Tepat jam 3 sore Pak Danuarta sudah berada di kantor perusahaan Airlangga Aditama Group, sesuai permintaan Pak Airlangga untuk memperbaiki semua data website yang rusak akibat serangan sejumlah virus. Tok.tok.tok. Terdengar pintu dibuka dari dalam. Ceklek. "Silahkan masuk Pak Danuarta, sudah di tunggu dengan Pak Airlangga,di dalam."sekretaris Pak Airlangga langsung mempersilahkan Pak Danuarta untuk masuk ke dalam,disana Pak Airlangga sudah menunggu. "Silahkan duduk Pak Danuarta..."pak Airlangga mempersilahkan Pak Danuarta untuk duduk di kursi sofa yang ada di dalam ruangan kerjanya, tidak lupa juga memberitahukan sekretarisnya untuk menyiapkan minuman dingin dan beberapa makanan ringan. "Trimakasih banyak Pak Airlangga... ada baiknya saya langsung periksa semua data website yang bermasalah untuk segera dipulihkan." Pak Danuarta tanpa basa-basi dia langsung membuka leptop untuk segera memulihkan semua data website yang rusak, terlihat beberapa kali Pak Danuarta memasukkan sejum
Rendi membaca semua email yang dikirimkan oleh Pak Danuarta, terdapat banyak kejanggalan dan manipulasi data, Rendi langsung menghubungi Abahnya Humairah. Semua orang yang berada di dalam mobil sedang larut dalam pikiran masing-masing, terdengar notifikasi panggilan masuk di handphone Abah, dan benar di layar tertera nama seseorang yang sedang melakukan panggilan,abah langsung menerimanya. "Assalamualaikum Abah...ini Rendi ada yang perlu saya bicarakan dengan Abah." "Waallaikum salam Nak Rendi...ada hal penting sekali kah?" "Iya.. Abah ini tentang perusahaan Airlangga Aditama Group, saya sudah menerima semua informasi tentang perusahaan tersebut, Abah... banyak data yang di manipulasi,dan sebelumnya perusahaan Airlangga Aditama Group itu benama Yuda Aditama Group,di sini juga tertulis pemilik saham terbesar di perusahaan itu bernama Yuda Aditama bukan Airlangga Aditama,ini ada juga sebuah website yang tidak bisa dibuka karena menggunakan kode password rahasia yang tidak bisa dibuk
Mas Brian memarkirkan mobil yang kami tumpangi dengan mulus di halaman rumah Abah di Malang. "Ayo kakak...adik bangun kita sekarang sudah berada di rumahnya kakek..."aku menggoyang bahu mereka berdua silih berganti,untuk membangunkan kedua buah hatiku itu yang masih terlelap di sandaran jok kursi mobil. "Hmm... Iya Bunda.. benarkah ini kita sudah sampai di rumah kakek."Al Jazair berusaha untuk membuka kedua kelopak matanya. Mas Brian hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua anaknya, walaupun masih dengan muka malas mereka berdua tetap terbangun dan langsung melangkah ke luar dari mobil,aku sama Ummi sudah turun duluan dari mereka berdua. Mas Brian mengangkat semua barang yang berada di bagasi mobil lumayan banyak, agar lebih cepat Abah juga turut serta mengangkat sebagai barang bawaan kami, ada beberapa koper pakaian milikku sama anak anak, tadi sebelum berangkat ke kampung ikut Abah sama Ummi, Mas Brian sempat pulang ke rumah untuk mengambil semua keperluan aku sama anak a
Hari ini rumah Abah terlihat ada yang berubah di halaman depan rumah sudah terpasang tenda cukup luas, dengan kursi plastik yang sudah tersusun rapi.Kursi mulai terisi satu persatu, sudah banyak sanak saudara dan tetangga mulai berdatangan menghadiri undangan syukuran yang keluarga kami adakan.Tidak ketinggalan Abah juga mengundang anak-dari panti asuhan yang selama ini Abah dirikan. Abah dan Mas Brian menyambut semua tamu yang datang,dan langsung mempersilahkan duduk dan mencicipi semua hidangan yang telah kami sediakan, Abah telah menugaskan sebagian karyawan restoran kami yang berada di kampung sini untuk menghendel semua makanan dan minuman untuk acara hari ini.Abah tidak mau ummi dan aku repot memikirkan konsumsi untuk hari ini, semuanya di pesan dari restoran kami,Abah ingin semua yang menghadiri undangan tasyakuran kami puas dengan semua hidangan yang suguhkan. Alhamdulillah banyak yang menghadiri undangan tasyakuran keluarga kami, bukan hanya sanak-saudara, tetangga, anak a
"Al.. Selamat ya atas kehamilan kamu, insya Allah sehat dan selamat sampai kamu melahirkan nanti, aamiin..."Winda sudah merentangkan kedua tangannya untuk memelukku. "Winda terimakasih atas semua doanya, aamiin...aku kira kamu tidak bakalan datang, karena kemarin waktu aku hubungi katanya lagi sibuk di kantor."aku pun membalas pelukan sahabat akrabku itu. "Sesibuk sibuknya... saya di kantor pasti,saya usahakan untuk menghadiri acara tasyakuran kesembuhan dan kehamilan kamu, Al.. kamu itu bukan hanya sekedar sahabat tetapi kamu itu sudah menjadi saudara perempuan saya, maaf agak terlambat maklum di jalan tadi padat banget, maaf Mas Reno tidak bisa hadir karena dia tidak bisa tinggalkan pekerjaannya karena bosnya itu ada disini itu.. Bang Rendi juga baru sampai." Sambil ngobrol Winda menunjuk orang yang dia baru sebutkan. "Winda.. sekali lagi terimakasih banyak ya..kamu selalu ada disaat aku terpuruk, hanya kamu orang yang menjadi tempat aku berkeluh kesah."tak terasa air mataku mene
Mas Brian mengulaskan sebuah senyum kearah Bang Rendi menandakan kemenangannya atas diriku seutuhnya, bukan hanya itu saja yang dia lakukan, ada lagi yg lebih membuat mukaku memerah seperti buah tomat. "Bunda... kalau sudah letih sekali ayo saya antar masuk ke dalam rumah,kasihan saya lihat dari tadi Bunda itu sudah kelelahan menyapa dan menemani tamu undangan yang hadir di acara tasyakuran kesembuhan dan kehamilan Bunda."tanpa menunggu persetujuanku Mas Brian sudah berdiri menggandeng tanganku, dengan terpaksa aku ikut berdiri dan langsung mengikuti ayunan langkah kakinya dari belakang menuju kedalam rumah,tanpa melepaskan genggaman tangannya dari tanganku,sekilas kulirik mukanya Bang Rendi,dia terlihat sangat kecewa karena ulah Mas Brian yang tiba tiba mengajakku masuk ke dalam rumah. "Mas pelan dong jalannya,aku kesusahan ini mengikuti langkah Mas."Mas Brian akhirnya menghentikan langkahnya beberapa saat untuk mengimbangi langkah kakiku, begitu sampai di dalam rumah aku langsung
"Nak Brian bukannya Abah...mau bela Humaira anak Abah,tapi untuk sekarang ini, tolong pahami situasi Humaira apalagi dia lagi hamil, jangan buat hati dan perasaannya tertekan, jangan sampai dia jatuh sakit lagi seperti beberapa hari yang lalu, yang perlu kamu ingat ada kehidupan lain yang sedang dia bawa bawa sekarang ini, Abah mau keluar dulu mau menemui nak Rendi, ada yang Abah mau bicarakan..."Abah mengayunkan langkah kakinya keluar dari rumah, menuju ke tempat duduknya Bang Rendi.Aku tidak mau berada dalam situasi seperti ini, untuk menetralisirkan kembali emosi yang sudah membuncah di ubah ubunku,aku berusaha memejamkan kedua mata agar lebih tenang lagi,tiba tiba aku merasa seperti melayang di udara."Bunda.... saya bawa istirahat di kamar saja ya biar tubuh Bunda lebih rileks,ini acaranya masih satu jam lagi baru berakhir, nanti kalau sudah mau berakhir saya panggil."Mas Brian meletakkan tubuhku dengan posisi telentang di atas kasur secara perlahan tidak lupa dia menutup seteng
Abah mengambil kembali lembaran foto yang berada di tangannya Mas Brian lalu meletakkan di atas meja sofa yang ada di depan kami. "Orang yang berada di dalam foto ini namanya Yuda, Abah tidak tau persis siapa nama panjangnya, tapi kami semua memanggilnya dengan nama Yuda saja, beliau ini orangnya sangat sopan dan baik pada semua teman satu jurusannya.kami kuliah sama sama mengambil jurusan di bidang IT."Abah berhenti sejenak untuk mengenang kembali kenangan semasa Abah kuliah dulu,"kami tidak pernah berpisah kelas sampai wisuda, nanti setelah kami sudah mendapatkan gelar sarjana baru semuanya berpisah,ada yang melanjutkan studi ke luar negeri ada juga yang langsung bekerja, untuk Yuda sendiri kalau aba tidak lupa beliau melanjutkan kembali studinya dengan mengambil jurusan manajemen bisnis, selanjutnya Abah tidak pernah lagi mendengar kabar beritanya sampai saat ini."terlihat gurat kesedihan di wajah Abah setelah menceritakan semua kenangannya dengan pak Yuda sewaktu kuliah dulu. "O