan siap di hidangkan. Selesai memasak ia membersihkan diri karena pagi ini akan mengikuti acara senam bersama dan lomba sesama ibu Persit. Sena sangat antusias mengikuti acara itu, berbaur dengan ibu Persit membuat harinya tidak jenuh. Dengan bergegas Sena mempersiapkan dirinya supaya tidak terlambat. Sena juga tidak ingin dianggap kurang disiplin apalagi menyandang status istri Kapten.“Mas sarapannya sudah aku siapkan di meja makan,” ucap Sena sedikit berteriak. Sena masih sibuk memoles wajahnya dengan make up tipis.